Perhitungan koefisien korelasi Pengaruh Mutu Raw Material Minyak Terhadap Mutu dan Formulasi Produk Cake Margarine Di Pabrik Scc&C Pt Unilever Indonesia, Tbk., Cikarang

minyak PO memiliki pengaruh terbesar karena persentasenya paling besar dalam campuran, kemudian diikuti dengan minyak POs dan minyak CN. Minyak CN berada pada urutan terakhir karena jumlahnya relatif selalu tetap walaupun terjadi perubahan pada persentase minyak PO dan POs. Pertanyaan terakhir diarahkan untuk mengetahui parameter kritis dari produk cake margarine. Diagram batang pada Gambar 13 menunjukkan 63.6 responden menyatakan bahwa SFC terutama N 30 merupakan parameter kritis yang lebih tepat digunakan sebagai pedoman penentuan karakteristik fisik produk. Namun masih terdapat 36.4 responden yang menyatakan bahwa MP lebih tepat dijadikan pedoman dalam penentuan karakteristik fisik margarin. 36.4 63.6 10 20 30 40 50 60 70 SFCN30 MP PARAMETER SPESIFIKASI JUM L AH JAW ABAN Gambar 13. Parameter kritis produk cake margarine Secara keseluruhan, hasil wawancara menunjukkan bahwa parameter kritis yang lebih tepat dijadikan pedoman penentuan karakteristik fisik produk adalah N 30 . Jenis minyak yang paling berpengaruh terhadap produk adalah PO karena memiliki persentase terbesar dalam campuran minyak.

3. Perhitungan koefisien korelasi

Bahan baku minyak yang akan diamati pengaruhnya adalah minyak kelapa sawit PO dan minyak kelapa sawit hidrogenasi POs, karena perubahan persentase salah satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen lainnya. Minyak kelapa CN tidak diamati pengaruhnya, karena persentasenya tetap dalam setiap komposisi, sehingga dapat diasumsikan tidak berpengaruh terhadap fluktuasi kualitas produk akhir. Bahan baku minyak yang digunakan dalam proses produksi harus memenuhi rentang spesifikasi tertentu yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan produk yang juga memenuhi rentang spesifikasi. Saling ketergantungan tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi kualitas produk sejalan dengan adanya fluktuasi kualitas minyak. Untuk membuktikan hubungan tersebut, dilakukan perhitungan koefisien korelasi antara titik cair minyak dan titik cair produk dari data historis dan trial lab Lampiran 6 dan 7. Dari Tabel 6 terlihat bahwa berdasarkan data historis, titik cair PO dan titik cair produk memiliki koefisien korelasi yang kecil, yaitu +0.13. Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi kuat antara titik cair PO dan titik cair produk. Demikian pula hubungan antara titik cair POs dan titik cair produk yang memiliki koefisien korelasi +0.28. Tabel 6. Koefisien korelasi dari data historis produk Januari-April 2007 MP PO N 30 PO MP POs N 30 POs MP CM +0.13 +0.28 N 30 CM +0.48 +0.11 Sedangkan dari hasil pengukuran titik cair fat blend yang dibuat di laboratorium, ternyata terdapat korelasi yang lebih kuat +0.78 antara titik cair PO dan titik cair fat blend daripada korelasi antara titik cair POs dan titik cair fat blend +0.18. Korelasi antara titik cair POs dan titik cair produk dari hasil trial lab dan data historis telah menunjukkan hasil yang sejalan, yaitu tidak ada korelasi yang kuat antara keduanya. Sementara itu, korelasi antara titik cair PO dan titik cair produk dari hasil trial lab memiliki koefisien korelasi yang lebih besar dibandingkan koefisien korelasi dari data histories. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kondisi proses, ketelitian pengukuran, maupun keterbatasan dokumen pada waktu pengumpulan data historis. Oleh karena itu, dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan rancangan percobaan faktorial dua arah untuk memperoleh hasil yang lebih tepat. Tabel 7. Koefisien korelasi dari data percobaan laboratorium MP PO N 30 PO MP POs N 30 POs MP CM +0.78 +0.18 N 30 CM +0.99 +0.23 Pada Tabel 6 terlihat bahwa koefisien korelasi N 30 PO-CM +0.48 lebih besar daripada koefisien korelasi N 30 POs-CM +0.11. Hal tersebut berarti bahwa N 30 PO memiliki korelasi atau pengaruh yang lebih kuat terhadap N 30 produk akhir. Hasil tersebut sejalan dengan perhitungan koefisien koerelasi dari data trial lab Tabel 7, di mana korelasi N 30 PO dan N 30 fat blend +0.99 lebih kuat daripada korelasi antara N 30 POs dan N 30 fat blend +0.23. Secara keseluruhan, korelasi antara N 30 minyak dan produk juga lebih kuat daripada korelasi antara titik cair minyak dan produk, sehingga untuk penentuan formula, parameter N 30 akan lebih diutamakan daripada titik cair.

4. Rancangan percobaan faktorial dua arah