Mempelajari proses produksi Studi pustaka Mesin

produksi dan formula dalam system BPCS. Dari data jumlah produksi selama periode stock taking maka dapat dilakukan perhitungan jumlah loss PO dari sumber penggunaan formula yang berbeda tersebut. Bagan kendali X-R digunakan untuk mengkaji berat bersih produk, sehingga dari hasil perhitungan rata-rata berat bersih produk dapat diketahui kontribusi faktor overweight terhadap jumlah loss total. Dari perhitungan kontribusi jumlah masing-masing penyebab tersebut, maka disusun sebuah diagram Pareto. Faktor penyebab yang memberikan persentase terbesar terhadap jumlah loss PO total, merupakan rumusan masalah yang selanjutnya akan dicari penyelesaiannya. Bahan baku minyak palm oil yang datang dari dua supplier memiliki fluktuasi mutu yang dapat mempengaruhi mutu cake margarine yang dihasilkan. Selama ini dilakukan penyesuaian formula dalam proses produksi aktual secara intuitif dan perhitungan sederhana untuk memperoleh produk sesuai spesifikasi dari raw material yang berfluktuasi kualitasnya. Formula yang digunakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh bagian Development pada sistem BPCS. Akibatnya, pada saat dilakukan perhitungan technical return, terdapat loss PO yang dianggap sebagai kerugian perusahaan. Melalui kegiatan magang ini akan dilakukan upaya untuk membenahi ketidaksesuaian formula tersebut sehingga dapat mengurangi jumlah loss PO. Salah satu upaya yang dilakukan antara lain dengan menetapkan formula yang tepat, yang akan digunakan baik dalam proses produksi maupun sebagai standar dalam sistem BPCS, dengan mempertimbangkan faktor pemenuhan spesifikasi produk. C. METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan penulis dalam rangka menganalisis permasalahan dan menyelesaikannya adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari proses produksi

Proses magang dilakukan dengan cara bekerja seperti layaknya karyawan di pabrik SCCC PT Unilever Indonesia, Tbk. sambil mengamati dan terjun langsung dalam proses produksi mulai dari penerimaan raw material, persiapan bahan, proses pengolahan, pengemasan, dan penggudangan. Selain itu, juga dipelajari tentang berbagai parameter mutu yang digunakan dalam spesifikasi produk, termasuk cara pengukuran dan batas-batas yang ditentukan.

2. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari materi dari referensi dan literatur yang mendukung di perpustakaan Fateta, PAU, dan IPB. Selain itu juga dilakukan studi pustaka melalui media elektronik. Studi pustaka ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang ilmiah dan akurat, data pelengkap dan pembanding tentang keseluruhan proses produksi, serta bahan penyusunan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

3. Analisis dan penyelesaian masalah

Dalam analisis dan penyelesaian permasalahan, penulis menggunakan metode “proses pengambilan keputusan”. Hal tersebut didasarkan pada kondisi nyata di mana penyelesaian dapat tercapai setelah ada keputusan dari pihak terkait Produksi dan Development tentang kesamaan formula aktual dan formula standard. Menurut Hellriegel et al. 2002, model pengambilan keputusan rasional dapat digunakan untuk membantu pihak manejemen Manajer Produksi dan Manajer Development dalam menentukan keputusan yang terbaik. Model rasional menggambarkan seperangkat fase yang harus diikuti oleh individu atau kelompok untuk meningkatkan kondisi lingkungannya sehingga keputusan yang diambil nantinya akan menjadi logis dan optimal. Model tersebut dapat digunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menentukan tujuan yang akan dicapai. Model umum rational decision making yang digunakan disajikan pada Gambar 4. Tahap “pendugaan dan perumusan masalah” telah tercakup dalam sub bab Identifikasi Permasalahan. Gambar 4. Tujuh tahap pengambilan keputusan model rasional Hellriegel et al., 2002

a. Penetapan tujuan

Tujuan adalah hasil yang hendak diperoleh dan merupakan indikator ke mana keputusan dan tindakan harus diarahkan. Tujuan tersebut dapat berupa tujuan kualitatif general goal yang ditetapkan oleh pihak manajerial atau direksi, dan berupa tujuan kuantitatif operational goal seperti jumlah, batas waktu, dan lain-lain Hellriegel et al., 2002. Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai ditetapkan dengan mengacu pada rumusan masalah, kebutuhan perusahaan, dan konsultasi dengan pembimbing lapang.

