Pendekatan Penelitian V V V V V V V V V V V

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu pendekatan kuantitatif. Menurut Creswell 1994, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka yang datanya berwujud bilangan skor atau nilai, peringkat atau frekuensi yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik dan melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain. Dengan pendekatan ini peneliti mengharapkan akan mendapatkan data yang lebih spesifik dan lebih akurat. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikasi perbedaan kelompok atau signifikasi antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis berusaha melihat pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Dalam buku Metodologi Penelitian, W.Gulo 2005 mengatakan bahwa populasi adalah “sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian, yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui ”. Subjek dalam penelitian ini, yaitu wanita yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. Masih aktif bekerja menjadi pekerja atau karyawan dan telah menikah, berusia 20 –45 tahun, dan memiliki anak yang masih memerlukan asuhan, atau masih harus terlibat dalam pengasuhan anaknya. b. Karyawan tetap di perusahaannya dan telah bekerja minimal 2 tahun di tempat atau posisinya sekarang, dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa subjek memiliki pengalaman dan penghayatan yang sama berkaitan dengan perusahaan dan pekerjaannya. c. Berpendidikan minimal SLTA, sehingga diharapkan subjek tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami dan mengisi kuesioner yang diberikan peneliti.

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini subjek diambil dari populasi wanita yang bekerja dan berkeluarga. Sampel yang akan diambil peneliti, yaitu 156 orang wanita yang berasal dari dua perusahaan nama perusahaan tidak diizinkan untuk disebutkan. Metode pengambilan sampel menggunakan Non-Probability Sampling, yaitu pengambilan sampel dimana setiap objek penelitian yang diambil tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel yang diambil hanya sampel yang memenuhi kriteria atau tujuan yang telah ditentukan peneliti. Jadi, setiap karyawati yang telah berkeluarga yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dan bersedia menjadi subjek penelitian akan ditetapkan sebagai sampel.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Kerlinger dalam Gulo, 2005 mengatakan bahwa: Variable is a property that takes on different values … A variable is a symbol which numerals or values are assigned. Variabel merupakan suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih dari nilai atau sifat yang berdiri sendiri, serta menyebut variabel sebagai suatu konstruk properties atau sifat yang diteliti. Hal yang sama dikatakan oleh Arikunto 1997 yang mengatakan bahwa, variabel adalah suatu objek penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu komitmen organisasi sebagai Dependent Variable DV. Independent Variable IV merupakan sehimpunan variabel yang digunakan untuk memprediksi atau menjelaskan bagaimana suatu variabel dapat mempengaruhi komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga. IV dalam penelitian ini, yaitu: 1. Usia; 2. Tingkat pendidikan; 3. Status perkawinan; 4. Keterlibatan kerja job involvement; 5. Konflik peran; 6. Masa kerja; dan, 7. Perceived Organizational Support POS.

