34
3. Pengamatan Mangsa Capung dan Faktor Abiotik
Data mangsa capung dan faktor abiotik merupakan data pendukung yang diambil pada masing-masing lokasi.
a. Mangsa capung
Capung yang teramati sedang melakukan aktivitas makan pada masing- masing lokasi pengamatan diamati kebiasaan memangsanya, yakni makan ketika
hinggap atau terbang, lalu diamati dan dicatat jenis mangsanya dan jenis capung pemangsanya.
b. Faktor abiotik
Faktor abiotik sebagai data pendukung pada masing-masing lokasi didata setiap kali pengamatan. Temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin,
dan pH air dihitung secara kuantitatif menggunakan alat ukur.
G. Rancangan Organisasi Data
1. Data Jenis dan Jumlah Individu Capung
Tabel 1. Tabel Rancangan Organisasi Data Jenis dan Jumlah Individu Tiap Jenis No.
Jenis Capung
Jumlah Individu Lokasi
1 2 3 4 5 6 1
2 3
...dst
2. Data Faktor Abiotik
Tabel 2. Tabel Rancangan Organisasi Data Faktor Abiotik
Waktu Pengamatan
Intensitas Cahaya lux
Suhu Udara ºC Kecepatan Angin
ms
35
H. Teknik Analisis Data
Jenis-jenis capung yang dijumpai diidentifikasi dan didokumentasikan. Identifikasi di lapangan menggunakan spesimen langsung dan mencocokkan
dengan buku panduan identifikasi Odonata berdasarkan kenampakan morfologi, kebiasaan, dan karakter lokasi perjumpaannya, sedangkan spesimen yang belum
diketahui jenisnya ketika di lapangan, difoto seluruh bagian tubuhnya dan diukur panjang tubuh dan sayapnya, serta dicatat karakter lokasi perjumpaannya, lalu
diidentifikasi lebih lanjut atau ditanyakan kepada ahli. Jumlah jenis capung dan jumlah individu dari tiap jenis capung yang dijumpai di setiap lokasi dicatat.
Tingkat keanekaragaman jenis diukur dengan menggunakan indeks keanekaragaman H’ Shannon-Wiener, menurut Schowalter 2006: 255:
H pi pi
Keterangan: H = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
pi = iN i = jumlah individu dari suatu jenis i
N = jumlah total individu seluruh jenis Terdapat tiga kriteria keanekaragaman jenis serangga berdasarkan nilai
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, yakni H’1 keanekaragaman jenis dikatakan rendah, H’
≤1≤3 keanekaragaman jenis dikatakan sedang, dan H’3 keanekaragaman jenis dikatakan tinggi.
36 Selain itu dilakukan juga analisis kemelimpahan relatif jenis capung yang
ditemukan untuk mengetahui kemerataan individu jenis capung dari keanekaragaman jenis yang didapat. Penentuan kemelimpahan relatif Pi tiap
jenis capung menggunakan rumus van Balen 1984 sebagai berikut Melati Ferianita Fachrul, 2012: 67.
Pi ∑
∑
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis capung dan tingkat keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor, Klaten, Jawa Tengah
berdasarkan karakteristik lokasi yang berbeda-beda pada kawasan tersebut. Lokasi dikategorikan berdasarkan karakter keberadaan sumber air dan vegetasi yang
sesuai bagi keberadaan capung untuk beraktivitas maupun beristirahat, sehingga dapat dijumpai sebanyak mungkin jenis capung.
A. Kondisi Lokasi Penelitian
Tabel 3. Komposisi Vegetasi di Lokasi Pengamatan
Lokasi Pengamatan Vegetasi
Kawasan Waduk Eichhornia crassipes
: Ipomoea aquatica
: Ipomoea fistulosa
: Zea mays
: Semak-semak pendek:
Semak-semak tinggi: Kawasan Sungai Aliran Masuk
Ipomoea aquatica :
Ipomoea fistulosa :
Oryza sativa :
Semak-semak pendek: Semak-semak tinggi:
Pohon besar:
Kawasan Rawa Eichhornia crassipes
: Ipomoea aquatica
: Keladi air:
Semak-semak pendek: Semak-semak tinggi:
Kawasan Kolam Eichhornia crassipes
: Keladi air:
Semak-semak pendek: Semak-semak tinggi:
Pohon besar:
Kawasan Sungai Aliran Keluar Eichhornia crassipes
: Ipomoea aquatica
: Semak-semak pendek:
Semak-semak tinggi: Pohon besar: