Konsep Perencanaan Wilayah TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

99

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Konsep Perencanaan Wilayah

Perencanaan wilayah adalah suatu perluasan dari perencanaan lokal, yang terutama menangani masalah-masalah lokal seperti perpindahan dan persebaran penduduk serta kesempatan kerja, interaksi yang kompleks antara kebutuhan- kebutuhan sosial dan ekonomi, penyediaan fasilitas-fasilitas rekreasi penting dan jaringan komunikasi utama yang hanya diputuskan bagi daerah-daerah yang jauh lebih besar daripada daerah-daerah wewenang dari penguasa-penguasa perencanaan lokal yang ada Glasson, 1990. Soegijoko 1997, menyatakan bahwa suatu masyarakat dalam suatu wilayah, tempat atau daerah, dihubungkan dengan unit daerah wilayah lain oleh faktor maupun keadaan-keadaan ekonomi, fisik sosial dan budayanya. Dengan demikian, pembangunan pada suatu wilayah tertentu membutuhkan koordinasi proyek pembangunan lokalnya dengan rencana regional daerah dan nasional. Dari sisi pembangunan, daerah adalah penghubung antara masyarakat lokal dan nasional. Dengan kata lain, perencanaan wilayah memberikan rangka dasar dimana proyek pembangunan, baik nasional maupun lokal dapat dipertemukan secara seimbang dan dapat menempati kedudukan yang sebenarnya dalam rangkaian pembangunan yang menyeluruh. Munculnya istilah perencanaan wilayah dimulai dengan adanya pertumbuhan kota-kota yang makin pesat, yaitu dengan adanya tekanan urbanisasi yang berupa makin padatnya daerah-daerah slums, kongesti lalulintas, adanya 100 pengangguran di kota-kota, dan makin banyaknya perumahan liar di daerah pinggiran kota. Semua itu dimulai dari perbatasan kota dengan penyelesaian yang membutuhkan pertimbangan regional. Perencanaan wilayah juga memberikan kemungkinan untuk dapat menggerakkan pembangunan masyarakat pada tingkat lokal tetapi dalam lingkup tujuan pembangunan nasional. Menurut Budiharsono 2001, wilayah adalah suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal. Dengan demikian, wilayah dapat dibagi menjadi empat jenis. 1. Wilayah Homogen Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek atau kriteria yang mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan ciri- ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi, geografi, agama, suku dan lain sebagainya. Setiap perubahan yang terjadi di wilayah tersebut akan mempengaruhi seluruh bagian wilayah tersebut dengan proses yang sama. Dengan demikian apa yang berlaku di suatu bagian wilayah akan berlaku pula pada bagian wilayah lainnya. 2. Wilayah Nodal Wilayah nodal adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat inti dan daerah belakangnya. Ketergantungan dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi. Batas wilayah nodal ditentukan sejauh mana pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila digantikan oleh pengaruh dari pusat kegiatan ekonomi lainnya. 101 3. Wilayah Administratif Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintah atau politik, seperti propinsi, kabupaten, kecamatan, desa dan kelurahan serta RT dan RW. Pengelolaan lingkungan pada wilayah ini memerlukan kerjasama dari satuan wilayah administrasi lain yang terkait. 4. Wilayah Perencanaan Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, namun ada juga aspek ekologis. Misalnya dalam kaitannya dengan pengelolaan daerah aliran sungai DAS. Pengelolaan aliran sungai harus direncanakan dari hulu sampai hilirnya.

2.2. Teori Pertumbuhan