36 ada.
5. Tahap evaluasi Mengamati
pengetahuan atau
pemahaman siswa
dalam hal
penerapan konsep baru yang sudah
dikemukakan oleh siswa sebagai hasil dari diskusi
kelompok Mengevaluasi belajarnya
sendiri dengan
mengajukan pertanyaan
kepada guru apa yang belum paham.
Mendorong siswa
melakukan evaluasi diri, dan
menjawab memberiikan
ulasan terhadap pertanyaan yang
diajukan siswa. Mengambil
kesimpulan atas situasi belajar yang
dilakukannya.
Memberiikan soal evaluasi sebagai
alat untuk
memahami kekurangan
kelebihan siswa
dalam kegiatan pembelajaran
Melihat dan menganalisis kekurangan kelebihannya
dalam kegiatan
pembelajaran dengan
mengerjakan soal evaluasi dari guru.
2.1.3. Kualitas Pembelajaran
Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu berkualitas bagi setiap warga negara. Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik Glaser dalam
Uno, 2011: 153. Uno menyebutkan lebih lanjut bahwa kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama
ini berjalan dengan baik serta menghasilkan keluaran yang baik pula.
37 Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan.
Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta
pengembangan sikap melalui proses pembelajaran Hamdani, 2011: 194. Pencapaian efektivitas belajar menurut UNESCO dalam Hamdani
2011: 194 menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu:
1 learning to know belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan;
2 learning to do belajar untuk menguasai keterampilan;
3 learning to live together belajar untuk hidup bermasyarakat;
4 learning to be belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal.
Learning to know artinya belajar untuk mengetahui; yang menjadi target dalam belajar adalah adanya proses pemahaman sehingga belajar tersebut
dapat mengantarkan siswa untuk mengetahui dan memahami subtansi yang dipelajarinya. Learning to do artinya belajar untuk berbuat; yang menjadi target
belajar adalah adanya proses melakukan atau proses berbuat. Learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama; yang menjadi target dalam belajar
adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama atau mampu berkelompok. Learning to be artinya belajar untuk menjadi; yang menjadi target
dalam belajar adalah mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh sesuai dengan potensi, bakat, minat, dan kemampuannya Anitah W. dkk. 2008: 2.6.
Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterjaitan sistematik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum dan
38 bahan belajar, media fasilitas dan system pembelajaran dalam menghasilkan
proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Indicator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran dosen
atau pendidik guru, perilaku dan dampak belajar mahasiswa calon guru, iklim pembelajaran dan system pembelajaran Dikti 2004: 7.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah suatu keadaan yang memperlihatkan tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan
pembelajaran yang
telah ditetapkan
sebelumnya, pelaksanaannya didukung oleh komponen-komponen pembelajaran secara
sistematik dan sinergik. Kualitas pembelajaran akan meningkat apabila pendidik dapat menciptakan pembelajaran yang mendidik, kompetensi yang dimiliki siswa
meningkat, iklim pembelajaran kondusif, materi pembelajaran berkualitas, penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan materi, serta perencanaan
pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menantang. Dalam penelitian ini indikator kualitas pembelajaran yang akan dikaji yaitu:
2.1.3.1. Keterampilan Guru
Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan
terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif Anitah W dkk. 2008: 7.1. Selanjutnya,
menurut Mulyasa 2011: 69 keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi
guru secara utuh dan menyeluruh. Turney dalam Mulyasa 2011: 94
39 mengungkapkan ada 8 keterampilan dasar yang sangat berperan dan menentukan
kualitas pembelajaran, yaitu: 2.1.3.1.1.
Keterampilan Memberii Penguatan Keterampilan dasar penguatan reinforcement adalah segala bentuk
respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberiikan informasi atau umpan balik bagi
siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Fungsi keterampilan penguatan reinforcement adalah untuk
memberiikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran Sanjaya 2012:37.
2.1.3.1.2. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai
dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Tujuan memberiikan
pertanyaan kepada siswa yaitu: 1 merangsang kemampuan berpikir siswa, 2 membantu siswa dalam belajar, 3 mengarahkan siswa pada tingkat interaksi
belajar yang mandiri, 4 meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dan 5 membantu siswa
dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan Hasibuan dan Moedjiono 2009: 62.
