Penggunaan Pupuk Optimal Penggunaan Pestisida Optimal

80 Dalam kondisi optimal, pot berukuran S menjadi kendala aktif bagi Istana Alam Dewi Tara. Hal ini dikarenakan nilai dual price yang lebih besar dari nol. Artinya bahwa jika Istana Alam Dewi Tara menambah ketersediaan pot ukuran S sebesar satu satuan maka akan meningkatkan keuntungan sebesar Rp. 125539,796875. Upaya penambahan pot ini tidak menjadi kendala bagi perusahaan karena ketersediaan pot di dalam negeri yang cukup banyak dan perusahaan telah memiliki jaringan dengan produsen pembuat pot. Sedangkan pot ukuran M dan L ketersediaannya masih berlimpah. Hal ini terlihat pada nilai sisa kedua pot tersebut. Pot ukuran M dan L disebut sebagai kendala tidak aktif. Dalam hal ini penggunaan pot pada kondisi aktual dan optimal adalah berbeda. Pada kondisi aktual pot ukuran S dipakai sebanyak 3147, ukuran M sebanyak 613, dan ukuran L sebanyak 21. Penggunaan pot ukuran S lebih banyak dari ketersediaannya. Hal ini dapat terjadi karena pada variabel yang diamati hanya menggunakan persentase sebesar sepertiga dari total jumlah pot yang memang tersedia untuk produksi adenium dan aglaonema. Pada kondisi aktual, penggunaan pot ukuran S ternyata mengalami kekurangan. Namun sebenarnya keadaan ini dapat diatasi perusahaan dengan mengambil kekurangannya dari persediaan total untuk pot tanaman adenium dan aglaonema. Sedangkan pot ukuran M dan L baik pada kondisi aktual maupun optimal ketersediannya melimpah.

7.3.5 Penggunaan Pupuk Optimal

Pada proses produksi adenium dan aglaonema dibutuhkan pupuk sebagai penambah unsur hara dalam tanah. Pupuk yang digunakan untuk adenium dan aglaonema adalah sama yaitu osmocoat, gromor hijau, dan gromor merah. Penggunaan pupuk pada Istana Alam Dewi Tara dapat dilihat pada tabel. Berdasarkan tabel dibawah, pada kondisi optimal seluruh pupuk pada Istana Alam Dewi Tara merupakan kendala tidak aktif dan ketersediaannya berlimpah. Nilai sisa osmocoat adalah sebesar 15885,914062 gram, nilai sisa gromor hijau adalah 503,020111 ml, dan nilai sisa gromor merah adalah 503,020111 ml. Pemerolehan pupuk yang tidak begitu sulit menyebabkan ketersediaannya juga melimpah. Selain itu, Istana Alam Dewi Tara tidak memiliki 81 jadwal produksi yang tetap sehingga perusahaan belum memperhitungkan kebutuhan pupuk untuk satu kali produksi. Penggunaan pupuk dalam kondisi optimal lebih banyak daripada penggunaan dalam kondisi aktual. Namun ketiga jenis pupuk ini masih merupakan input yang ketersediaannya melimpah dikarenakan nilai sisa yang dimiliki oleh ketiga jenis pupuk tersebut. Tabel 21. Tingkat Penggunaan Pupuk dalam Kondisi Aktual dan Optimal Istana Alam Dewi Tara Aktual Optimal Sumber daya Keterse diaan Terpa- kai Sisa Keter sedia an Terpa- kai Sisa Dual Price Osmocoat gr 40000 37810 2190 40000 24114.0 9 15885.914062 0.000000 Gromor hijau ml 1778 1261.82 516.1 8 1778 1274.98 503.020111 0.000000 Gromor merah m 1778 1261.82 516.1 8 1778 1274.98 503.020111 0.000000

7.3.6. Penggunaan Pestisida Optimal

Istana Alam Dewi Tara menggunakan pestisida dalam proses produksinya bertujuan sebagai cara pencegahan dan perlindungan pada tanaman terhadap hama dan penyakit yang mungkin saja akan menyerang. Pestisida yang digunakan bermacam-macam. Pestisida yang digunakan untuk adenium dan aglaonema adalah pegasus dan diazinon. Pestisida yang digunakan hanya untuk tanaman adenium adalah agrimek, kelthane, dan demiter. Sedangkan pestisida yang digunakan hanya untuk agalonema adalah previcure dan konfidor. Setiap pestisida memiliki takaran tertentu dalam penggunaannya. Berikut ini merupakan penggunaan pestisida kondisi optimal pada Istana Alam Dewi Tara table 20. Pada kondisi optimal, pegasus dan demiter merupakan kendala aktif bagi Istana Alam Dewi Tara. Jika perusahaan menambah ketersediaan pegasus sebesar satu ml maka akan menambah keuntungan sebesar Rp. 324633,75. Dan jika perusahaan menambah jumlah demiter sebesar satu ml maka akan meningkatkan keuntungan sebesar Rp. 179879,125. Penambahan pegasus dan demiter dapat saja 82 dilakukan oleh Istana Alam Dewi Tara, hal ini dikarenakan cara pemerolehan pupuk tersebut relatif mudah karena banyak tersedia di pasaran. Sedangkan diazinon, agrimek, kelthane, previcure, dan konfidor merupakan kendala tidak aktif karena ketersediaannya masih bersisa banyak dan memiliki nilai dual price sama dengan nol. Tabel 22. Tingkat Penggunaan Pestisida dalam Kondisi Aktual dan Optimal Istana Alam Dewi Tara Aktual Optimal Sumber daya Ketersedi aan Terpa- kai Sisa Ketersedi aan Terpa- kai Sisa Dual Price Pegasus ml 213 211.10 1.9 213 213 0.000000 324633.750000 Diazinon ml 800 420.12 379.88 800 424.7198 375.280182 0.000000 Agrimek ml 200 90.18 109.82 200 100.8041 99.195900 0.000000 Kelthane ml 2000 177.73 1822.272 2000 200 1800.000000 0.000000 Demiter ml 200 177.73 22.27 200 200 0.000000 179879.125000 Pegasus ml 800 484.24 315.76 800 224.7198 575.280212 0.000000 Diazinon ml 144 120.93 23.07 144 112.1959 31.804098 0.000000 Secara umum, penggunaan pestisida pada kondisi aktual dan optimal adalah hampir sama. Hal ini dilihat dari sedikitnya perbedaan penggunaan pada tabel diatas. Oleh karena itu penggunaan pestisida pada keadaan aktual adalah mendekati penggunaan dalam keadaan optimalnya. Namun, semua pestisida tersebut ketersediaannya masih melimpah baik dalam kondisi aktual maupun kondisi optimal.

7.3.7 Penggunaan Bonggol Adenium Optimal