Siklus Hidup dan Usia Capung

14

4. Persebaran Capung

Capung tersebar di seluruh dunia, jumlah capung sangat melimpah di kawasan tropis seperti Indonesia, karena di kawasan tropis terdapat berbagai macam habitat Shanti Susanti, 1998: 6-7. Capung jarum dan capung biasa tersebar luas dan melimpah di hampir semua perairan tawar dan payau Morse J. C., 2009: 167. Wilayah penyebarannya di pegunungan, sungai, danau, rawa, sawah, hingga pantai Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 22. Corbet, P. S. 1962: 183 menyatakan bahwa populasi capung menyebar setelah kemunculannya dari fase nimfa menjadi capung dewasa. Capung bisa tersebar luas hanya pada fase dewasa, karena hanya jika terjadi kejadian luar biasa pada fase telur dan larva nimfa dapat berpindah dari satu habitat ke habitat lainnya. Menurut Moore 1960, capung dewasa tersebar karena aktivitasnya, dan penyebaran capung dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yakni: 1 terbang mencari makan, tempat berlindung, atau tempat berkembang biak, 2 terbang untuk pertama kali, dan 3 migrasi Corbet, P. S., 1962: 183. Kebanyakan jenis capung memiliki jarak penyebaran yang sempit karena habitatnya yang spesifik Kalkman V. J., et. al., 2008: 351.

5. Habitat Capung

Capung identik dengan kawasan perairan tawar karena capung menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai nimfa yang sangat bergantung pada habitat perairan tawar, dan tidak ditemukan satu jenis pun capung yang hidup di laut, namun ada beberapa yang tahan terhadap tingkat garam tertentu, dan ada juga nimfa capung hutan tropis yang hidup di darat Shanti Susanti, 1998: 8. 15 Capung dewasa sering terlihat di tempat-tempat terbuka, terutama di perairan tempat mereka berkembang biak dan berburu makanan Shanti Susanti, 1998: 11. Buchwald 1994 menyatakan bahwa himpunan jenis-jenis capung pada umumnya tergantung pada komposisi dan struktur dari vegetasi Siregar A. Z., dkk., 2005: 106. Sebagain besar capung senang hinggap pada pucuk rumput, perdu, dan lain- lain, yang tumbuh di sekitar perairan Shanti Susanti, 1998: 11. Vegetasi air yang hidup di perairan tawar juga berperan sebagai tempat meletakkan telur bagi sebagian besar jenis capung Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 23. Capung aktif pada siang hari ketika matahari bersinar, pada hari yang panas capung akan sangat aktif terbang dan sulit didekati, sedangkan pada dini hari atau senja, capung terkadang lebih mudah untuk didekati Shanti Susanti, 1998: 11.

6. Klasifikasi

Capung digolongkan dalam dua subordo, yakni Zygoptera dan Anisoptera. Berdasarkan perbedaan ukuran, Zygoptera capung jarum memiliki ukuran tubuh yang kecil dan ramping seperti jarum, dan ketika hinggap posisi sayapnya menutup di atas punggung, sedangkan Anisoptera capungcapung biasa memiliki tubuh yang lebih besar dan lebih kekar daripada capung jarum, capung biasa umumnya dapat terbang dengan kecepatan tinggi dan dengan jarak yang jauh, dan ketika hinggap posisi sayapnya terentang. Kebiasaan capung jarum adalah makan sewaktu hinggap, sedangkan capung biasa biasanya dapat menangkap dan memakan mangsanya sambil terbang Shanti Susanti, 1998: 4- 13. 16 Menurut Theischinger, G. 2009: 18, perbedaan antara Zygoptera dan Anisoptera berdasarkan venasi pada sayap adalah sel discoidal discoidal cell Zygoptera berbentuk segiempat sederhana, kadang-kadang terpotong oleh crossvein , dan kadang terbuka di bagian pangkal, sedangkan discoidal cell Anisoptera terbagi menjadi banyak segitiga dan segitiga, biasanya bentuknya berbeda antara sayap depan dan sayap belakang, dan biasanya terpotong oleh crossvein . Berikut ini penggolongan capung Subordo Zygoptera dan Subordo Anisoptera ke dalam beberapa famili berdasarkan morfologi dan kebiasaan.

a. Subordo Zygoptera-capung jarum

Sayap-sayap depan dan belakang serupa bentuknya dan keduanya menyempit di dasar, pada waktu istirahat diletakkan bersama di atas tubuh atau sedikit agak membuka. Sayap pada jantan dan betina berbentuk sama. Kepala memanjang secara transversal. Jantan mempunyai empat embelan pada ujung abdomen, yakni sepasang embelan superior dan sepasang embelan inferior Gambar 1. Betina mempunyai ovipositor yang pada umumnya menyebabkan ujung abdomen tampak agak membengkak Borror, et. al., 1992: 245-254. 1 Famili Chlorocyphidae. Anggota famili ini tidak seperti capung jarum pada famili lainnya, yakni bagian abdomennya lebih pendek daripada sayapnya. Mereka memiliki bentuk kepala yang unik, wajah yang khas menonjol memberikan penampilan seperti moncong. Capung-capung ini umumnya berwarna-warni seperti permata, aktivitas kawin biasanya di air yang mengalir umumnya aliran air yang ada di hutan dan tidak terbang 17 jauh dari tempat tersebut Tang, H. B., Wang, L.K., Hämäläinen, M.,

2010: 35. 2

Famili Coenagrionidae-capung jarum bersayap-sempit. Capung jarum yang berukuran paling kecil berasal dari famili ini. Ciri sayapnya bening dan tidak lebar, di tungkainya terdapat seta atau rambut yang pendek dan agak tebal Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 33. Anggota famili ini berjumlah banyak, baik dalam genera maupun spesiesnya. Capung jarum ini terdapat di berbagai habitat, terutama sepanjang aliran-aliran air, dan lainnya terdapat di kolam-kolam atau rawa. Anggota famili ini kebanyakan merupakan penerbang lemah, ketika hinggap posisi tubuhnya horisontal dan sayapnya diletakkan bersama-sama di atas tubuh. Jantan dan betina memiliki warna yang sangat berbeda pada kebanyakan jenis, yakni jantan lebih berwarna cerah daripada betina Borror, et. al., 1992: 255. 3 Famili Platycnemididae. Anggota famili ini adalah capung jarum yang berukuran kecil hingga sedang, ditandai oleh tubuhnya yang cukup ringan, sayap hialin cukup sempit dengan retikulasi agak terbuka. Bentuk kepala pada umumnya lebih ringan dan memanjang, lebih sempit dibandingkan famili Coenagrionidae. Mereka memiliki banyak duri tipis yang panjang pada bagian femur dan tibia, pada beberapa spesies tibianya melebar dan berwarna cerah. Mereka mendiami sungai di hutan, rawa, kolam teduh, dan sumber Tang, H. B., Wang, L.K., Hämäläinen, M., 2010: 83.