Hubungan antara gangguan kognitif dan delirium dengan lamanya masa rawat inap rumah sakit

signifikan dijumpai rerata masa rawat inap rumah sakit yang paling lama yaitu pada lesi di ganglia basalis selama 70,5 ± 67,7 hari; lesi di brainstem serebelum selama 62,8 ± 41,0 hari; lesi di thalamus selama 55,2 ± 54,8 hari; lesi di frontal temporal dan corpus callosum merupakan yang paling singkat yaitu selama 29,7 ± 28,6 hari.

IV.2.5. Hubungan antara gangguan kognitif dan delirium dengan lamanya masa rawat inap rumah sakit

Masalah kognitif hampir selalu muncul setelah trauma kapitis berat dan seringkali diikuti oleh penyebab lain dari kerusakan otak. Pada penderita trauma kapitis yang survival biasanya namun tidak selalu memperlihatkan penyembuhan fungsi motorik yang sesuai, dapat timbul masalah tingkah laku, dan hampir selalu ditemukan masalah kognitif terutama dengan perhatian atensi, proses informasi, memori dan fungsi eksekutif. Wilson, 1999 Penderita yang memenuhi kriteria untuk suatu delirium akan memperlihatkan gangguan kognitif yang lebih besar dibanding dengan individu yang tidak mengalami delirium. Kennedy dkk, 2003 Gangguan kognitif, yang muncul di awal rawatan rumah sakit, dapat memprediksi perpanjangan lamanya rawat inap dan telah dianalisa terhadap kontrol berdasarkan keparahan penyakit yang diderita, gangguan fungsional dan variabel-variabel penggangu potensial lainnya. Saravay dkk, 2004 Delirium berhubungan dengan peningkatan mortalitas, penambahan lamanya masa rawat inap di rumah sakit lengths of hospital stay , peningkatan penggunaan fasilitas rumah sakit, dan outcome fungsional dan kognitif yang semakin memburuk. Kennedy dkk, 2003 Pada penderita yang lebih tua dan pada Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008. periode pasca operasi, delirium dapat menyebabkan masa rawat inap di rumah sakit menjadi lebih lama, meningkatkan komplikasi medis, meningkatkan biaya pengeluaran, dan menyebabkan kecacatan disabilitas dalam jangka waktu lama. Alagiakrishnan dan Blanchette, 2005 Secara umum Saravay dan Lavin 1994 sebelumnya telah meninjau ulang reviewed terhadap 26 studi Internasional dan American yang menilai pengaruh komorbiditas psikiatrik dan lamanya masa rawat inap pada penderita rawatan medis dan operasi. Beberapa review studi Internasional diantaranya yaitu studi oleh Maguire dkk cit . Saravay dan Lavin, 1994 mendapatkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara peningkatan lamanya masa rawat inap dengan confusion , peningkatan usia dan trauma terjatuh. Studi oleh Mayoe dkk cit . Saravay dan Lavin, 1994 mendapatkan bahwa gangguan kognitif berhubungan dengan pemanjangan masa rawat inap rumah sakit dan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Studi Gustafson dkk cit . Saravay dan Lavin, 1994 mendapatkan bahwa penderita post operatif fraktur leher femur dengan delirium secara signifikan menetap lebih lama di rumah sakit. Studi oleh Rockwood cit . Saravay dan Lavin, 1994 mendapatkan bahwa adanya delirium, demensia dan usia lebih dari 80 tahun berhubungan secara signifikan dengan keterlambatan penderita keluar dari rumah sakit, dan pada penderita ini dijumpai rerata lamanya rawat inap menjadi lebih lama dua kali lipat. Namun sebaliknya studi oleh Incalzi dkk cit . Saravay dan Lavin, 1994 gagal memperlihatkan hubungan yang signifikan antara gangguan kognitif dengan peningkatan lamanya masa rawat inap pada penderita geriatrik. Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008. Sedangkan beberapa review studi American oleh Saravay dan Lavin diantaranya yaitu studi oleh Dvoredsky dan Cooley, Fulop dkk, Levenson dkk, cit . Saravay dan Lavin, 1994 yang mendapatkan bahwa komorbiditas psikiatrik berhubungan dengan pemanjangan lamanya masa rawat inap rumah sakit. Lainnya studi Lyons dkk cit . Saravay dan Lavin, 1994 mendapatkan bahwa penderita dengan komorbid psikiatrik pada stadium akut dan rehabilitasi pada kasus trauma kapitis dan medula spinalis akan menetap lebih lama secara signifikan di rumah sakit. Studi oleh Cushman cit . Saravay dan Lavin, 1994 mendapatkan bahwa bahwa penderita stroke dengan diagnosa sekunder psikiatrik sindroma otak organik, demensia dan depresi ternyata memiliki rerata lamanya masa rawat inap yang lebih panjang yaitu 36 hari dibanding dengan yang tidak ada diagnosa psikiatrik sekunder yaitu 22 hari. Studi oleh Fields dkk cit . Saravay dan Lavin, 1994 mendapatkan bahwa penderita dengan adanya gangguan kognitif akan menetap di rumah sakit tiga kali lebih lama 3 vs 12 hari dibanding yang tidak dijumpai gangguan kognitif, serupa halnya dengan studi Saravay dkk. Studi oleh Thomas dkk cit . Saravay dan Lavin, 1994 mendapatkan bahwa penderita dengan delirium menetap di rumah sakit lebih lama dua kali lipat dibanding dengan penderita tanpa delirium 21,6 vs 10,6 hari. Studi oleh Francis dkk cit . Saravay dan Lavin, 1994 mendapatkan bahwa penderita delirium menetap di rumah sakit lebih lama secara signifikan dengan rerata 12,1 hari dibanding 7,2 hari pada kelompok kontrol. Namun pada studi oleh Rogers dkk cit . Saravay dan Lavin, 1994 tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara lamanya masa rawat inap dengan komorbiditas kognitif. Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008. Pada penelitian Fulop dkk 1998 terhadap 467 penderita medikal – surgikal geriatrik, dijumpai bahwa gangguan kognitif merupakan prediktor lamanya masa rawat inap yang signifikan secara statistik; di mana gangguan kognitif secara signifikan memperpanjang lamanya masa rawat inap sebanyak 30 14,6 ± 15,4 vs 10,6 ± 10,9 hari. Pada penelitian Hawkins dkk 2005 terhadap 115 penderita trauma kapitis yang dibagi menjadi dua grup grup 1 terdiri dari 51 penderita dan grup 2 terdiri dari 64 penderita, pada grup 1 dijumpai defisit kognitif yang lebih parah dibanding dengan grup 2 skore the Rancho Los Amigos Levels of Cognitive Function Scale RLAS 4,5 pada grup 1 dan 5,4 pada grup 2 dan dijumpai rerata masa rawat inap rumah sakit pada grup 1 secara signifikan lebih lama yaitu sekitar 82 hari dibanding dengan grup 2 yaitu sekitar 51 hari. Pada penelitian Franco dkk 2001 terhadap 500 penderita yang akan menjalani operasi elektif, dijumpai 11,4 mengalami delirium. Pada penderita dengan delirium secara signifikan dijumpai rerata lamanya masa rawat inap menjadi lebih lama 6,0 vs 4,6 hari. Pada penelitian George dkk 1997 terhadap 171 penderita dengan delirium didapati lamanya masa rawat inap lebih lama panjang bila dibanding dengan penderita tanpa delirium 27 vs 25 hari, namun tidak signifikan. Pada penelitian Inouye dkk 1998 terhadap 727 penderita berusia lebih dari 65 tahun, didapati bahwa median lamanya masa rawat inap rumah sakit pada penderita dengan delirium lebih lama dibanding dengan penderita tanpa delirium 8,0 vs 7,5 hari, namun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008. Pada penelitian McCusker dkk 2001 terhadap 315 penderita yang berusia lebih dari 65 tahun yang dilakukan skrining delirium selama minggu pertama rawatan, dijumpai nilai median lamanya masa rawat inap di rumah sakit