116
Selain itu, seiap penyandang disabilitas mendapatkan dua pendamping, yaitu; pendamping yang membantu pada
ingkat kesulitannya seperi merangkum tulisan pelajaran yang disampaikan guru, dan pendamping saat punya hajat,
misalnya ingin ke kamar mandi dan toilet.
4. Dari sisi regulasi dan kebijakan pendidikan
Tentang hak-hak pendidikan para penyandang disabilitas sudah dieksplisitkan dalam UU No. 4 Tahun 1997
tentang Penyandang Cacat. Dari regulasi pendidikan, kebijakan pendidikan bagi penyandang disabilitas diatur
dalam permendiknas tentang Pendidikan Inklusif, yaitu Permendiknas nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif. Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan krusial yang menarik untuk dikriisi.
Permasalahan tersebut menurut Trimo 2012 bermuara pada pemenuhan delapan standar nasional pendidikan.
Jika demikian yang diperlukan adalah monitoring dan evaluasi sekolah inklusi yang merupakan satu kesatuan, bukan
dua hal yang dipisah-pisah, dimaksudkan sebagai proses mengideniikasi
indikator-indikator penyelenggaraan
sekolah inklusi untuk mengetahui apa yang sudah ada, apa yang sudah dilakukan, apa yang belum ada, dan apa
yang belum dilakukan dalam menyelenggarakan program pendidikan inklusif di satuan pendidikan masing-masing.
Selain itu, hak-hak pendidikan para penyandang disabilitas merupakan hak asasi manusia, karena itu, regulasi pendidikan
untuk mereka harusnya idak diatur melalui Permendiknas, melainkan melalui sebuah undang-undang. Karena itu,
pemerintah perlu segera merevisi UU Penyandang Cacat tahun 1997 yang masih mempergunakan isilah ‘cacat’
117
untuk penyandang disabilitas, serta mendesain sebuah Undang-Undang Penyandan Disabilitas yang lebih fokus
pada jaminan hak-hak dasar para penyandang disabilitas dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di dalamnya
hak-hak dalam pendidikan.
F. Penerapan pendidikan inklusif di lapangan
Pendidikan inklusi mesinya menjadi jiwa seluruh proses pendidikan. Untuk sampai pada idealisme ini, ada empat hal
yang harus diperhaikan:
1. Tantangan integrasi bagaimana pemerintah membuat desain asesmen untuk penempatan
placement assessment anak-anak berkebutuhan khusus dan penyandang
disabilitas agar dapat berintegrasi ke sekolah umum dengan baik. Harus ada semacam penilaian untuk penempatan
yang melibatkan pakar pendidikan, psikolog, dan ahli di bidang ketunaan, untuk memveriikasi pada level apa
seorang anak bisa berintegrasi, dari integrasi keseluruhan, parsial, sampai pada pilihan akhir separasi secara khusus.
Penilaian dan asesmen ini memungkinkan peserta didik bisa saling beradaptasi, anak non-disable dapat menghargai
dan menerima teman mereka yang disabel, sehingga memungkinkan sebuah lingkungan pembelajaran yang
ramah dan penuh penghargaan.
2. Tantangan pedagogi kurikulum, metode pengajaran, penilaian, akomodasi
- Kesiapan penerimaan seluruh tenaga pengajar di mana pendidikan inklusi diterapkan; bukan hanya kesiapan
guru pembimbing khusus, namun juga kesiapan guru- guru lain untuk menerima anak-anak dengan kebutuhan
khusus.