28 tidak difungsikan oleh manusia, seluruh bagian kolam dipenuhi tumbuhan eceng
gondok dan keladi air dengan air yang sangat jernih. Kolam-kolam ini dikelilingi pepohonan besar dan dengan kanopi rapat serta berbatasan langsung dengan
tebing karst Lampiran 2, Gambar 45. Jarak antara kedua kolam tidak lebih dari 7 meter dan di sekitarnya ditumbuhi pepohonan lebat. Keadaan di sekitar kolam
terasa lembab karena kawasannya tertutup oleh kanopi pohon yang rapat, penetrasi cahaya hanya mampu menembus bagian tengah kolam, sedangkan pada
bagian lainnya hanya sedikit. Lokasi pengamatan ke lima, kawasan sungai aliran keluar dari waduk
7°4546,803S 110°3728,01E, merupakan lokasi dengan naungan dan tanpa naungan, di sekitar kanan dan kiri sepanjang sungai aliran keluar ini merupakan
lahan pembibitan hortikultura, sehingga banyak dijumpai berbagai jenis bibit pohon, dan di sepanjang sisi sungai ditumbuhi pohon-pohon besar dengan kanopi
rapat. Sekitar 50 meter dari tepi sungai terdapat lahan-lahan basah terbuka yang tergenang air yang ditumbuhi rumput-rumput seperti di rawa. Lahan-lahan
tersebut juga dikelilingi oleh pohon-pohon dengan kanopi besar dan rapat, kawasan ini merupakan lokasi dengan karakteristik yang lebih beragam, antara
lain aliran sungai yang terbuka tanpa naungan, aliran sungai yang tertutup kanopi pohon, lahan pembibitan holtikultura, lahan basah terbuka, dan lahan basah yang
tertutup oleh kanopi pohon Lampiran 2, Gambar 46 dan 47. Lokasi pengamatan ke enam, kawasan sawah 7°4524,624S
110°370,712E. Di sekitar kawasan Rawa Jombor terdapat banyak lahan yang difungsikan sebagai sawah. Lokasi sawah yang menjadi lokasi pengamatan
29 capung dalam penelitian ini adalah yang tidak berimpit dengan lokasi lainnya.
Pengamatan capung di habitat sawah ini adalah di area petak-petak sawah dan tepi-tepi sawah. Di tepi-tepi sawah terdapat pohon-pohon besar yang di bawahnya
terdapat semak-semak dan aliran air, tempat ini juga menjadi titik pengamatan capung selain petak-petak sawah pada lokasi ini Lampiran 2, Gambar 49.
Berikut ini kenampakan penutupan lahan di lokasi pengamatan di Kawasan Rawa Jombor.
30 Gambar 8. Peta Penutupan Lahan di Sekitar Lokasi Pengamatan Atas
Kawasan Lokasi Pengamatan Bawah
31 Jenis transek pengamatan yang digunakan adalah transek garis line transect,
berupa garis atau jalur yang memotong ke arah seberang komunitas capung yang diamati Melati Ferianita Fachrul, 2012: 13-14. Aplikasi transek menggunakan
transek garis yang ditarik lurus pada lokasi pengamatan, waduk dari Utara ke arah Selatan, kawasan sungai aliran masuk menuju waduk dari hilir ke arah hulu
sungai, kawasan rawa dari sisi Timur ke arah Barat, kawasan kolam dari Timur ke arah Barat, kawasan sungai aliran keluar dari waduk dari hulu ke arah hilir sungai,
dan kawasan sawah dari sisi Tenggara ke arah Barat Laut sejauh 100-300 meter. Area pengamatan capung meliputi kanan dan kiri transek dengan jarak maksimum
50 meter kanan dan 50 meter kiri transek seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. Aplikasi Transek Garis pada Lokasi Pengamatan Sumber: Balai TNGM, 2011: 4
2. Pengamatan Jenis Capung
Metode yang dipakai untuk mengamati capung adalah metode distance sampling
Buckland 1993, yakni mencatat setiap perjumpaan di sepanjang jalur
32 pengamatan Balai TNGM, 2011: 4. Agar tidak terjadi penghitungan berulang
double counting, capung yang dijumpai ditangkap menggunakan insectnet lalu ditandai dengan cat di bagian sayap depan atau sayap belakang sebelah luar serta
di bagian toraks dengan mengadaptasi sistem penandaan binomial system milik Sheppard 1969 untuk Diptera Southwood, T. R. E. Henderson, P. A., 2000:
111. Kombinasi angka dengan sistem penandaan ini dapat digunakan untuk menandai sekitar 255 individu yang berbeda dengan menggunakan satu warna cat.
