Penataan Regulasi Buku Peta Jalan Pendidikan 12 Tahun

 x  Pendidikan Nasional karena sudah idak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi tuntutan kehidupan lokal, nasional dan global, khususnya terkait dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat perihal peningnya Negara utamanya Pemerintah meningkatkan program wajib belajar dari 9 tahun menjadi 12 tahun. b. Bagi Pemerintah Pusat, sebagai bentuk respon cepat atas putusan MK Nomor 92PUU-XII2004, yang memandatkan bahwa kebijakan program wajib belajar 12 tahun adalah kebijakan hukum terbuka bagi Pemerintah, perlu segera melakukan revisi atas Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar. Beberapa di antaranya atau utamanya revisi tersebut dilakukan terhadap: • Pasal 1 Ayat 2. “Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama SMP dan madrasah tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang sederajat”, diubah menjadi “Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan yang lebih inggi, berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat dan sekolah menengah pertama SMP dan madrasah tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah atas SMA, sekolah menengah kejuruan SMK, dan madrasah aliyah MA atau bentuk lain yang sederajat”. • Pemerintah juga perlu menambahkan satu ayat lagi di dalam Pasal 1 tersebut, yakni di antara ayat 6 dan 7 dengan menambahkan, “Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disebut SMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan  xi  pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai pendidikan lanjutan dari SD,MI, SMP, MTS atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP, MTS. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disebut SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan dasar sebagai pendidikan lanjutan dari SD,MI,SMP, MTS atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP,MTS. Madrasah Aliyah selanjutnya disebut MA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar sebagai pendidikan lanjutan dari SMP,MTS atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP,MTS.” • Pasal 3 ayat 2. “Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur formal dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan dasar yang melipui SD, MI, SMP, MTs, dan bentuk lain yang sederajat”. Diubah menjadi, “Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur formal dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan dasar yang melipui SD, MI, SMP, MTs,SMA,SMK,MA dan bentuk lain yang sederajat”. • Pasal 7 ayat 4 “Pemerintah daerah dapat menetapkan kebijakan untuk meningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar sampai pendidikan menengah”. Diubah menjadi “ Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menetapkan kebijakan untuk menyelenggarakan pendidikan wajib belajar yang mencakup pendidikan menengah”  xii 

2. Tata Kelola Sekolah

a. Mencabut atau memperbaiki Permendikbud Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan Pada Satuan Pendidikan Dasar. Hal ini sangat krusial karena akan membawa efek perhaian bagi seluruh pemangku kepeningan pendidikan khususnya sekolah. Pemerintah daerah bisa membantu dalam rangka proses pengawasan dan mendorong tata kelola sekolah yang lebih baik. b. Perlunya kebijakan lokal sebagai pendukung pelaksanaan akuntabilitas sekolah. Meskipun diingkat nasional sudah ada aturan yang mendukung, namun di daerah perlu ada payung hukum tambahan untuk memasikan bahwa pungutan yang terjadi di sekolah merupakan kejahatan dan ada sangsi hukumnya. Di level tertentu bahkan bisa masuk ke ranah hukum. Kebijakan lokal dimaksud bisa berupa Peraturan Daerah Perda, Peraturan Kepala Daerah Perkada, Keputusan Kepala SKPD SK Kepala Dinas, sampai keputusan kesepakatan di ingkat Sekolah Berita acara kesepakatan atau Surat Kepala Sekolah. c. Mendorong parisipasi dan praktek transparansi pengelolaan keuangan sekolah. Sebagai upaya mengurangi praktek pungutan di sekolah, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat perlu mendorong kembali upaya transparansi pengelolaan keuangan sekolah dengn membuat pedolan tentang transparansi dan larangan praktek pungutan di sekolah. Bentuknya adalah adanya pedoman tentang transparansi dan larangan praktek- praktek pungutan sekolah. Pedoman ini berisi sangsi hukum bagi yang melanggar. d. Penguatan kapasitas sekolah SD dalam mengelola sekolah, berupa penguatan kapasitas pengelola keuangan. Isu  xiii  transparansi masih menjadi tantangan bagi pihak sekolah terutama di SD. Salah satu penyebabnya adalah kapasitas pengelola keuangan. Berbeda dengan ingkat SMP dan SMA yang telah mempunyai tata usaha TU atau staf administrasi yang bisa dipekerjakan, situasi di SD belum mendukung. Salah satu alternaifnya adalah melakukan penguatan kapasitas pengelolaan keuangan ingkat SD khususnya untuk bendahara sekolah atau guru yang ditunjuk menjadi pengelola keuangan. Bentuk penguatan dimaksud di antaranya adalah pelaihan administrasi keuangan, workshop khusus, kunjungan belajar, assistensi keuangan, dst. Stakeholder yang ada di sekolah perlu menyadari bahwa sekolah adalah badan publik, sehingga pengelolaan keuangan sekolah juga perlu menganut prinsip-prinsip keterbukaan. Sekolah idak perlu merasa risih, jika pengelolaan keuangan sudah dilakukan dengan baik. Penyadaran bersama tentang peningnya transparansi pengelolaan keuangan di sekolah harus terus dilakukan. Transparansi dimaksud diantaranya mendorong pembuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah APBS berbasis Parisipasi Masyarakat. Melaporkan penggunaan dana yang bisa diakses orang tua dan peserta didik misalnya melalui papan pengumuman, majalah dinding, atau surat kepada orang tua murid tentang pertanggungjawaban penggunaan dana. e. Guna menguatkan kualitas layanan pendidikan, pemerintah perlu mengefekikan kembali peran pengawas dan komite Sekolah. Peran pengawas sekolah sangat relevan untuk melakukan pengawasan sekaligus peningkatan kapasitas bagi pengelola keuangan. Sehingga pengawas, seidaknya memiliki jadwal ruin untuk melakukan kunjungan ke sekolah minimal per semester. Selain kunjungan ruin, pengawas sekolah bisa menjadi mitra untuk peningkatan kapasitas bagi pengelola keuangan. Agenda kunjungan pengawas sekolah harus jelas dan diketahui bersama jika perlu gunakan berita