b. Pencarian solusi alternatif

Hellriegel et al. 2002 menyatakan bahwa individu atau kelompok haruslah mencari solusi alternatif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tahap ini dapat dilakukan melalui konsultasi dengan ahli, pemikiran kreatif, penelitian, pengumpulan informasi historis, dan sebagainya. Penentuan parameter mutu kritis bahan baku minyak dan produk yang akan disertakan dalam penentuan formula yang tepat, ditempuh melalui penelusuran data blockedreleased produk tahun 2006, wawancara, perhitungan koefisien korelasi, dan pengolahan data menggunakan SPSS. Proses blocked dan released produk ditelusuri dalam rangka menemukan faktor penyebab utama adanya blocked Pendugaan dan perumusan masalah Penetapan tujuan Pencarian solusi alternatif Pembandingan dan evaluasi solusi alternatif Pemilihan di antara solusi alternatif Penerapan solusi terpilih Tindak lanjut dan pengendalian produk, yaitu parameter mutu kritis, melalui data blocked produk cake margarine selama tahun 2006. Parameter yang memberikan kontribusi paling besar terhadap blocked produk dianggap sebagai parameter kritis dari tahap ini. Wawancara dilakukan terhadap operator Margarine Processing Unit MPU, analyst laboratorium proses control, analyst dan supervisor quality control, supervisor produksi, serta manajer produksi dan asistennya. Pemilihan responden tersebut berdasarkan pada keterlibatan dan pengetahuannya tentang blocked produk. Kuesioner wawancara dirancang sedemikian rupa sehingga untuk mengetahui penyebab utama blocked produk serta upaya pencegahan dan penanganan yang telah dilakukan. Selanjutnya dilakukan perhitungan koefisien korelasi terhadap parameter mutu tersebut, berdasarkan data produksi Januari- April 2007 dan hasil percobaan laboratorium. Dari koefisien korelasi yang dihasilkan, dapat diperoleh parameter mutu minyak dan produk yang paling berhubungan kuat dan disimpulkan sementara sebagai parameter mutu kritis produk. Pengolahan data hasil trial lab menggunakan SPSS dilakukan untuk memperoleh parameter kritis bahan baku minyak yang berpengaruh secara signifikan terhadap parameter kritis produk. Dari ketiga metode di atas, maka dapat disimpulkan parameter mutu kritis minyak dan produk yang akan digunakan dalam penentuan formulasi menggunakan DX7. Tahap pencarian solusi alternatif dilakukan melalui pembuatan diagram Ishikawa, konsultasi dengan pihak terkait, pembuatan bagan kendali X-R, dan perhitungan CpCpk. Faktor-faktor yang dirangkum dalam diagram Ishikawa merupakan faktor yang mempengaruhi penentuan formula yang tepat. Sedangkan konsultasi dengan pihak terkait dilakukan dengan supervisor produksi, manajer produksi, dan technical manager foods yang pernah terlibat pada saat penetapan formula awal. Pembuatan bagan kendali X-R dan perhitungan CpCpk dilakukan untuk mengkaji parameter mutu produk yang dihasilkan menggunakan salah satu alternatif formula, yaitu formula 6 yang selama ini digunakan dalam proses produksi aktual. Pada tahap ini dapat diketahui kemampuan proses produksi dengan alternatif formula tersebut dalam menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi.

