Contextual Factors mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kuantitas bermain peran adalah rendahnya keterlibatan teman sebaya,
kemampuan bahasa anak, serta media yang digunakan. k. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pane dalam UNIMED-Master-130074
2013 mengenai pengaruh metode bermain peran dan konsep diri terhadap keterampilan berbicara anak usia dini di kelompok bermain kota Medan
menunjukkan bahwa kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran bermain peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pembelajaran
bermain peran mikro.
2.6 Kerangka Berpikir
Metode bermain peran merupakan jenis permainan yang dapat meningkatkan aspek bahasa terutama keterampilan berbicara. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada tanggal 15 Desember 2012, pelaksanaan bermain peran di TK Negeri Pembina Pekalongan belum maksimal. Hal ini terlihat dengan sudah tersedianya media
pembelajaran yang mendukung bermain peran seperti tempat tidur, meja, serta kursi, namun intensitas pelaksanaan bermain peran masih rendah.
Bermain peran terdiri dari dua jenis yaitu bermain peran makro dan bermain peran mikro. Kedua jenis bermain peran tersebut akan memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap keterampilan berbicara anak usia taman kanak-kanak. Banyak ditemukan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa metode bermain peran makro dapat
meningkatkan keterampilan berbicara, namun masih sedikit ditemukan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa metode bermain peran mikro dapat meningkatkan
keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara anak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator pada teori Hurlock 1978 mengenai tugas utama dalam belajar berbicara,
tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5- ≤6 tahun yang terdapat dalam Permen 58
tahun 2009 dan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan anak usia dini 2002 serta perkembangan bahasa anak yang diungkapkan oleh para ahli seperti Yus 2011, dan
Djiwandono 1996 dalam Halida 2011. Pada bermain peran makro terjadi interaksi antara anak dengan lawan mainnya sehingga dapat mengembangkan semua indikator
keterampilan berbicara yang terdapat pada teori yang telah disebutkan di atas.
Bermain peran mikro hanya terjadi interaksi antara anak dengan mainannya yang merupakan benda mati sehingga tidak terjadi komunikasi dua arah. Berdasarkan
pertimbangan tersebut bermain peran mikro hanya dapat mengembangkan indikator berkomunikasi secara lisan, Panjang kalimat yang diucapkan anak terdiri dari 6-8 kata
perkalimat, isi pembicaraan berpusat pada diri sendiri Egosentrik, serta melanjutkan
sebagian ceritadongeng yang telah diperdengarkan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun.
Dari berbagai uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Kerangka berpikir “Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode Bermain Peran pada Anak Usia 5-6 tahun
”.
Keterampilan Berbicara Anak
Usia 5- ≤6
tahun. Berkomunikasi secara lisan,
dan memiliki perbendaharaan kata.
Berpusat pada orang lain Sosialisasi.
Mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik.
Berbicara lancar
dengan kalimat sederhana.
Melanjutkan sebagian ceritadongeng
yang telah
diperdengarkan
Metode Bermain Peran
Role Play Bermain Peran
Makro
Bermain Peran Mikro
Berpusat pada diri sendiri Egosentrik.
Berkomunikasi secara lisan, dan memiliki perbendaharaan
kata.
Melanjutkan sebagian ceritadongeng
yang telah
diperdengarkan Keterampilan
Berbicara Anak Usia 5-
≤6 tahun.
Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap pokok
kalimat-predikat-keterangan.
Mengekspresikan diri melalui dramatisasi.
Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat.
Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat.
2.7 Hipotesis Penelitian