3.3.1 Definisi Operasional Variabel

 Dependent variable: Variabel komitmen organisasi adalah skor yang diperoleh dari pengukuran aspek-aspek dalam komitmen organisasi yang meliputi komitmen afektif Affective comitment, komitmen berkelanjutan continuence commitment dan komitmen normatif normative commitment. Dengan mengadaptasi skala baku dari Allen dan Meyer 1997, yaitu Organizational Commitment Questionnaire OCQ dengan 18 item.  Independent Variable: 1. Variabel usia adalah hasil yang diperoleh dari usia subjek berupa data mengenai usia subjek. 2. Variabel tingkat pendidikan adalah hasil yang diperoleh dari subjek berupa data mengenai tingkat pendidikan yang telah ditempuh subjek. 3. Variabel status perkawinan adalah hasil yang diperoleh dari subjek berupa data mengenai status dan usia perkawinan subjek. 4. Variabel konflik peran adalah skor yang diperoleh dari hasil pengukuran dari skala konflik peran ganda, yang meliputi aspek pengasuhan anak, bantuan pekerjaan rumah tangga, komunikasi dan interaksi dengan anak dan suami, waktu untuk keluarga, menentukan prioritas, tekanan karir dan tekanan keluarga, pandangan suami terhadap peran ganda wanita. 5. Variabel keterlibatan kerja job involvement adalah skor yang diperoleh dari hasil pengukuran skala mengenai harapan yang besar terhadap pekerjaan, rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, kesiapan dalam menghadapi tugas, kebanggaan terhadap pekerjaan, ambisi, serta keinginan untuk mobilitas ke atas. 6. Variabel masa kerja adalah skor yang diperoleh dari subjek berupa data mengenai lamanya subjek bekerja sebagai karyawanpegawai dalam sebuah perusahaan. 7. Variabel Perceived Organizational Support POS adalah skor yang diperoleh dari hasil pengukuran skala baku mengenai keyakinan karyawan mengenai penghargaan yang diberikan organisasi kepada karyawan melaui kebijakan organisasi, aturan dan tanggung jawab keuangan.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Established Instrument yaitu alat ukur yang sudah dikembangkan oleh peneliti lain. Instrumen yang diadaptasi, yaitu pengukuran untuk komitmen organisasi, dan Perceived Organizational Support POS diadaptasi dalam bahasa inggris, sehingga kemudian peneliti akan melakukan penerjemahan item-item dalam instrumen tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Dalam menerjemahkan instrumen-instrumen penelitian, peneliti dibantu oleh ahli Bahasa Inggris, dan mencari berbagai literatur yang terkait dengan instrumen penelitian. Sedangkan, untuk instrument pengukuran konflik peran, peneliti mengadaptasi skala yang dibuat oleh peneliti dari Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat pengumpul data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari responden. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert dengan variasi pilihan respon dan skala penilaian. Skala model Likert adalah suatu himpunan butir pernyataan sikap yang kesemuanya dipandang kira- kira sama dengan ‟nilai sikap‟, subjek menanggapi setiap butir dengan menggunakan taraf setuju atau tidak setuju, atau taraf sesuai atau tidak sesuai. Pernyataan item dalam skala model Likert ini terdiri dari pernyataan positif dan negatif favorable dan unfavorable. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan alat ukur model Likert dan skala model penilaian antara lain adalah terdapat variasi pilihan respon yang masing-masing terdiri empat alternatif jawaban yang disediakan. Untuk mengukur variabel- variabel penelitian ini, peneliti menggunakan skala model Likert yang telah dimodifikasi yaitu dengan menghilangkan jawaban netral, agar mendorong reponden untuk memilih dan memutuskan respon negatif ataupun positif, sehingga terlihat “kecenderungan sentral” central tendency dari jawaban responden. Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat setuju. Setiap katagori memiliki nilai sebagai berikut: Tabel 3.1 Tabel Skor Skala Model Likert Respon Pilihan Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable Variasi I Variasi 2 SS Sangat Setuju SS Sangat Sesuai 4 1 S Setuju S Sesuai 3 2 TS Tidak Setuju TS Tidak Sesuai 2 3 STS Sangat Tidak Setuju STS Sangat Tidak Sesuai 1 4 Skala model Likert dipilih untuk mengukur variabel komitmen organisasi, skala keterlibatan kerja, dan skala POS Perceived Organizational Support. Untuk skala model penilaian menurut Sevilla dalam Sevilla, dkk., 1993 merupakan salah satu alat pengamatan tidak langsung, karena responden diminta untuk mencarikan penilaian berdasarkan pengamatan yang telah berlalu atau tentang bagaimana peranannya terhadap objek, situasi, atau orang yang dinilai. Subjek menanggapi setiap butir pernyataan dengan respon pilihan jawaban: tidak pernah, kadang-kadang, seringkali, dan selalu. Skala model penilaian ini digunakan untuk pengukuran skala konflik peran, dengan alternatif jawaban sebagai berikut: Tabel 3.2 Tabel Skor Skala Model Penilaian Respon Pilihan Jawaban Skor Tidak Pernah TP 1 Kadang-Kadang KD 2 Seringkali SR 3 Selalu SL 4 Dalam penelitian ini, subjek akan diberikan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian, kerahasian jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima kasih peneliti. b. Bagian data, berisi tentang data-data subjek seperi nama inisial, usia, usia bekerja masa kerja, status jabatan, tingkat pendidikan, dan status perkawinan. c. Bagian inti, berisi empat alat ukur penelitian yaitu alat ukur komitmen organisasi, alat ukur keterlibatan kerja, alat ukur konflik peran, dan alat ukur Perceived Organizational Support POS. Pada saat penelitian, subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh responden dengan memberikan tanda silang X pada pilihan jawaban.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian sebanyak 4 alat ukur, yaitu: 1. Alat ukur komitmen organisasi Untuk mengukur komitmen organisasi, peneliti mengadaptasi skala baku OCQ Organizational Commitment Questionnaire dari Allen dan Meyer 1990. Skala ini menggunakan skala model Likert dengan alternatif jawaban Sangat Sesuai SS, Sesuai S, Tidak Sesuai TS, dan Sangat Tidak Sesuai STS. Skala terdiri dari 18 butir item pernyataan yang mengukur komitmen organisasi dengan 3 dimensi utama, yaitu komitmen afektif, komitmen kesinambungan, dan komitmen normatif masing-masing terdiri dari 6 item. Tabel 3.3 Blue Print Komitmen Organisasi No. Dimensi Indikator ∑ 1. Affective Commitment  Merasa senang berkarir di organisasi.  Merasa masalah perusahan masalah saya juga.  Merasa perusahaan ini sangat berarti.  Merasa sangat memiliki perusahaan ini.  Merasa ada ikatan batin.  Merasa bagian perusahaan. 6 2. Continuance Commitment  Merasa tetap dalam perusahaan merupakan kebutuhan dan keinginan saya.  Merasa sangat berat bila meninggalkan pekerjaan.  Merasa akan terganggu bila keluar dari perusahaan.  Merasa mempunyai sedikit pilihan bila keluar dari perusahaan.  Jika belum terlalu berkecimpung dalam perusahaan mungkin memilih kerja di tempat lain.  Salah satu konsekuensi negatif meninggalkan perusahaan adalah jarangnya alternatif pekerjaan yang tersedia. 6 3. Normative Commitment  Kewajiban untuk tetap bekerja di organisasi.  Perasaan karyawan bila keluar dari organisasi.  Loyalitas d alam bekerja.  Tidak keluar d ari organisasi karena memiliki tanggung jawab.  Merasa dibutuhkan oleh orang-orang dalam perusahaan.  Merasa berhutang budi. 6 Jumlah 18 2. Alat ukur konflik peran Untuk mengukur konflik peran pada wanita karir berkeluarga, peneliti menggunakan skala konflik peran ganda Luki Arinta 1993 dengan model skala penilaian dengan alternatif pilihan jawaban Tidak Pernah TP, Kadang-Kadang KD, Seringkali SR, dan Selalu SL. Skala baku ini disusun untuk mengungkap tingkat konflik peran ganda pada wanita karir, dimana konflik peran diperkirakan berasal dari peran dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga. Skala ini dibuat dengan mengacu pada Skala Konflik Peran Ganda oleh Sekaran 1986 dan Work-Family Conflict Scale dari Kopelman, dkk., 1983 dan Burley 1989. Dari kedua skala tersebut oleh Imelda Luki Arinta 1993 dikelompokkan menjadi 7 aspek, yaitu aspek pengasuhan anak, bantuan pekerjaan rumah tangga, komunikasi dan interaksi dengan anak dan suami, waktu untuk keluarga anak-anak dan suami, menentukan prioritas, tekanan karir dan tekanan keluarga, dan pandangan suami terhadap peran ganda wanita. Dari skala 41 item tersebut didapatkan hasil koefisien r ix bergerak dari 0,304 sampai dengan 0,701. Pengujian reliabilitas Skala Konflik Peran Ganda ini menggunakan pendekatan Alpha, hasilnya menunjukkan koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,914. Tabel 3.4 Blue Print Konflik Peran Ganda No. Aspek Nomor Butir ∑ 1. Pengasuhan Anak 1, 7, 13, 19, 24, 29, 33, 7 2. Bantuan Pekerjaan Rumah Tangga 8, 14 2 3. Komunikasi Interaksi dengan Anak Suami 2, 9, 15, 20, 25, 30, 40, 41 8 4. Waktu untuk Keluarga 3, 10, 21, 34, 37 5 5. Menentukan Prioritas 4, 18, 26, 31, 38 5 6. Tekanan Karir Tekanan Keluarga 5, 11, 16, 17, 22, 32, 35 7 7. Pandangan Suami terhadap Peran Ganda Wanita 6, 12, 23, 27, 28, 36, 39 7 Jumlah 41 3. Alat ukur keterlibatan kerja Alat ukur keterlibatan kerja merupakan alat ukur yang mengukur keterlibatan karyawan di perusahaan tempat individu bekerja. Penilaiannya meliputi penilaian terhadap jawaban responden mengenai aspek harapan yang besar terhadap pekerjaan, rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, kesiapan dalam menghadapi tugas, kebanggaan terhadap pekerjaan, ambisi, serta keinginan untuk mobilitas ke atas. Peneliti membuat sendiri skala berdasarkan 5 aspek tersebut. Skala tersebut menggunakan skala model Likert dengan alternatif jawaban Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai TS, dan Sangat Tidak Sesuai STS. Masing-masing aspek memiliki item untuk mewakili aspek yang diukur dengan total keseluruhan item, yaitu 30 item. Tabel 3.5 Blue Print Keterlibatan Kerja No Aspek Item ∑ Favorable Unfavorable 1. Harapan yang besar terhadap pekerjaan 1, 10, 22 6, 16 5 2. Keterlibatan Secara emosional terhadap pekerjaan 12, 18, 26, 29 2, 23, 28 7 3. Rasa Tanggung jawab terhadap pekerjaan 5, 11, 27, 30 7, 15, 24 7 4. Rasa bangga terhadap pekerjaan 4, 14, 21 9, 19 5 5. Keinginan mobilitas keatas 8, 17, 20 3, 13, 25 6 Jumlah 17 13 30 4. Alat ukur POS Alat ukur Perceived Organizational Support adalah alat ukur yang mengukur persepsi karyawan mengenai penilaiannya terhadap kebijakan yang diterapkan di dalam perusahaan. Alat ukur ini bernama Survey of Perceived Organizational Support SPOS yang diciptakan oleh Eisenberger, R. Huntington, S. Hutchinson dan D. Sowa 1986 yang kemudian diadaptasi oleh peneliti untuk digunakan dalam penelitian ini. Alat ukur ini menggunakan skala model Likert dengan alternatif jawaban Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS, dan Sangat Tidak Setuju STS. Skala tersebut terdiri dari 36 item pernyataan, namun hanya 8 item yang memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi Eisenberger, 2002. Oleh karena itu peneliti menggunakan 8 item tersebut sebagai acuan penelitian yaitu pada no. item: 1, 3, 7, 9, 17, 21, 23, 27 . Blue print alat ukur Perceived Organizational Support, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.6 Blue print Perceived Organizational Support POS No. Aspek – aspek POS Favorable Unfavorable ∑ 1. Keyakinan pegawai tentang sejauhmana organisasi menghargai kontribusi mereka dalam perusahaan dan sejauhmana organisasi memperhatikan kesejahteraan pegawai yang diwujudkan melalui kebijakan organisasi, aturan, dan tanggung jawab. 1, 9, 21, 27 3, 7, 17, 23 8 Jumlah 4 4 8 5. Item untuk mengukur usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, masa kerja, dan status jabatan. Item pengkuran dikembangkan sendiri oleh peneliti berupa pertanyaan dengan empat pilihan jawaban. Alat ukur usia, masa kerja, status jabatan, status perkawinan, dan tingkat pendidikan menggunakan model pilihan dan isian dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Tabel 3.7 Tabel Skala Alternatif Jawaban Score a 1 b 2 c 3 d 4 Berdasarkan tabel, skala disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberi tanda silang x pada pilihan yang telah disediakan. Item tersebut, sebagai berikut: 1. Usia saya saat ini 2. Tingkat Pendidikan : a. ≥ 20 tahun a. SMA b. 25 – 30 tahun b. Diploma c. 31 – 40 tahun c. S-1 d. 41 tahun d. S-2 3. Status Perkawinan 4. PekerjaanJabatan:  MenikahBercerai ISIAN  Menikah : .... Tahun 5. Saya telah bekerja selama a. 2 tahun b. 3 – 5 tahun c. 6 – 8 tahun d. 8 tahun

3.5 Uji Instrumen

3.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis CFA dengan bantuan software Lisrel 8.70 Joreskog dan Sorbom, 2004. adapun langkah-langkah untuk mendapatkan kriteria item yang baik pada CFA, yaitu sebagai berikut: 1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan P0.05 berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun jika nilai Chi-Square signifikan P0.05, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang diuji sesuai dengan langkah kedua berikut ini. 2. Jika nilai Chi-Square signifikan P0.05, maka dilakukan modifikasi model pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain mengkur lebih dari satu konstrukmultidimensional. Setelah beberapa kesalahan pengkuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya. 3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien positif. 4. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk mendapatkan faktor skornya. Selanjutnya, melakukan pengolahan data menggunakan SPSS 17.0 dengan ketentuan tidak mengikutsertakan skor mentah dari item yang dieliminasi. Terdapat kriteria item yang baik pada CFA, yaitu Wijanto, 2008: 1. Menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t 1.96 maka item tersebut tidak akan didrop dan sebaliknya. 2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah diskoring dengan favorable pada skala model likert 1-4, maka nilai koefisien muatan faktor harus bermuatan positif, dan sebaliknya. Apabila item favorable, namun muatan faktor item bernilai negatif, maka item tersebut akan didrop dan sebaliknya. 3. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain multidimensi. Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis adalah hasil pengukuran dalam bentuk skor faktor seperti yang diperoleh pada langkah keempat dalam melakukan uji validitas CFA di atas, kecuali untuk variabel usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, masa kerja, dan status jabatan. adapun uji validitas alat ukur akan dipaparkan pada subbab berikut ini:

3.5.2. Uji Validitas Skala Komitmen Organisasi

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 18 item yang ada bersifat unidmensional dalam mengukur komitmen organisasi. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi – Square = 856.67, df = 135, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.186. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model sebagai berikut: fit seperti pada gambar di bawah ini: . Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Variabel Komitmen Organisasi Dari gambar 3.1, nilai Chi – Square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan. Dengan demikian, model dengan satu faktor unidimensional dapat diterima, dan dapat disimpulkan bahwa seluruh item terbukti mengukur satu faktor saja, yaitu komitmen organisasi. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing- masing. Selanjutnya, untuk mengetahui kualitas dari item dapat dilihat melalui signifikasi item dalam mengukur faktor yang hendak diukur. Hal tersebut juga dapat menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji merupakan hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t t-value bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada table 3.8 berikut: Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Komitmen Organisasi No Koefisien Standar error Nilai t Sig. No Koefisien Standar error Nilai t Sig. 1 0.40

0.08 5.02

V 10 0.09 0.09

0.99 X

2 0.02

0.08 0.20

X 11

0.21 0.08

2.56 V

3 0.57

0.07 7.72

V 12

0.68 0.07

9.72 V

4 0.34

0.08 4.36

V 13

0.50 0.07

6.65 V

5 0.59

0.08 7.53

V 14

0.81 0.07

11.56 V

6 0.54

0.07 7.33

V 15

0.77 0.07

11.02 V

7 0.30

0.08 3.78

V 16

0.66 0.07

9.26 V

8 0.50

0.08 6.50

V 17

0.67 0.07

9.34 V

9 0.46

0.09 5.43

V 18

0.56 0.08

7.29 V

Keterangan : tanda V = signifikan t 1,96 ; X = tidak signifikan Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari item 2 dan 10 tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor item lainnya signifikan. Dengan demikian, item no. 2 dan 10 akan di drop. Artinya, bobot nilai pada item 2 dan 10 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Selanjutnya, melihat muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif. Dari tabel 3.8 pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop, kecuali item no 2 dan 10. Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya, dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing- masing. Korelasi kesalahan pengukuran item ditampilkan pada tabel di bawah ini, yaitu: Tabel 3.9 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item Komitmen Organisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 1 2 V 1 3 V 1 4 V V 1 5 V V 1 6 V V V 1 7 V V 1 8 V 1 9 V V V V V V 1 10 V V V V V 1 11 V V V V V 1 12 V V V V V 1 13 V V 1 14 V V V V V V 1 15 V V 1 16 V V 1 17 V V V V V 1 18 V V V V 1 Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item Dari table di atas dapat dilihat korelasi antar kesalahan pengukuran item. Item yang baik memiliki kesalahan pengukuran yang tidak berkorelasi satu sama lain. Namun, pada model ini tidak ada kesalahan pengukuran yang tidak berkorelasi, tetapi paling tidak ada item yang hanya memiliki satu kesalahan pengukuran korelasi terhadap item lainnya, yaitu: item 2, 3, dan 8. Sedangkan, untuk item yang tidak bagus, yaitu: item 9, 10, 11, 12, 14, 17, dan 18, karena paling banyak mempunyai tanda V, yang berarti kesalahan pengukuran item-item tersebut berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Hal itu juga berarti bahwa item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Dengan demikian, item 9, 10, 11, 12, 14, 17, dan 18 akan didrop, artinya bobot nilai item-item tersebut tidak akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Langkah terakhir, item-item komitmen organisasi yang tidak didrop dihitung faktor skornya. Faktor skor ini dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi, penghitungan faktor skor ini tidak menjumlahkan item-item variabel pada umumnya, tetapi justru dihitung true score pada tiap item. Setelah didapatkan faktor skor, peneliti mentransformasikan faktor skor menjadi t-score yang berfungsi menghilangkan bilangan negatif dari z-score. Semua skor ditransformasi ke skala t yang semuanya positif dengan menetapkan harga mean = 50 dan standar deviasi = 10. Langkah selanjutnya, yaitu melakukan proses komputasi melalui formula T-score = 50 + 10.z Mc.Call dalam Crocker dan Algina, 1986. Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi t-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu dicatat, bahwa hal yang sama juga berlaku untuk variabel konflik peran, keterlibatan kerja, dan Perceived Organizational Support POS.