c. Pembandingan dan evaluasi solusi alternatif

Setelah ditemukan berbagai solusi alternatif, selanjutnya harus dilakukan pembandingan dan evaluasi di antara alternatif-alternatif tersebut. Analisis antara alternatif-alternatif yang diperoleh dilakukan dengan mempertimbangkan hasil yang akan tercapai dan biaya relatif yang dibutuhkan dari setiap pilihan solusi Hellriegel et al., 2002. Pada tahap ini dilakukan percobaan laboratorium untuk mengetahui perkiraan hasil yang diperoleh menggunakan solusi alternatif tersebut, yaitu melalui pengolahan menggunakan program Design Expert V.7. Dari hasil pengolahan tersebut, dapat diperoleh formula optimal yang ditawarkan sebagai solusi, dilengkapi dengan perkiraan parameter mutu produk yang akan dihasilkan, serta persamaan matematis yang dapat digunakan untuk memprediksikan parameter mutu produk yang dihasilkan. Selain itu juga dilakukan perhitungan biaya produksi langsung, khususnya biaya bahan baku, dari penggunaan alternatif solusi tersebut, sehingga dapat memperkuat pemilihan formula yang lebih ekonomis.

d. Pemilihan di antara solusi alternatif

Hellriegel et al. 2002 berpendapat bahwa setiap solusi pasti memiliki konsekuensi positif dan negatif. Oleh karena itu, solusi terbaik adalah pilihan yang memiliki konsekuensi positif lebih banyak dan resiko lebih kecil. Tahap pemilihan solusi ini dilakukan berdasarkan hasil pembandingan dan evaluasi yang diperoleh pada tahap sebelumnya.

e. Penerapan solusi terpilih

Solusi yang telah dipilih dengan baik dan benar, tidak selalu memberikan hasil yang sukses. Dengan demikian solusi terpilih harus diterapkan dengan penuh tanggung jawab dan dilakukan secara efisien, sehingga diharapkan dapat tercapai hasil yang diharapkan Hellriegel et al., 2002. Penerapan solusi terpilih dilakukan pada proses produksi aktual dan penggantian standar yang terdapat dalam sistem BPCS. Dengan demikian proses monitoring dan evaluasi dilakukan secara konsisten dan datanya dapat digunakan dalam siklus perbaikan mutu berkelanjutan untuk menghasilkan tindakan koreksi yang efektif.

f. Tindak lanjut dan pengendalian

Penerapan solusi terpilih bukan berarti tujuan telah tercapai, namun harus dilanjutkan dengan pengendalian dan evaluasi hasil. Apabila implementasi tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka perlu dilakukan tindakan koreksi terhadap solusi terpilih Hellriegel et al., 2002. Permasalahan baru yang muncul akan diajukan dalam rencana perbaikan selanjutnya. Namun tetap harus dipastikan bahwa langkah perbaikan yang telah dirancang secara konsisten dilaksanakan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya permasalahan yang sama. Pengendalian dilakukan terhadap proses produksi aktual yaitu dengan mengamati produk yang dihasilkan, yaitu faktor pemenuhan spesifikasi. Sedangkan evaluasi hasil dilakukan dengan melihat hasil perhitungan loss mulai bulan Mei, yaitu setelah terdapat kesamaan formula antara proses produksi aktual dan standar yang terdapat dalam BPCS. V. SUMBER LOSS PO Selama tiga periode stock taking, terdapat total loss PO sebanyak 50,825 ton. Penelusuran terhadap sumber-sumber loss tersebut dilakukan menggunakan alat bantu diagram Ishikawa dan diagram Pareto, sehingga dapat diketahui sumber utama yang harus ditangani terlebih dahulu. Tahap pembuatan diagram Ishikawa diawali dengan pendugaan faktor- faktor yang berpotensi menyebabkan loss PO. Kemudian verifikasi di lapangan dilakukan melalui diskusi dan tanya jawab dengan karyawan secara langsung. Diagram Ishikawa yang dihasilkan Gambar 5 memiliki empat kategori penyebab, yaitu manusia, bahan, mesin, dan metode. Gambar 5. Diagram Ishikawa penyebab loss PO sisa produk di line level indicator MESIN tangki minyak PO kalibrasi ketrampilan sikap kerja pengetahuan LOSS PO overweight kalibrasi load cell OSI tank mixing spool PO input data standarisasi jumlah kesesuaian teori-aktual akurasi periode input jumlah bahan kesesuaian formula dokumentasi sampling pengepakan analisis release produk akurasi re-check standarisasi jumlah pengambilan sampel jumlah penyegelan akurasi parameter spesifikasi beban kerja kebiasaan kedisiplinan motivasi business awareness kelelahan tuntutan produksi ketelitian kecepatan kerja dokumentasi metode sampling packaging material minyak POPOs fluktuasi kualitas ketebalan ukuran lead laminasi locked tutup mesin filling produk cacat suhu sealer underweight tekanan sealer overweight spill out MPU maintenance kebocoran HPP heat exchanger kebocoran mechanic seal sensor massa mechanic seal A unit tangki premix kalibrasi MANUSIA METODE BAHAN

