Model Pembelajaran Kajian Teori

19 c. Melalui penggunaan model siklus belajar dengan media audiovisual ini akan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk menjadi lebih inovatif dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas khususnya untuk peningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD. 1.4.2.4. Bagi Peneliti Peneliti akan mendapatkan pengetahuan baru bahwa model siklus belajar dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Model Pembelajaran

2.1.1.1. Hakikat Model Pembelajaran Peningkatan pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran yang digunakan sebagai pola untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, memberi petunjuk kepada guru kelas dan merencanakan pembelajaran. Menurut Arends dalam Suprijono 2011: 45-46, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap- 20 tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Fungsi model pembelajaran menurut Joyce dalam Suprijono 2011: 46 adalah membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterangan, cara berfikir, mengekspresikan ide dan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus, yaitu: 1 rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya; 2 landasan tentang apa dan bagaimana siswa belajar tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 3 tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan 4 lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai Kardi dan Nur dalam Trianto 2007:6. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola tindakan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran yang didalamnya ada kegiatan timbal balik antara guru dan siswa sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang ada, sehingga pembelajaran dapat berlangsung optimal. 2.1.1.2. Model Siklus Belajar Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS Science Curriculum Improvement Study. Menurut Lawson 1994:168 The learning cycle is a method of instruction that consist of three 21 phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga fase tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep. Dengan penjelasan sebagai berikut. a. Eksplorasi exploration; siswa melakukan eksplorasi bebas, sehingga dapat berinteraksi social dengan teman atau guru yang akan mendorong terjadinya asimilasi dan memunculkan pertanyaan. b. Pengenalan konsep concept introduction; guru menjelaskan konsep dan teori untuk menjawab pertanyaan permasalahan yang muncul dan menyusun gagasan siswa. c. Penerapan konsep concept application; siswa menggunakan konsep untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru Samatowa 2010: 72. Menurut Wena 2011: 170 pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Baharudin dan Wahyuni 2012: 115-117 menjelaskan teori belajar konstruktivisme bahwa belajar adalah menciptakan makna dan pengalaman. Otak menyaring input dari dunia luar untuk menghasilkan realitas dunia itu sendiri. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi. Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu antarsiswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna, pentingnya konteks, isi, pengetahuan harus dipasangakan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi, belajar terjadi dalam setting yang realistis, dan belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep dan budaya. Pembelajaran harus disusun dengan membangun model pembelajaran 22 pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik. Dalam teori belajar ini peran guru adalah mengajar siswa bagaimana membangun makna dan bagaimana secara selektif memonitor dan selalu mempengaruhi bangunan mereka; dan mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga autentik, konteks yang relevan yang dialami. Lorsbach dalam Wena 2011: 171, mengemukakan bahwa pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yaitu: 1. Pembangkitan minat engagement a. Guru membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan curiosity siswa tentang topik yang akan diajarkan. b. Guru membangun keterkaitan atau perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. 2. Eksplorasi exploration a. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar. b. Siswa berdiskusi membuat hipotesis dan menemukan ide baru. c. Siswa menunjukkan bukti hasil diskusi kelompok. 3. Penjelasan explanation a. Siswa menjelaskan konsep atau hasil diskusinya menggunakan kalimatnya sendiri. b. Guru membrikan definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu. 23 c. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan konsep hasil diskusi sesuai dengan penjelasan guru. 4. Elaborasi elaboration extention a. Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari. b. Guru membuka kesempatan bertanya dan mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan dan pengamatan. 5. Evaluasi evaluation. a. Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. b. Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru. c. Siswa mengevaluasi diri untuk mengetahui kekurangan atau kemajuannya dalam proses pembelajaran. Lawson 1994: 162 provide information that is: Table 4.1 present adapted summaries that were initially created by BSCS of the instructional approaches used in recent curricular materials. These are clearly learning cycle approaches, although BSCS divides the exploration phase into engage and explore stage. The term introduction phase is referred to as the explain stage and the concept application phase as the elaboration stage. In addition to these three stage, BSCS includes another called evaluate----of course, student and teachers need to evaluate learning, so the addition of this stage is not unique. Maksud dari keterangan yang diberikan oleh Lawson tersebut bahwa tabel 4.1 merupakan ringkasan yang awalnya diciptakan oleh BSCS dari pendekatan instruksional yang digunakan dalam bahan kurikulum. Ini merupakan model siklus belajar, meskipun BSCS membagi tahap eksplorasi ke tahap 24 pembangkitan minat dan mengeksplorasi. Tahap pengenalan istilah disebut sebagai tahap menjelaskan dan tahap aplikasi konsep sebagai tahap elaborasi. Tahap selanjutnya BSCS menyebutkan evaluasi, siswa dan guru perlu mengevaluasi pembelajaran, maka jika langkah pembelajaran ditambah dengan tahap ini akan lebih baik. Peneliti memilih menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari 5 tahap karena salah satu tahapnya yaitu pembangkitan minat sehingga sangat sesuai untuk mengatasi akar permasalahan penelitian ini bahwa minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti. Penerapan model pembelajaran siklus ketika berada di kelas kegiatan guru dan aktivitas siswa sebagai berikut. Tabel 2.1 Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson 1988: 164-167 Stage Tahap Teacher Action Kegiatan Guru Student Action Kegiatan Siswa Engagement Pembangkitan minat creates interest, generates curiosity, raises questions, elicits responses that uncover what the student know about the concept membangkitkan minat, menghasilkan rasa ingin tahu, memunculkan pertanyaan, sehingga diperoleh informasi yang diketahui siswa tentang materi yang akan disampaikan ask quest ions such as “why did happen? Show interest topic mengajukan pertanyaan seperti mengapa terjadi? ” mengembangkan rasa ingin tahu Exploration encourages student to work think freely but within 25 Eksplorasi together without direct instruction, observes and listens to student interaction, ask probing question to redirect student investigation when necessary, provides time for student to puzzle through problem, act as consultant for students mendorong siswa untuk bekerja sama tanpa instruksi langsung, mengamati dan mendengarkan interaksi siswa, mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan penyelidikan siswa bila diperlukan, menyediakan waktu bagi siswa untuk menyelesaikan masalah, bertindak sebagai konsultan bagi siswa limits of activity, tes prediction and hypotheses, form new prediction and hypotheses, tries discusses with other, record observation and ideas suspends judgement berpikir bebas, tetapi dalam batas-batas kegiatan, prediksi tes dan hipotesis, bentuk prediksi baru dan hipotesis, mencoba membahas dengan lainnya, mencermati dan memahami penjelasan guru Explanation Penjelasan encourages student to explain concept ang definitions in their own words, ask for justification and clarification from student, formally provides definitions explaination and new labels, uses student previous experiences as basis for explaining concept mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan definisi dalam kata- kata mereka sendiri, meminta pembenaran dan klarifikasi dari siswa, secara resmi memberiikan penjelasan definisi dan label baru, menggunakan pengalaman siswa sebelumnya sebagai dasar untuk menjelaskan konsep explanations possible solution or answer to others explanations, questions other explanation, listen to and tries to comprehend explanation menjelaskan kemungkinan solusi atau jawaban untuk penjelasan lain, memberiikan pertanyaan kepada penjelasan teman, mendengarkan dan mencoba untuk memahami penjelasan Elaboration expect student to use formal applies new labels, 26 Extention Elaborasi label, definitions and explanations provided previously, encourages student to apply or extend concept and skill in new situation, refers student existing data and evidence and ask mengharapkan siswa untuk menggunakan label formal, definisi dan penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep dan keterampilan dalam situasi baru, meminta bukti dan klarifikasi penjelasan definitions, explanations and skills in new but similar situations, draws reasonable conclisions from evidence, record observations and explaination, cheek for understanding among peers menerapkan ide, definisi, penjelasan dan keterampilan dalam situasi baru namun mirip dengan konsep yang ada, menarik kesimpulan yang wajar dari pengamatan rekaman bukti dan penjelasan, memeriksa pemahaman antara teman- teman yang lain Evaluation Evaluasi observes student as they apply new concepts and skills, looks for evidence that student have chaged their thinking or behaviors, allows students to assess their own learning mengamati siswa dalam menerapkan konsep dan keterampilan baru, mencari bukti bahwa siswa telah mengubah pemikiran atau perilaku mereka, memungkinkan siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri answer open ended question by using observations, evidence, and previously accepted explaination, demonstrates understanding, evaluates his or her own progress and knowledge menjawab pertanyaan terbuka berakhir dengan menggunakan pengamatan, bukti, dan penjelasan yang sebelumnya diterima, mendemonstrasikan pemahaman, mengevaluasi kemajuan nya sendiri dan pengetahuan 27 Langkah pembelajaran secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran didalam kelas menggunakan model siklus belajar menurut Wena 2011: 173-175 adalah sebagai berikut. Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena No. Tahap Siklus Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa 1. Tahap pembangkitan minat Membangkitkan minat dan keingintahuan curiosity siswa. Mengembangkan minat rasa ingin tahu terhadap topik bahasan Mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari- hari yang berhubungan dengan topik bahasan. Memberiikan respon terhadap pertanyaan guru. Mengaitkan topik yang dibahas dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas. Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. 2. Tahap Eksplorasi Membentuk kelompok, memberii kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri. Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator. Membuat prediksi baru. Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep Mencoba alternatif pemecahan dengan teman 28 dengan kalimatnya sendiri. sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru. Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa. Menunjukkan bukti dan memberii klarifikasi terhadap ide-ide baru. Memberii definisi dan penjelasan dengan memakai penjelasan siswa terlebih dahulu sebagai dasar diskusi. Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru. 3. Tahap penjelasan Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri. Mencoba memberii penjelasan terhadap konsep yang ditemukan. Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan. Menggunakan pengamatan dan catatan dalam memberii penjelasan Mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan. Memandu diskusi. Mendiskusikan. 4. Tahap elaborasi Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru. Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal. Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep keterampilan dalam setting Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan, dan 29 yang baru lain. pengamatan. 5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru. Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Mendorong siswa melakukan evaluasi diri. Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya. Mendorong siswa memahami kekurangan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran Melihat dan menganalisis kekurangan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Model siklus belajar ini mempunyai kelebihan sebagai berikut: 1 meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, 2 membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik, dan 3 pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain kelebihan, model pembelajaran siklus juga mempunyai kekurangan, yaitu: 1 efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran dan 2 memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi Aritmaxx, 2010. Guru dapat mengurangi kekurangan model siklus belajar dengan cara: 1 guru harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan ke siswa dan memahami langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar 30 dan 2 guru harus menyusun rencana pembelajaran dan mengatur pengelolaan kelas agar kondisi kelas lebih terorganisasi dan kondusif. 2.1.2. Media Pembelajaran Audiovisual Menurut Sumiati dan Asra 2009: 160 media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan message, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Selanjutnya, Pribadi 2011: 85-86 menjelaskan bahwa media pembelajaran yaitu sesuatu yang digunakan untuk menjembatani proses penyampaian pesan dan pengetahuan antara sumber pesan dengan penerima pesan. Sejalan dengan pendapat Sumiati, Asra dan Pribadi, Sukiman 2012: 29 mengemukakan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yang saling berhubungan dan mempunyai peranan masing-masing. Komponen tersebut dapat berupa komponen utama dan komponen pendukung. Salah satu komponen pendukung dalam pembelajaran yaitu media pembelajaran. Manfaat yang diperoleh dari media pembelajaran tersebut Sumiati dan Asra 2009: 163-164 sebagai berikut. 1 Menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak tidak nyata menjadi konkrit nyata. 31 2 Memberiikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya. 3 Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang. 4 Memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran atau obyek. 5 Menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas dan kreativitas belajar siswa. 6 Membantu siswa dalam belajar. 7 Materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkapkan kembali dengan cepat dan tepat. 8 Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran. 9 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera. Media pembelajaran yang dapat digunakan sangat beranekaragam. Semua jenis media pembelajaran memberiikan bantuan sangat besar kepada siswa dalam proses pembelajaran. Ada 3 jenis media pembelajaran berdasarkan kemampuan indera, yaitu media audio, media visual dan media audiovisual. Menurut Sumiati dan Asra 2009: 161 media audiovisual yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan kemampuan indera telinga atau pendengaran dan indera mata atau penglihatan. Jenis media pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa. Contoh: televisi, film dan video. 32 Penelitian ini jenis media yang digunakan adalah audiovisual berupa video dan gambar. Video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya hakikat video adalah mengubah suatu idea tau gagasan menjadi sebuah tayangan gambar dan suara yang proses perekaman dan penayangannya melibatkan teknologi tertentu Sukiman 2012: 188. Alasan pemilihan media audiovisual berupa video karena beberapa kelebihan yang dimiliki oleh video, yaitu: 1 Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. 2 Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. 3 Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta didik. 