3.5.3. Uji Validitas Skala Konflik Peran Ganda

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 41 item pada skala konflik peran bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh dari variabel konflik peran, model satu faktor unidimensional tidak fit, dengan Chi-Square = 2616.31, df = 780, dan P-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.123. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, peneliti tidak mendapatkan hasil yang fit pada skala tersebut. Oleh karena itu, peneliti memecah skala konflik peran tersebut menjadi 7 bagian sesuai dengan dimensi aspek dari skala konflik peran tersebut, yaitu sebagai berikut: 1. Validitas konstruk aspek pengasuhan anak Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item tersebut bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh pada aspek tersebut, model satu faktor unidimensional tidak fit, dengan Chi- Square = 40.49, df = 14, dan P-value = 0.00021, dan RMSEA = 0.110. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, seperti pada gambar di bawah ini: Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Dari Aspek Pengasuhan Anak Dari gambar 3.2 di atas, nilai Chi-Square menghasilkan P 0.05 tidak signifikan. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat terima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu pengasuhan anak. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat di simpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikasi tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur melalui koefisien muatan faktor dengan cara melihat nilai t bagi setiap koefisen muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut ini: Tabel. 3.10 Muatan Faktor Item Aspek Pengasuhan Anak Untuk Konflik Peran Ganda No Koefisien Standar error Nilai t Sig. 1

0.67 0.08

8.89 V

7 0.72

0.07 9.78

V 13

0.80 0.07

11.41 V

19 0.79

0.07 11.24

V 24

0.67 0.08

8.86 V

29 0.65

0.08 8.54

V 33

0.77 0.07

10.91 V

Keterangan : tanda V = signifikan t 1,96 ; X = tidak signifikan Dilihat dari muatan faktornya 7 item yang mengukur pengasuhan anak, semua menghasilkan hasil yang signifikan karena t-value bermuatan positif t1,96, yang berarti item-item tersebut dapat digunakan dalam mengestimasi skor faktor. Adapun matriks korelasinya dijelaskan di bawah ini: Tabel 3.11 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item Aspek Pengasuhan Anak 1 2 3 4 5 6 7 1 1 2 1 3 V 1 4 1 5 1 6 V 1 7 1 Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item Dari tabel di atas terlihat bahwa kesalahan pengukuran item yang berkorelasi terlihat pada item 13 dan item 29.

2. Validitas konstruk aspek bantuan pekerjaan rumah tangga

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 2 item tersebut bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh pada aspek tersebut, model satu faktor unidimensional fit, dengan Chi- Square = 0.00, df = 0, dan P-value = 1.00, dan RMSEA = 0.000, yaitu seperti pada gambar di bawah ini: Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Aspek Bantuan Pekerjaan Rumah Tangga Dari gambar 3.3 di atas, nilai Chi-Square menghasilkan P 0.05 tidak signifikan. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat terima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu bantuan pekerjaan rumah tangga. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikasi tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur melalui koefisien muatan faktor dengan cara melihat nilai t bagi setiap koefisen muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut ini: Tabel. 3.12 Muatan Faktor Item Aspek Bantuan Pekerjaan Rumah Tangga Untuk Konflik Peran No Koefisien Standar error Nilai t Sig. 8

0.99 0.06

17.29 V