70
3.4.2.3 Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal
adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran soal harus dipandang dari kesanggupan atau
kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran di hitung menggunakan rumus:
B J
S
Keterangan: P = indeks kesukaran
B = banyaknya peserta didk yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Arikunto 2007: 208 Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: 1 soal dengan P 0,00
sampai 0,30 adalah soal sukar, 2 soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang, dan 3 soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah Arikunto
2007: 210. Instrumen soal yang akan digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi persentase taraf kesukaran soal yang ditentukan, di mana soal dengan
71 kategori mudah sebanyak 25, soal dengan kategori sedang 50, dan soal
dengan kategori sukar 25.
3.4.2.4 Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai berkemampuan tinggi dengan
peserta didik yang kurang pandai berkemampuan rendah Arikunto 2007: 211. Daya pembeda butir soal pilihan ganda dihitung dengan menggunakan rumus :
D B
B P
P Keterangan:
J = jumlah peserta tes
J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P
A
= = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
P
B
= = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Arikunto 2007: 213-214. Klasifikasi daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut: D = 0,00 –
0,20 = jelek poor, D = 0,21 – 0,40 = cukup satifactory, D = 0,41 – 0,70 = baik good, D = 0,71 – 1,00 = baik sekali excellent, dan D = negatif, semuanya tidak
baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya tidak
72 dipakai Arikunto 2007: 218. Soal dengan klasifikasi yang jelek tidak dapat
digunakan sebagai instrumen soal dalam penelitian ini. Berdasarkan alasan tersebut, maka butir soal yang dapat akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
butir soal yang memiliki klasifikasi cukup, klasifikasi baik, dan klasifikasi baik
sekali. 3.4.2.5
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Observasi digunakan untuk mengambil data berupa aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran make a match. Observasi
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa sebelum dan setelah
eksperimen. Lembar observasi aktivitas belajar siswa dan deskriptornya selengkapnya ada pada Lampiran 11 dan 12.
3.5 Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen yang menggunakan quasi experimental design sebagai desain penelitiannya. Quasi
experimental design merupakan eksperimen yang mempunyai kelompok kontrol,
tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen Sugiyono 2011: 116-8. Bentuk
Quasi experimental design yang digunakan adalah nonequivalent control group
design dengan paradigma sebagai berikut:
Q1 XQ2 Q3 Q4