K Zy
Grafik
Keterangan: ygoptera
Chlorocyp 1.
Libe Coenagrio
2. Agri
3. Agri
4. Isch
5. Pseu
6. Pseu
Platycnem 7.
Cop
0.35 14.99
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
16.00 18.00
20.00
1 2
k 2. Nilai K
phidae ellago linea
onidae iocnemis fem
iocnemis py hnura seneg
udagrion m udagrion ru
mididae pera margin
0.46 1.38
0.23 3.23
2.19 3
4 5
6 7
Kemelim
Kemelimpah
ta mina
ygmaea galensis
icrocephalu ubriceps
ipes
0.12 0.81
0.12 11.42
0.35 8
9 10
11 12
mpahan Re
101 han Relatif S
Rawa Jomb
um
2.88 2.42
5.88 6.92
0.35 13
14 15
16 17
elatif Jenis Rawa Jom
Setiap Jenis bor
Anisopter Aeshn
8. 9.
Gomp 10
Libellu 11.
12. 13.
14. 15.
16. 17.
18. 19.
20. 21.
22. 23.
24. 25.
26. 27.
28.
0.81 4.73
15.57
0.12 3.23
18 19
20 21
22
s Pi Capu mbor
Capung di
ra nidae
Anax gutta Gynacanth
phidae 0. Ictinogom
ulidae Acisoma p
Aethriama Agrionopte
Brachydipl Brachythem
Crocothem Diplacodes
Lathrecista Neurothem
Orthetrum Orthetrum
Pantala fla Potamarch
Rhodothem Tholymis t
Urothemis Zyxomma o
Zyxomma p
2.08 0.46
0.69 17.19
0.69 23
24 25
26 27
ung Kawasa
Kawasan
tus a subinterru
mphus decor anorpoides
nta aethra era insignis
lax chalibea mis contam
mis servilia s trivialis
a asiatica mis terminat
sabina testaceum
avescens ha congener
mis rufa tillarga
signata obtusum
petiolatum
0.35 28
an
Kemeli Relatif
upta ratus
s a
inata
ta
r
mpahan
102 Kemelimpahan relatif merupakan persentase jumlah individu satu jenis
capung dari seluruh jenis capung yang ditemukan. Beberapa jenis capung memiliki nilai kemelimpahan relatif tertinggi, lebih dari 10 Grafik 2, yakni
Agriocnemis femina 14,99, Acisoma panorpoides 11,42, Orthetrum sabina
15,57, dan Urothemis signata 17,19. Menurut Odum 1993: 185, kemelimpahan relatif yang berbanding lurus dengan dominansi akan tinggi seiring
dengan rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis. Kemelimpahan relatif keempat jenis capung di atas tertinggi dibandingkan dengan jenis lainnya yang
ditemukan di seluruh lokasi pengamatan, dan keempat jenis capung tersebut melimpah di tiga lokasi yang memiliki nilai keanekaragaman capung lebih
rendah, yakni Acisoma panorpoides dan Urothemis signata melimpah di kawasan waduk, Agriocnemis femina melimpah di kawasan sungai aliran masuk menuju
waduk, dan Orthetrum sabina melimpah di kawasan sawah Lampiran 1. Hal ini menunjukkan pembagian jumlah individu di antara jenis tidak merata, sehingga
ada jenis-jenis capung dengan jumlah individu jauh lebih banyak atau melimpah daripada individu jenis capung lainnya pada lokasi pengamatan di kawasan Rawa
Jombor.
103
D. Faktor Abiotik Kawasan Rawa Jombor
Pengukuran terhadap faktor-faktor abiotik di setiap lokasi pengambilan data jenis capung dilakukan secara kuantitatif dan didapatkan rentang intensitas
cahaya, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan pH air untuk kawasan Rawa Jombor sebagai berikut.
Tabel 33. Rentang Nilai Faktor Abiotik di Kawasan Rawa Jombor
Waktu Pengukuran Intensitas Cahaya
lux Suhu Udara ºC
Kecepatan Angin ms
08.00-11.00 104-1238 28-37 0-6,4
Intensitas cahaya yang terukur di kawasan Rawa Jombor bervariasi dalam rentang 104-1238 lux. Kondisi penutupan vegetasi di sekitar kawasan pengamatan
mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang sampai pada permukaan tanah, semakin terbuka maka semakin besar intensitas cahaya yang diterima Arellea
Revina Dewi, 2015: 59. Pada lokasi pengamatan, lokasi-lokasi dengan kawasan terbuka seperti kawasan waduk, rawa, dan sawah memiliki nilai intensitas cahaya
yang lebih tinggi dibandingkan kawasan kolam, sungai aliran masuk menuju waduk, dan sungai aliran keluar dari waduk.
