Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

38 pada beberapa hasil atau pekerjaan. Ranah menciptakan, dalam menciptakan creating melibatkan pemaduan elemen-elemen ke dalam suatu sisntesis yang unik. Aktivitas menciptakan melibatkan proses meletakkan sesuatu secara bersama-sama untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan unik. Dari taksonomi Bloom diatas, hendaknya dalam proses pembelajaran harus memperhatikan tercapainya tiga ranah tersebut, agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Ilmu Pengetahuan Alam IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan Hardini dkk 2012:149. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajaranya ditekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi. IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamanya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang 39 didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Powler dalam Samatowa, 3 mengemukakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen atau sistematis teratur, artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainya saling berkaitan saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Trianto 2010:141 mengemukakan hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga ranah cakupan yaitu IPA 40 sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah. Hakikat IPA sebagai produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA konsep, prinsip, hukum dan teori tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasar-kan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. Cara itu tentu dengan melakukan observasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil penelitian tersebut. Dalam pengajaran IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Ada tidaknya aspek proses ini sangat bergantung pada guru. Hakikat sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar. Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah; dan kedua, seperangkat sikap tertentu yang merupakan cara memandang dunia serta berguna bagi pengembangan karir di masa yang akan datang Sarkim 1998 dalam Rajib 2013. 41 Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan beberapa ahli, maka nilai-nilai IPA dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain 1 kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah- langkah metode ilmiah, 2 keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah, 3 memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitanya pelajaran sains maupun dalam kehidupan Prihanto Laksmi dalam Trianto, 2010: 141-142. Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu : 1 memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap, 2 menanamkan sikap hidup ilmiah, 3 memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan, 4 mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya, 5 menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan Prihanto Laksmi dalam Trianto, 2010: 142.

2.1.4 Materi Pembentukan Tanah

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN CTL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET KELAS V SD NEGERI TEGALSARI 1 KOTA TEGAL

1 17 302

KEEFEKTIFAN STRATEGI CATATAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI UNSUR CERITA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PESAREAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 11 246

Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pagerbarang 03 Kabupaten Tegal

0 19 373

KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON 2 KOTA TEGAL

0 7 327

Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Langgen Kabupaten Tegal

1 16 207

KEEFEKTIFAN TEKNIK QUICK ON THE DRAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEJAMBON 7 KOTA TEGAL

0 15 256

KEEFEKTIFAN MEDIA “CROOSS TWOO COLOURURS” TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI PERKALIAN PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI KEJAMBON TEGAL

1 60 279

KEEFEKTIFAN METODE ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI KEPUTUSAN BERSAMA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 3 RANDUGUNTING KOTA TEGAL

0 38 266

KEEFEKTIFAN PENERAPAN PENDEKATAN SAVI TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BERMAIN ALAT MUSIK MELODIS PIANIKA DI KELAS IV A SEKOLAH DASAR NEGERI PESAYANGAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 13 268

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI BANGUN RUANG DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 TINGGARJAYA

0 37 251