40 2.1.3.1.3.
Keterampilan Menggunakan Variasi Menurut Anitah dkk. 2008: 7.38-7.40 variasi adalah keanekaan yang
membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan
motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru, melayani gaya belajar siswa yang
beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru
dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah
perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan Mulyasa
2011:78. 2.1.3.1.4.
Keterampilan Menjelaskan Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu
benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku Mulyasa 2011: 80. Selanjutnya Anitah, dkk. 2008: 7.54
mengemukakan bahwa keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman
siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang
mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
41 2.1.3.1.5.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Menurut Sanjaya 2012: 42-43 membuka pelajaran atau set induction
adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Dengan kata lain, membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan
mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberiikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman
sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
2.1.3.1.6. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberiikan perhatian terhadap setiap
peserta didik, dan menjalani hubungan yang lebih akrab antar guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan
pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh
peserta didik Mulyasa 2011: 92. 2.1.3.1.7.
Keterampilan Mengelola Kelas Sanjaya 2012: 44 mengemukakan pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru menciptaka dan memelihara kondisi belajar ynag optimal dan
42 mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana
pembelajaran. Selanjutnya Mulyasa 2011: 91 menyebutkan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, yaitu 1 kehangatan dan
keantusiasan, 2 tantangan, 3 bervariasi, 4 luwes, 5 penekanan pada hal-hal positif, dan 6 penanaman disiplin diri.
2.1.3.1.8. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang sering digunakan. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang
teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam embimbing diskusi adalah sebagai berikut 1 memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, 2 memperluas masalah
atau urunan
pendapat, 3
menganalisis pandangan
peserta didik,
4 meningkatkan partisipasi peserta didik, 5 menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan 6 menutup diskusi Mulyasa 2011: 89.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru adalah suatu kompetensi yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang guru katika
melaksanakan pembelajaran agar dapat tercipta pembelajaran yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dengan pemahaman
dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi, maka guru akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Adapun indikator keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual adalah sebagai berikut:
43 1 mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, 2 menarik minat siswa
sesuai dengan materi yang akan diajarkan, 3 menyampaikan tujuan pembelajaran, 4 membentuk kelompok diskusi, 5 membimbing kelompok
dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri, 6 memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari, 7 membimbing siswa
untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru, 8 mengklarifikasi
penjelasan siswa 9 memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah
dipelajari, 10 memberiikan penguatan kepada siswa, 11 menyimpulkan hasil pembelajaran, dan 12 memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi.
2.1.3.2. Aktivitas Siswa
Gardner dalam Anni, dkk. 2007: 126 menyatakan bahwa ketika seseorang melibatkan beberapa kecerdasannya dalam kegiatan belajar, maka
kemampuan belajarnya akan meningkat pesat. Setiap jenis kecerdasan mewakili cara yang berbeda dalam mempelajari suatu topik. Demikian pula pelbagai
kemampuan yang dimiliki oleh pembelajar itu dapat dimanfaatkan saat pembelajar perlu menangani suatu masalah. Selanjutnya, Skinner dalam Hamdani
2011: 17 berpandangan bahwa pada saat orang belajar, responnya menjadi kuat, apabila tidak belajar, responnya menurun. Dalam belajar ditemukan: 1
kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar; 2 respon belajar; 3 konsekuensi yang bersifat menguatkan respon.
Menurut Anitah, dkk. 2008: 2.13 proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang
dilakukan siswa dalam upaya mengubah perilaku yang dilakukan secara sadar
44 melalui interaksi dengan lingkungan. Salah satu faktor yang dominan untuk
dipertimbangkan dalam melakukan proses belajar adalah pebelajar siswa itu sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial
yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan
perubahan dalam aspek kemampuan berpikir cognitive, pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan afective, sedang
belajar psikomotor
memberiikan hasil
belajar berupa
keterampilan psychomotoric Purwanto 2011: 42-43.
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang
belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak Sanjaya 2012: 112.
Diedrich dalam Hamalik 2009: 172-173 menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai proses belajar adalah sebagai berikut.
1 Visual activities, misalnya: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2 Oral activities, misalnya: mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberii ssaran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
45 3
Listening activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan,
mendengarkan radio. 4
Writing activities, misalnya: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5 Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, chart, diagram
peta, dan pola. 6
Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model pembelajaran, menyelenggarakan
permainan, menari dan berkebun. 7
Mental activities, misalnya: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat
keputusan. 8
Emotional activities, misalnya: gembira, berani, bergairah, minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa secara sadar dalam proses belajar
melalui interaksi dengan lingkungannya yang mengakibatkan perubahan perilaku dalam dirinya.
Indikator penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual mencakup: 1 mempersiapkan
diri dalam menerima pembelajaran, 2 memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru, 3 mengerjakan lembar kerja kelompok, 4 menunjukkan
46 bukti hasil kerja kelompok, 5 memperhatikan penjelasan guru, 6 mengulangi
penjelasan guru, 7 mengikuti diskusi kelas, 8 menyimpulkan hasil pembelajaran, dan 9 melakukan evaluasi diri.
2.1.3.3. Hasil Belajar
Menurut Purwanto 2011: 44 hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang bentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil
product menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus
input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah
mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Selanjutnya, hasil belajar menurut
Rifa’i dan Anni 2009: 85, merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan
belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.
Guru harus melakukan penilaian terhadap hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan siswa. Menurut Poerwanti, dkk. 2008: 1.9 penilaian
assesment adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa
atau ketercapaian kompetensi rangkaian kemampuan siswa. Poerwanti, dkk. 2008: 7.4 menyatakan bahwa keberhasilan siswa
setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui
47 apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita dapat
melakukan sesuatu, apakah siswa kita memiliki ketrampilan atau kemahiran tertentu.
Menurut Annitah, dkk. 2008: 2.19 hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu
diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat
menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku.
Winke dalam Purwanto 2011: 45 menyatakan bahwa aspek perubahan tingkah laku yang terjadi setelah pembelajaran mengacu kepada
taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan penjelasan
sebagai berikut: a.
Hasil belajar kognitif merupakan perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan
sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali
informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Bloom membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang
paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka makin kompleks dan
penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya.
48 Enam tingkat itu adalah hafalan C1, pemahaman C2, penerapan C3,
analisis C4, sintesis C5, dan evaluasi C6 Purwanto 2011: 50. Adapun indikator hasil belajar kognitif yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1 menjelaskan pengertian peristiwa alam gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan; 2 menyebutkan minimal 2 penyebab terjadinya
peristiwa alam gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan; 3 menganalisis pengaruh peristiwa alam gempa bumi, banjir, letusan
gunung atau angin topan terhadap kehidupan sosial; 4 mengidentifikasi pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam; 5
mengaitkan antara pola perilaku masyarakat dengan permasalahan sosial; 6 menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial; dan 7 mengidentifikasi cara
mengatasi permasalahan sosial. b.
Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar
disusun secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks Purwanto 2011: 51-52. Indikator
hasil belajar afektif dalam penelitian ini adalah: 1 memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru; 2 mengerjakan lembar kerja
kelompok; 3 memperhatikan penjelasan guru; 4 menyimpulkan hasil pembelajaran; dan 5 melakukan evaluasi diri.
c. Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi
enam: gerakan refleks. Gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun,
49 taksonomi yang paling banyak digunakan adalah taksonomi hasil belajar dari
Simpson yang mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks
dan kreativitas Purwanto 2011: 52. Indikator hasil belajar psikomotor dalam
penelitian ini adalah: 1 mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran; 2 menunjukkan bukti hasil kerja kelompok; 3 mengulangi penjelasan guru;
dan 4 mengikuti diskusi kelas. Berbagai pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan sebagai akibat dari proses pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Seorang siswa dikatakan memperoleh hasil belajar apabila kompetensi bidang akademiknya meningkat, dari yang semula tidak tahu menjadi tahu kognitif,
sikap dan perilakunya menjadi lebih baik afektif, dan menjadi lebih terampil psikomotorik.
2.1.4. Hakikat Belajar dan Pembelajaran