xvii
penerimaan Negara yang bersumber dari pajak dan penerimaan Negara bukan pajak agar kebutuhan anggaran
pendidikan dasar 12 tahun dapat dipenuhi seluruhnya; Potret ketersediaan anggaran dalam APBN sampai tahun
2015 diprediksikan idak akan mampu memenuhi esimasi kebutuhan pembiayaan pendidikan seiap tahun. Oleh
karena itu Presiden melalui Kementerian Keuangan Republik Indonesia harus meningkatkan penerimaan
Negara melalui penetapan rasio pajak minimal 14 persen dari PDB, dan memasikan perusahaan pengelola industri
berbasis sumberdaya alam taat untuk membayar PNBP yang sampai hari ini baru terealisasi 30 persen dari potensi
sesungguhnya.
c. Kementerian Keuangan Republik Indonesia melakukan ear-marking penerimaan dari PNBP SDA dengan proporsi
yang lebih memadai untuk membiayai pemenuhan layanan pendidikan
d. Isu pening lainnya adalah memperjelas sumber pembiayaan pendidikan melalui penambahan ear-marking PNBP Migas
dan PNBP Pertambangan untuk diredistribusikan kepada belanja pendidikan dasar 12 tahun. Ear-marking ini juga
berlaku bagi pemerintah provinsi, kabupaten dan kota sebagai penerima dua skema DBH tersebut sebagai upaya
untuk akselerasi pencapaian target nasional.
e. Kelompok Masyarakat Sipil secara pro-akif mengawal proses revisi Renstra Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan 2015-2019, serta melakukan pengawasan secara berjenjang terhadap realisasi kebijakan anggaran
pendidikan, khususnya terkait pemenuhan pendidikan dasar 12 tahun.
xviii
6. Pendidikan Inklusif
a. Pemerintah harus memiliki komitmen mewujudkan semua sekolah Inklusif di Indonesia selambat-lambatnya
pada tahun 2030 untuk menyongsong masa satu abad kemerdekaan. Ini dapat dilakukan dengan mempercepat
proses pengesahan RUU Penyandang Disabilitas untuk mengganikan UU Penyandang Cacat 1997 yang sudah idak
mampu mengakomodasi perkembangan zaman.
b. Pemerintah harus membentuk im penelii dan evaluasi monitoring pengembangan pendidikan inklusif yang
berkualitas, mulai soal kurikulum, methodologi pengajaran, dan menyiapkan payung hukum yang lebih akomodaif.
c. Pemerintah harus terus mensosialisasikan dan menambah sekolah percontohan inklusif iap tahunnya hingga tahun
2030 sehingga semua sekolah melaksanakan semangat inklusif.
d. Penanganan sekolah inklusif bisa dilakukan dengan membangun kerjasama dengan masyarakat di
sekitar sekolah sehingga idak hanya guru kelas yang bertanggungjawab, melainkan masyarakatpun bisa ikut
terlibat dalam mendorong pendidikan inklusif di ingkungan di mana mereka inggal.
e. LSM dan masyarakat harus terus ikut memantau dan turut memberi usulan untuk menyempurnakan sistem pendidikan
inklusif.
DAFTAR ISI
POLICY BRIEF RECOMMENDATIONS— III RINGKASAN DAN REKOMENDASI—v
PENGANTAR MENUJU WAJIB BELAJAR 12 TAHUN — 1 PeTa ReGulaSI KeBIjaKaN PeNdIdIKaN
uNTuK PRoGRam WajIB BelajaR 12 TahuN — 7 A. Pemetaan Regulasi —8
B. Judicial Review dan Putusan Mahkamah Konsitusi —12 C. Kesimpulan —20
D. Rekomendasi —21
meNdoRoNG TaTa Kelola SeKolah BeBaS PuNGuTaN dalam RaNGKa PeNcaPaIaN WajaR 12 TahuN — 25
A. Latar Belakang Ekonomi —26 B. Pembenahan Tata Kelola Sekolah atas Pungutan —34
C. Dampak dan Modus Pungutan —40 D. Kesimpulan dan Rekomendasi —44
PemeNuhaN KeBuTuhaN GuRu dalam PeNcaPaIaN TaRGeT WajIB BelajaR 12 TahuN — 49
A. Kebutuhan Guru —50 B. Perhitungan Dan Proyeksi Kebutuhan Guru —51
C. Faktor yang menentukan pemenuhan kebutuhan guru
Pendidikan Dasar —63 D. Kesimpulan dan Rekmendasi —69