4 Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas. 5 Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan Arsyad 2011: 49-50. Pemanfaatan media ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran adalah kesesuaian antara jenis media yang akan digunakan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi dan karakteristik siswa. Dalam penelitian ini memilih media audiovisual berupa video karena dalam tujuan pembelajaran 33 terdapat pengenalan peristiwa alam dan permasalahan sosial sehingga dengan bantuan video maka siswa akan seolah-olah melihat secara langsung peristiwa alam dan permasalahan sosial yang terjadi. Untuk itu, sintak model siklus belajar berbantuan media audiovisual yang diaplikasikan dalam pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan materi permasalahan sosial sebagai berikut. Tabel 2.3 Pengaplikasian Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual dalam Proses Pembelajaran IPS Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang No. Tahap Siklus Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa 1. Tahap pembangkitan minat Membangkitkan minat dan keingintahuan curiosity siswa, berupa penayangan video permasalahan sosial. Mengembangkan minat rasa ingin tahu terhadap topik bahasan Mengajukan pertanyaan tentang permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar yang berhubungan dengan video. Misalnya, apa sajakah yang termasuk dalam permasalahan sosial itu? Siapa yang pernah melihat pengemis? Dimana kalian melihatnya? Memberiikan respon terhadap pertanyaan guru. Mengaitkan topik yang dibahas dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya yang berhubungan dengan Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. 34 permasalahan sosial, misalnya kemiskinan, adanya gelandangan, rumah padat penduduk, dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas. 2. Tahap Eksplorasi Membentuk kelompok, memberii kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri. Tiap kelompok beranggotakan 4anak. Membentuk kelompok sesuai arahan dari guru dan berusaha bekerja dalam kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator yaitu menyiapkan lembar kerja untuk siswa. Mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh guru. Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep permasalahan sosial dengan kalimatnya sendiri. Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru yaitu tentang permasalahan sosial. Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa tentang permasalahan yang diajukan guru. Menunjukkan bukti dengan memperlihatkan hasil kerja kelompoknya dan memberii klarifikasi terhadap ide-ide baru. Memberii definisi dan penjelasan tentang konsep Mencermati dan berusaha memahami penjelasan 35 permasalahan sosial. guru. 3. Tahap penjelasan Menunjuk salah satu siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh guru. Mencoba memberii penjelasan terhadap konsep yang sudah dijelaskan oleh guru. Mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. Menggunakan pengamatan dan catatan dalam memberii penjelasan Mengklarifikasi penjelasan siswa. Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan dengan cara mengaitkan teori dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Memandu diskusi. Mendiskusikan pengaplikasian teori dalam kehidupan sehari- hari. 4. Tahap elaborasi Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru. Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal, yaitu menuliskan sikap yang harus dimiliki oleh pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada. Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep dengan cara menyebutkan perilaku sikap yang harus dimiliki oleh seorang pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang Bertanya dan mengusulkan pemecahan masalah terhadap permasalahan sosial yang ada dilingkungan sekitar. 36 ada. 5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru yang sudah dikemukakan oleh siswa sebagai hasil dari diskusi kelompok Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru apa yang belum paham. Mendorong siswa melakukan evaluasi diri, dan menjawab memberiikan ulasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Mengambil kesimpulan atas situasi belajar yang dilakukannya. Memberiikan soal evaluasi sebagai alat untuk memahami kekurangan kelebihan siswa dalam kegiatan pembelajaran Melihat dan menganalisis kekurangan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran dengan mengerjakan soal evaluasi dari guru.

2.1.3. Kualitas Pembelajaran

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN TAWANGMAS 01 KOTA SEMARANG

0 8 379

PENERAPAN MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN WONOSARI 02 KOTA SEMARANG

0 9 243

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVC SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

5 26 325

PENERAPAN MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN KANDRI 01 KOTA SEMARANG

3 15 216

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IVB SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

2 21 220

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 02 KOTA SEMARANG

0 7 238

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENNINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

2 8 309

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NHT DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 SEMARANG

0 8 289

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN TAMBAKAJI 04 KOTA SEMARANG

0 5 308

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENNINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG.

0 0 1