1. Mesin

Selama periode pengamatan, terdapat kebocoran pada mesin-mesin produksi, yaitu margarine processing unit MPU 1, 2, dan 3, serta heat exchanger HE 3. Kebocoran pada MPU terjadi pada bagian high pressure pump HPP dan mechanic seal A-unit, sedangkan pada HE terjadi pada bagian seal plate yang dialiri oleh minyak. Adanya kebocoran tersebut menyebabkan kehilangan produk margarin yang sangat besar, yang berarti terjadi kehilangan minyak PO. Oleh karena itu, faktor pemeliharaan mesin maintenance perlu ditinjau ulang untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi mesin. Perhitungan pesediaan aktual salah satunya dilakukan dengan melihat jumlah minyak serta produk yang terdapat di tangki dan line MPU. Kesalahan pembacaan jumlah pada tangki minyak PO dapat terjadi karena indicator level tidak berfungsi dengan baik, sehingga jumlah yang tercantum tidak sama dengan jumlah sebenarnya. Perbaikan dan kalibrasi masih belum sempurna dilakukan sampai periode teramati, sehingga hal tersebut menjadi salah satu sumber perbedaan jumlah PO aktual dan yang seharusnya. Pemasukan beberapa bahan pada proses produksi dilakukan secara otomatis dengan menggunakan prinsip gravimetri. Penimbangan larutan emulsifier dan sebagian PO dilakukan pada OSI tank, sedangkan sebagian PO yang lain serta minyak lain dilakukan pada premix tank yang memiliki load cell sebagai sensor untuk membuka dan menutup katup aliran setelah sejumlah berat tertentu tercapai. Berdasarkan pengamatan, kalibrasi terhadap kedua tangki tersebut belum dilakukan sesuai dengan sistem yang ditetapkan, sehingga hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya kesalahan penimbangan, baik overweight maupun underweight. Adanya overweight berarti jumlah bahan yang dimasukkan melebihi jumlah yang seharusnya atau yang terbaca, akibatnya terjadi perbedaan dengan jumlah PO yang dihitung oleh sistem BPCS sebagai PO yang seharusnya digunakan. Mesin filling telah di-setting agar jumlah produk yang dikeluarkan sesuai dengan berat bersih produk. Namun dalam kenyataannya masih sering terjadi underweight yang menyebabkan adanya waste produk, maupun overweight yang menyebabkan kehilangan produk secara kasat mata. Setting mesin menjadi salah satu faktor yang menentukan dihasilkannya produk yang sesuai beratnya. Beberapa setting tersebut ternyata masih dilakukan secara manual atau belum terdapat standarisasi setting, misalnya pada parameter tekanan pompa piston. Sementara itu, belum adanya penetapan standar temperatur dan tekanan pada sealer menyebabkan terjadinya waste produk yang cukup tinggi akibat adanya penyesuaian manual pada setiap awal setting. Selain itu, kehilangan produk yang terjadi pada mesin filling juga dapat berupa tetesan produk spill out dari pipa keluaran produk. Kehilangan produk berarti juga terjadi kehilangan PO.

2. Metode