Hubungan antara variabel dengan delirium

jelek. Studi Lipper dkk 1985 mendapatkan adanya perbedaan outcome yang signifikan antara penderita yang memiliki gambaran CT scan normal dan tidak normal, dimana 80 penderita dengan gambaran CT scan normal memiliki outcome yang baik. Berdasarkan gambaran keparahan CT scan kepala, pada penelitian ini dijumpai rerata skore SKG secara signifikan tertinggi yaitu 11,88 ± 0,35 pada subjek dengan gambaran CT scan normal, semakin parah gambaran CT scan maka semakin rendah rerata skore SKG, di mana pada subjek dengan gambaran massive focal injury dijumpai rerata skore SKG sebesar 6,75 ± 2,06; dan pada gambaran massive diffuse injury dijumpai sebesar 8,38 ± 2,06. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardlaw dkk 2002 terhadap 425 penderita trauma kapitis, pada subjek dengan gambaran mild moderate diffuse injury , massive focal dan massive diffuse injury secara signifikan dijumpai skore SKG yang lebih rendah.

IV.2.3. Hubungan antara variabel dengan delirium

Usia lanjut merupakan faktor resiko mayor munculnya suatu delirium. Sekitar 30-40 dari penderita rawat inap yang berusia lebih dari 65 tahun dijumpai suatu episode delirium, dan lainnya 10-15 orang tua memperlihatkan delirium saat masuk rumah sakit. Sadock dan Sadock, 2003 Pada penelitian Franco dkk 2001 terhadap 54 penderita delirium dari 500 penderita post operatif, penderita dengan delirium secara signifikan lebih banyak dijumpai pada usia tua ≥ 70 tahun 18,3 dibanding usia 50 – 70 tahun 6,7. Penelitian Pitkala dkk 2005 terhadap 425 penderita geriatri berusia ≥ 70 tahun juga mendapatkan Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008. bahwa delirium secara signifikan lebih banyak dijumpai pada usia yang lebih tua 85 tahun dan memiliki tingkat pendidikan yang rendah SLTP ke bawah, namun tidak signifikan. Berbeda dengan hasil pada penelitian saat ini, penderita delirium paling banyak dijumpai pada kelompok usia muda 15 – 25 tahun 32,4 dibanding kelompok usia 55 tahun 11,8 namun tidak signifikan. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Bourgeois dkk 2006 pada 155 penderita gangguan kognitif, didapati bahwa kelompok usia muda 18 – 39 tahun secara signifikan lebih banyak mengalami delirium dan didapatkan bahwa peningkatan usia berhubungan dengan penurunan kemungkinan mengalami delirium. Sedangkan pada penelitian Turkel dkk 2003 terhadap 84 penderita kanak-kanak dan remaja yang didiagnosa dengan delirium, didapati bahwa skore Delirium Rating Scale RDS tidak behubungan secara signifikan dengan usia. Jenis kelamin pria merupakan faktor resiko independen untuk delirium menurut DSM-IV-TR. Sadock dan Sadock, 2003 Pada penelitian ini penderita delirium paling banyak dijumpai pada kelompok pria 52,9 dibanding wanita 5,9, namun tidak signifikan. Sebaliknya pada penelitian oleh George dkk 1997 terhadap 171 penderita delirium didapati bahwa jumlah wanita 54 sedikit lebih banyak dibanding pria, namun tidak signifikan. Sama halnya dengan penelitian oleh Pitkala dkk 2005 terhadap 425 penderita geriatri berusia ≥ 70 tahun didapati bahwa delirium lebih banyak dijumpai pada kelompok wanita 76,4, namun tidak signifikan. Delirium dapat terjadi oleh karena lesi fokal yang mengenai daerah supramodal area limbik, prefrontal dan parietal dan inframodal ARAS, atau Kiki Mohammad Iqbal: Hubungan Skore Cognitive Test For Delirium CTD Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Penderita Trauma Kapitis Sedang-Berat Di Rumah Sakit, 2008. karena lesi multifokal yang mengenai daerah modulasi perhatian spesifik. Katz dan Giacino, 2004 Terdapat perluasan gangguan fungsi kortikal luhur pada delirium, dengan bukti terdapatnya disfungsi pada beberapa area di otak, seperti struktur subkortikal, brain stem dan thalamus, lobus parietalis non dominan, fusiformis, korteks pre-frontalis dan juga korteks motorik primer. Pada penderita trauma kapitis, adanya oedem serebri, dengan kompresi terhadap ventrikel ketiga dan sisterna basalis berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranialis, yang selanjutnya menimbulkan delirium dan koma. Lesi otak yang semakin dalam pada penderita trauma kapitis berkaitan dengan semakin lamanya durasi delirium dan koma. Trzepacz, 1994 Pada penelitian ini, penderita dengan delirium secara signifikan dijumpai pada kelompok dengan gambaran CT scan kepala medium focal injury , mild moderate diffuse , massive focal injury dan massive diffuse injury ; dan menurut lokasi kedalaman lesi secara signifikan dijumpai pada kelompok dengan lokasi lesi di frontal temporal, ganglia basalis, thalamus dan brainstem serebelum.

IV.2.4. Hubungan antara variabel dengan lamanya masa rawat inap rumah sakit