Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen Organisasi

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Komitmen Organisasi

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi

Pengertian komitmen organisasi organizational commitment banyak dikemukakan oleh para ahli. Steers dalam Yuwono, dkk., 2005:133 menjelaskan bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan peristiwa ketertarikan individu terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi. Ahli lain, Menurut Mowday dan Porter dalam Jex, 2002:133, pada tingkat yang sangat umum komitmen organisasi dapat diartikan sebagai penelitian, sejauh mana karyawan mendedikasikan diri pada organisasi yang telah mempekerjakan mereka dan siap bekerja demi kepentingan organisasi, serta memiliki keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya. Armstrong dalam Yuwono dkk., 2005:134 menyatakan bahwa pengertian komitmen mempunyai 3 tiga area perasaan atau perilaku terkait dengan perusahaan tempat seseorang bekerja: 1. Kepercayaan, pada area ini seseorang melakukan penerimaan bahwa organisasi tempat bekerja atau tujuan-tujuan organisasi di dalamnya merupakan sebuah nilai yang diyakini kebenarannya. 2. Keinginan, untuk bekerja atau berusaha di dalam organisasi sebagai kontrak hidupnya. Pada konteks ini orang akan memberikan waktu, kesempatan, dan kegiatan pribadinya untuk bekerja di organisasi atau berkorban demi organisasi tanpa mengharapkan imbalan personal. 3. Keinginan, untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi. Jadi, pengertian komitmen tidak sekedar menjadi anggota dalam organisasi saja dan bekerja saja, tetapi lebih dari itu, orang akan bersedia untuk mengusahakan pada derajat upaya tertinggi untuk kepentingan organisasi, demi kemajuan organisasi, serta untuk mencapai tujuan organisasi Yuwono dkk., 2005:134. Selanjutnya, Robbins dalam Sjabadhyni, dkk, 2001:456 memandang komitmen organisasi sebagai satu sikap kerja. Karena merefleksikan perasaan orang suka atau tidak suka terhadap organisasi di tempat ia bekerja. Bila ia menyukai organisasi tersebut, ia akan berupaya untuk tetap bekerja di sana. Robbins mendefinisikannya sebagai suatu orientasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi, dan keterlibatan. Jadi, komitmen terhadap organisasi mendefinisikan unsur orientasi hubungan aktif antara individu dan organisasinya; orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu sebagai pekerja berkehendak dan bersedia memberikan sesuatu; dan sesuatu yang diberikan itu demi merefleksikan dukungannya untuk tercapainya tujuan organisasi. John B. Minner 1992:124 mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sebuah sikap, memiliki ruang lingkup yang lebih global dari pada kepuasan kerja, karena komitmen organisasi menggambarkan pandangan terhadap organisasi secara kesuluruhan, bukan hanya aspek pekerjaan saja. Komitmen organisasi didefinisikan dan diukur dengan berbagai cara yang berbeda. Pendekatan-pendekatan teoritis atau komponen utama yang muncul dari riset sebelumnya, yaitu: a. Pendekatan Sikap Attitudinal Approach Komitmen menurut pendekatan ini, menunjuk pada permasalahan keterlibatan dan loyalitas. Menurut pendekatan ini, komitmen dipandang sebagai suatu sikap keterikatan kepada organisasi, yang berperan penting pada pekerjaan tertentu dan perilaku yang terkait. Sebagai contoh, pegawai yang memiliki komitmen tinggi, akan rendah tingkat absensinya, dan lebih kecil kemungkinannya untuk meninggalkan organisasi dengan sukarela, dibandingkan dengan pegawai yang memiliki komitmen yang rendah. Konsep komitmen organisasi dari Mowday, Porter, dan Steers dalam Luthans, 1995:130, merupakan pendekatan sikap; dimana, komitmen didefinisikan sebagai: 1. Keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu. 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi. 3. Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. b. Pendekatan Perilaku Behavioral Approach Pendekatan ini menitikberatkan pandangan bahwa investasi karyawan berupa waktu, pertemanan, pensiun, dan lain-lain membuat ia terikat untuk loyal terhadap organisasi. Dalam pendekatan ini, Kanter, dalam Suliman dan Iles dalam Yuwono, dkk., 2005:142 mendefinisikan komitmen organisasi sebagai: “profit associated with continued participation and a `cost associated with leaving ”. Menurut White dalam Yuwono, dkk., 2005:142, komitmen organisasi terdiri dari tiga area keyakinan ataupun perilaku yang ditampilkan oleh karyawan terhadap perusahaan dimana ia bekerja. Ketiga area tersebut adalah : 1. Keyakinan dan penerimaan terhadap organisasi, tujuan, dan nilai-nilai yang ada di organisasi tersebut. 2. Adanya keinginan untuk berusaha sebaik mungkin sesuai dengan keinginan organisasi. Hal ini tercakup di antaranya menunda waktu libur untuk kepentingan organisasi dan bentuk pengorbanan yang lain tanpa mengharapkan personal gain secepatnya. 3. Keyakinan untuk mempertahankan keanggotaannya di organisasi tersebut. Spector, dalam Sopiah, 2008:157, menyebutkan dua perbedaan konsepsi tentang komitmen organisasi, yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan pertukaran exchange approach, dimana komitmen pada organisasi sangat ditentukan oleh pertukaran kontribusi yang dapat diberkan oleh perusahaan terhadap anggota dan anggota terhadap organisasi, sehingga semakin besar kesesuaian pertukaran yang didasari pandangan anggota maka semakin besar pula komitmen mereka pada organisasi. 2. Pendekatan psikologis Psychology Approach, dimana pendekatan ini lebih menekankan orientasi yang bersifat aktif dan positif dari anggota terhadap organisasi, yakni sikap atau pandangan terhadap organisasi tempat kerja yang akan menghubungkan dan mengaitkan keadaan seseorang dengan organisasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Angle Perry, serta Bateman Stresser dalam Yuwono, dkk., 2005:142 menemukan kenyataan bahwa individu yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi memiliki kondisi : a individu-individu tersebut lebih mampu beradaptasi; b jumlah karyawan yang keluar-masuk turnover lebih sedikit; c kelambatan dalam bekerja lebih sedikit dijumpai; d kepuasan kerja lebih tinggi. Mathieu dan Zajack dalam Yuwono, dkk., 2005:142 menyatakan bahwa seseorang yang terlalu berkomitmen pada organisasi akan cenderung mengalami stagnasi dalam kariernya serta cenderung berkurang pengembangan dirinya self development; dan bila komitmen mencerminkan identifikasi dan keterlibatan dalam organisasi, maka organisasi akan mendapat keuntungan dengan berkurangnya turnover, adanya prestasi yang lebih baik. Berdasarkan definisi dan pengertian para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa pegawai yang memiliki komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki organisasi; memiliki keinginan kuat untuk tetap bergabung dengan organisasi; terlibat sungguh-sungguh dalam pekerjaannya; dan menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan organisasi, serta bersedia atas kemauan sendiri untuk memberikan sesuatu yang ada pada dirinya guna membantu merealisasikan tujuan dan kelangsungan organisasi.

2.1.2 Jenis Komitmen