Intensitas cahaya mempengaruhi perilaku dan penyebaran hewan Michael, 1994: 16, faktor abiotik utama yang mempengaruhi aktivitas capung dewasa
untuk aktivitas terbang adalah intensitas cahaya yang berbanding lurus dengan suhu udara. Capung merupakan serangga yang termasuk dalam golongan hewan
yang memperoleh panas dari lingkungan untuk menaikkan suhu tubuhnya Agus Dharmawan, 2005: 20, sehingga suhu lingkungan menentukan suhu tubuh bagi
capung. Sejatinya, capung memiliki kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya,
104 tetapi kemampuan ini sangat terbatas. Jika suhu lingkungan ekstrem rendah di
bawah ambang toleransi, capung akan mati karena metabolisme tubuh terhambat. Jika suhu lingkungan rendah namun masih dapat ditoleransi oleh capung,
metabolisme tubuh akan terbatas, sehingga aktivitas gerak capung akan sangat berkurang. Ketika pengamatan, kebiasaan capung yang teramati yang
berhubungan dengan suhu lingkungan adalah jika suhu udara terasa terlalu panas, capung akan berlindung di tempat-tempat yang teduh, hal ini agar suhu tubuhnya
tidak terlalu tinggi akibat pengaruh suhu lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, suhu lingkungan menjadi faktor pembatas bagi aktivitas capung, yakni
mempengaruhi kebiasaan terbang capung dewasa. Rentang suhu udara 28ºC sampai dengan 37ºC yang terukur pada kisaran pukul 08.00-11.00 setiap harinya
selama pengamatan menjadi rentang suhu udara yang optimum secara umum bagi capung di kawasan Rawa Jombor untuk beraktivitas.
Aktivitas organisme dapat juga dibatasi oleh angin Michael, 1994: 32, kecepatan angin yang terukur di kawasan Rawa Jombor pada rentang 0-6,4 ms
menjadi rentang kecepatan angin bagi aktivitas jenis-jenis capung yang dijumpai di kawasan Rawa Jombor, ketika kecepatan angin semakin kencang teramati
semakin sedikit capung yang dijumpai terbang, capung-capung mulai hinggap pada ujung-ujung tanaman, terutama capung-capung jarum yang merupakan
penerbang lemah.
105
E. Mangsa Capung Kawasan Rawa Jombor
Berikut ini data mengenai jenis capung pemangsa dan mangsa capung yang teramati selama pengamatan di berbagai lokasi di kawasan Rawa Jombor.
Tabel 34. Mangsa Capung di Kawasan Rawa Jombor
Data di atas menunjukkan mangsa capung yang teramati selama pengamatan, capung merupakan serangga karnivora, semua mangsa yang teramati adalah dari
golongan serangga sendiri, kecuali Arachnida. Orthetrum sabina sering teramati memakan jenisnya sendiri kanibal. Dua di antara jenis mangsa merupakan
golongan serangga yang dapat menjadi hama tanaman pangan, yakni Lepidoptera dan Orthoptera. Kebiasaan capung memangsa serangga lain seperti ini dapat
memberikan manfaat bagi manusia sebagai predator alami bagi serangga hama pemakan tanaman pangan dan pengendali hayati Wakhid, dkk., 2014: 42.
No. Spesies Capung
Mangsa
1 Agriocnemis femina
Diptera 2
Ischnura senegalensis Arachnida, Diptera
3 Orthetrum sabina
Lepidoptera, Orthetrum sabina 4
Pseudagrion rubriceps Hymenoptera
5 Urothemis signata
Orthoptera
106
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
1. Jenis-jenis capung di kawasan Rawa Jombor dari enam lokasi pengamatan ada
28 jenis, antara lain capung jarum dari Famili Chlorocyphidae 1 jenis, Famili Coenagrionidae 5 jenis, dan Famili Platycnemididae 1 jenis; capung biasa dari
Famili Aeshnidae 2 jenis, Famili Gomphidae 1 jenis, dan Famili Libellulidae 18 jenis. Jumlah jenis dan individu terbanyak dari Famili Coenagrionidae dan
Libellulidae, sedangkan yang paling sedikit dari Famili Gomphidae. 2.
Tingkat keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor 2,57 termasuk dalam kategori sedang. Nilai keanekaragaman jenis capung di enam lokasi
pengamatan masing-masing, yakni kawasan waduk 1,64 terendah dengan 15 jenis capung, kawasan sungai aliran masuk menuju waduk 1,77 dengan 14
jenis capung, kawasan rawa 2,23 tertinggi dengan 12 jenis capung, kawasan kolam 2,00 dengan 11 jenis capung, kawasan sungai aliran keluar dari waduk
2,09 dengan 16 jenis capung, dan kawasan sawah 1,73 dengan 10 jenis capung.
B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian keanekaragaman capung di kawasan Rawa Jombor pada musim kemarau, peralihan musim kemarau ke
musim hujan, dan peralihan musim hujan ke musim kemarau untuk melengkapi data keanekaragaman capung Rawa Jombor, selain itu perlu dilakukan
pengamatan jenis nimfa pada masing-masing lokasi pengamatan untuk mengetahui penyebaran jenis nimfa di kawasan Rawa Jombor. Data penelitian ini