pada penderita delirium dengan berbagai penyebab yaitu sebesar 13,0 hari dengan kisaran 5,5 – 21,0 hari. Pada penelitian Saravay dkk 2004 terhadap 93 penderita berusia ≥ 65 tahun, didapati bahwa pada 45 penderita dengan gangguan kognitif yang berkaitan dengan delirium dan demensia, secara signifikan dijumpai lama masa rawat inap yang lebih panjang yaitu 13,6 ± 15,0 hari dibanding pada 48 penderita tanpa gangguan kognitif yaitu 7,8 ± 6,5 hari. Pada penelitian Pitkala dkk 2005 terhadap 425 penderita geriatri berusia ≥ 70 tahun mendapatkan bahwa penderita dengan delirium secara signifikan menghabiskan waktu rawat di rumah sakit lebih lama 36,3 ± 43,1 hari dibanding tanpa delirium 29,5 ± 44,0 hari. Siddiqi dkk 2006 yang meninjau kembali literatur dari 42 studi cohort mengenai kejadian delirium penderita di rumah sakit mendapatkan bahwa rerata lamanya masa rawat inap yang dilaporkan dari 11 studi bervariasi dari 9 sampai 32 hari, di mana 3 studi menunjukkan adanya peningkatan lamanya masa rawat inap yang signifikan namun 7 studi lainnya tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dibanding kontrol. Satu studi menunjukkan adanya peningkatan lamanya masa rawat inap selama 8,05 hari sehubungan dengan insidens delirium. Pada penelitian Turkel dan Tavare 2003 terhadap 84 kasus delirium pada kanak-kanak dan remaja dengan berbagai etiologi, didapati penderita dengan delirium secara keseluruhan memiliki lama masa rawat inap rumah sakit yang Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008. panjang rerata 41 hari, kisaran 1 sampai 255 hari, bergantung pada keparahan dari penyakit yang mendasari. Pada penelitian Turkel dan Tavare ini, penderita delirium yang disebabkan oleh trauma kapitis memiliki rerata lamanya masa rawat inap sekitar 42,3 ± 35,9 hari; hasil ini lebih panjang bila dibanding dengan lamanya masa rawat inap penderita trauma kapitis dengan delirium yang diperoleh pada penelitian saat ini yaitu sekitar 21,05 ± 4,61 hari. Pada penelitian saat ini, penderita trauma kapitis sedang-berat yang mengalami delirium secara signifikan dijumpai rerata lamanya masa rawat inap rumah sakit yang lebih lama panjang yaitu sekitar 21,05 ± 4,61 hari; sedangkan pada penderita yang tidak mengalami delirium dijumpai rerata lamanya masa rawat inap yang lebih singkat yaitu sekitar 12,43 ± 2,85 hari. Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari 34 sampel yang diamati, dijumpai rerata skore CTD sebesar 16,79 ± 5,17 dengan skore CTD terendah 1 dan tertinggi 24. 2. Nilai rerata skore CTD pada kelompok usia muda 15 – 25 tahun dan kelompok usia 35 tahun didapati lebih rendah dan menunjukkan adanya gejala delirium, namun secara statistik tidak signifikan. 3. Nilai rerata skore CTD pada jenis kelamin wanita sedikit lebih rendah dibanding pria, dan kedua skore CTD sama-sama menunjukkan adanya gejala delirium, namun secara statistik tidak signifikan. 4. Nilai rerata skore CTD pada kelompok SKG 3 – 8 secara signifikan lebih rendah dari pada nilai rerata skore CTD pada kelompok SKG 9 – 12, dan rerata skore CTD pada kedua kelompok SKG sama-sama menunjukkan adanya gejala delirium CTD 19. 5. Nilai rerata skore CTD pada kelompok dengan gambaran CT scan kepala medium focal injury , mild moderate diffuse , massive focal injury dan massive diffuse injury secara signifikan lebih rendah dan menunjukkan adanya gejala delirium, sedangkan nilai rerata skore CTD pada kelompok mild focal injury tidak menunjukkan adanya gejala delirium. Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008.