antikolinergik yang tinggi berhubungan dengan keparahan delirium. Ketiga, terdapat bukti-bukti yang berdasarkan riwayat percobaan klinis, yang
mengemukakan bahwa penggunaan obat-obat antikolinesterase pada pengobatan penyakit Alzheimer ternyata juga bermanfaat dalam mengobati gejala-gejala
delirium. Burns dkk, 2004 Hunter dkk 2005 melakukan studi untuk melihat penurunan kadar N-
acetylaspartate NAA di regio frontalis dan oksipitalis dengan menggunakan proton MR spectroscopy pada 7 penderita kanak-kanak yang mengalami trauma
kapitis akut non penetrasi dan hubungannya dengan outcome
kognitif. Didapati bahwa konsentrasi NAA dan choline Cho menurun pada penderita trauma
kapitis, dan penurunan NAA ini berkaitan dengan penurunan fungsi kognitif. Kadar NAA, choline Cho dan creatine Cr dijumpai lebih tinggi pada hemisfer kiri
dibanding kanan. Studi terakhir menduga adanya peranan sitokin, seperti interleukin-1 dan
interleukin-6, pada patogenesis delirium. Setelah mengalami infeksi, inflamasi dan toksik, pirogen endogen, seperti interleukin-1, akan dilepaskan dari sel. Trauma
kapitis dan iskemik, yang sering berkaitan dengan munculnya delirium, ditandai dengan respon otak yang dimediasi oleh interleukin-1 dan interleukin-6.
Alagiakrishnan dan Blanchette, 2005
II.2.6. Patologis
Pada otak penderita delirium yang telah meninggal tanpa berkaitan dengan penyakit atau cedera, biasanya terlihat tidak adanya perubahan patologik yang
signifikan. Delirium dapat juga terjadi berkaitan dengan sejumlah keadaan
Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008.
patologis yang nyata. Topografi lesi pada keadaan ini cukup menarik. Biasanya cenderung berlokasi di midbrain, hipothalamus dan pada lobus temporalis, di
mana selanjutnya melibatkan retikularis dan sistem limbik. Adams dkk, 2001 Proses patologis pada daerah sistem limbik dan atau neokorteks serta
jaras-jaras assosiasinya dapat menyebabkan perubahan tingkah laku berupa gejala neurobehavior : defisit fungsi kognitif perhatian, bahasa, memori, praksis,
visuospatial, eksekutif dan atau gejala neuropsikiatri perubahan afek, mood dan kepribadian. Lumempouw, 2004
II.2.7. Gambaran klinis
Delirium bersifat sementara, biasanya reversibel, adanya disfungsi serebral dan bermanifestasi klinis secara luas berupa kelainan neuropsikiatrik.
Alagiakrishnan dan Blanchette, 2005 Delirium merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menjelaskan sejumlah gejala psikiatrik. Maull dkk, 1996
Delirium merupakan suatu kondisi gangguan kognitif global yang terutama berkaitan dengan defisit perhatian atensi. Katz dan Giacino, 2004
Delirium dikategorikan berdasarkan tingkat kewaspadaan alertness
dan tingkat aktifitas psikomotor. Truman dan Ely, 2003 Terdapat 3 tipe dari delirium
yaitu delirium hiperaktif tipe agitasi, delirium hipoaktif delirium somnolen dan delirium campuran. Gleason, 2003; Alagiakrishnan dan Blanchette, 2005
Penderita dengan subtipe hiperaktif dapat mengalami agitasi, disorientasi, delusi dan halusinasi. Penderita dengan subtipe hipoaktif sering mengalami
murung, bingung confused
sendiri, disorientasi dan apati. Tipe campuran
Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008.
ditandai dengan fluktuasi antara subtipe hiperaktif dan hipoaktif. Gleason, 2003 Trauma kapitis termasuk delirium hiperaktif secara motorik. Trzepacz, 1994
II.2.8. Kriteria diagnostik