Gambar 10. Binomial System Sheppard 1969 pada Diptera Sumber: Southwood, T. R. E. Henderson, P. A., 2000: 111
Penandaan dengan cat akan menunjukkan nomor penandaan setiap individu capung yang tertangkap, penandaan berupa kombinasi penjumlahan posisi titik
pada bagian sayap dan toraks dapat menunjukkan urutan penomoran mulai dari 1, 2, 3, dan seterusnya hingga kombinasi angka mencapai nomor maksimum 255.
Melalui penandaan ini dapat membedakan setiap individu yang pernah tercatat dan dapat mendeteksi jika satu individu capung dijumpai di beberapa lokasi
pengamatan. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-11.00 WIB. Menurut
Suharni 1991, pemilihan waktu tersebut berdasarkan aktifnya capung dewasa, sehingga diharapkan dapat menjumpai jenis capung yang beragam selama
33 pengamatan Novita Patty, 2006: 25. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali
dalam kurun waktu tidak lebih dari dua minggu pada setiap lokasi, kurun waktu ini ditentukan berdasarkan rentang waktu kehidupan capung jarum dewasa pada
periode reproduksi sekitar 1-2 minggu dan capung biasa sekitar 2-3 minggu Corbet, P. S., 1980: 198.
Capung yang dijumpai diamati kebiasaannya di lokasi pengamatan, ditangkap, diidentifikasi berdasarkan kenampakan morfologinya, sehingga bagian
tubuh dicirikan secara jelas melalui pengukuran panjang tubuh dan panjang sayap morfometri menggunakan jangka sorong dan deskripsi warna tubuh, corak, dan
warna mata, serta bentuk bagian tubuh tertentu, kemudian didokumentasikan dalam bentuk foto. Proses identifikasi dibantu dengan menggunakan buku
panduan, kemudian capung yang sudah tertangkap tersebut ditandai dengan menggunakan cat lalu dilepaskan kembali di sekitar lokasi penangkapan. Menurut
Terence de Fonseka 2000: 20, ciri nyata yang berguna untuk mengidentifikasi capung ketika di lapangan adalah menggunakan ciri warna tubuh secara umum,
warna polacorak, dan warna mata. Penghitungan jumlah individu tiap jenis capung dilakukan berdasarkan
penangkapan secara langsung di kanan dan kiri jalur transek ketika pengamatan. Jika capung yang dijumpai ketika di lapangan belum bisa teridentifikasi langsung
saat pengamatan maka tubuh capung difoto secara jelas dan lengkap dari berbagai sisi, setelah itu diidentifikasi melalui studi literatur lebih lanjut atau melalui
diskusi dengan ahli.
34
3. Pengamatan Mangsa Capung dan Faktor Abiotik
Data mangsa capung dan faktor abiotik merupakan data pendukung yang diambil pada masing-masing lokasi.
a. Mangsa capung
Capung yang teramati sedang melakukan aktivitas makan pada masing- masing lokasi pengamatan diamati kebiasaan memangsanya, yakni makan ketika
hinggap atau terbang, lalu diamati dan dicatat jenis mangsanya dan jenis capung pemangsanya.
b. Faktor abiotik
Faktor abiotik sebagai data pendukung pada masing-masing lokasi didata setiap kali pengamatan. Temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin,
dan pH air dihitung secara kuantitatif menggunakan alat ukur.
G. Rancangan Organisasi Data
1. Data Jenis dan Jumlah Individu Capung
Tabel 1. Tabel Rancangan Organisasi Data Jenis dan Jumlah Individu Tiap Jenis No.
Jenis Capung
Jumlah Individu Lokasi
1 2 3 4 5 6 1
2 3
...dst
2. Data Faktor Abiotik
Tabel 2. Tabel Rancangan Organisasi Data Faktor Abiotik
Waktu Pengamatan
Intensitas Cahaya lux
Suhu Udara ºC Kecepatan Angin
ms