cengkih masih tetap bertanam cengkih di ladang mereka. Pada tahun 1980, cengkih ditanam seluas 870.000 m
2
, vanili seluas 60.000 m
2
. Periode penanaman vanili hanya berlangsung sekitar 3 tahun saja. Hal ini
diakibatkan karena kerumitan dalam pengelolaan dan penanganannya yang tidak praktis seperti yang diuraikan di atas.
41
Ditambah lagi, bunga vanili yang telah mekar hanya dapat bertahan satu hari, sehingga petani terpaksa harus melakukan
penyerbukan buatan secepat mungkin agar terhindar dari resiko kerugian. Banyaknya kendala ini membuat petani menjadi ingin mengganti lagi jenis tanaman yang akan
diusahakan di ladang mereka.
3.4 Jeruk Padang; Komoditas Bernilai Jual Tinggi
Seperti yang telah diuraikan di atas, tanaman vanili hanya dapat diusahakan oleh petani selama 3 tahun saja. Memasuki tahun 1984, petani beralih tanam lagi ke
jenis tanaman yang dulunya pernah mereka usahakan, yakni jeruk. Bukan hanya oleh petani vanili saja, namun sebagian petani cengkih juga mulai beralih menanam jeruk
ini, dikarenakan pada masa ini cengkih mereka tampaknya mulai bermasalah.
42
Adapun jenis jeruk yang ditanam kali ini berbeda dengan jeruk keling yang pernah mereka tanam pada tahun 1947. Jenis yang satu ini ialah jenis jeruk yang kini sudah
41
Wawancara dengan nande Mara br. Perangin-angin, Desa Sukatendel, 17 September 2010.
42
Selama masa hidupnya, tanaman cengkih akan melewati dua masa kritis. Masa kritis pertama biasanya dialami pada pertumbuhan dari tahun pertama hingga berumur tiga tahun yang
disebabkan karena pengaruh kelembaban. Oleh karena itu, pemeliharaannya harus sangat diperhatikan. Apabila masa kritis pertama ini dapat dilalui maka pertumbuhan tanaman akan subur, normal dan
cepat besar. Masa kritis kedua yaitu setelah berumur antara 8-12 tahun atau 20 tahun, yaitu setelah berbuah lebat dan daun-daunnya banyak berjatuhan tetapi kemampuan berbuahnya tetap ada. Apabila
masa kritis ini dapat dilalui, kemungkinan hidup tanaman cengkih dengan normal akan dapat mencapai sekitar seratus tahunan. Tanaman cengkih petani Sukatendel tidak berhasil melewati masa kritis kedua,
sehingga cengkih mereka tidak mampu berproduksi dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
lazim ditemui, yakni jeruk manis atau jeruk kerotan Citrus Unshu, petani Karo lazim menyebutnya dengan rimo padang.
Jeruk ini berasal dari Jepang dan mulai ramai dibudidayakan oleh petani Karo secara umum pada tahun 1985.
43
Petani Desa Sukatendel dapat memperoleh bibit dari pasar dalam bentuk batang jeruk yang sudah disemai, seharga Rp. 1.500 – Rp. 2.000
per batang. Tanaman ini memerlukan curah hujan 1000 - 2000 mm per tahun dan dapat tumbuh di ketinggian 1 - 1200 meter dpl dengan temperatur optimal antara 25 -
30°C. Jenis tanah desa Sukatendel yang merupakan jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk ditanami jeruk manis. Jeruk ini akan mulai berbuah 3 tahun
setelah ditanam, dan tingginya mencapai 2 - 3 meter dengan garis tengah batang 6 – 7 cm. Jeruk ini dapat dipanen dua kali dalam setahun, dan umumnya pemanenan
dilakukan pada bulan kedua dan bulan kedelapan. Dengan jarak tanam 4x5 m, petani dapat menanam sekitar 250 - 300 batang jeruk di areal seluas satu hektar.
Tabel 7 Rincian Luas Lahan Pada 1984-1988
Tahun Luas Lahan m
2
Jeruk Padang Cengkih
1984 290.000 660.000
1988 895.000 35.000
43
Aak, Budidaya Tanaman Jeruk, Yogyakarta: Kanisius, 1994, hal. 190 – 191.
Universitas Sumatera Utara
Prospek jeruk padang ini cukup menjanjikan bagi petani, hal ini tampak dimana tanaman ini dapat dikelola cukup lama oleh petani yakni sekitar sepuluh
tahun. Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik seperti biasa, karena tingginya cukup terjangkau oleh manusia, tidak seperti jeruk keling. Hasil panen kemudian
dikumpulkan dan dipilah berdasarkan ukurannya. Buah-buah ini kemudian diatur dengan rapi di dalam sebuah keranjang bambu khusus. Buah jeruk yang berukuran
agak kecil diletakkan di bagian dasar keranjang, diikuti oleh buah jeruk yang berukuran sedang dan akhirnya buah jeruk yang berukuran besar diletakkan di bagian
atas, yang biasa disebut oleh petani dengan bagian takalna. Berat satu keranjang jeruk ditaksir mencapai 400 - 550 kg.
Dalam penjualannya, petani didatangi oleh para tengkulak yang langsung membeli jeruk mereka. Umumnya transaksi dagang ini dilakukan di ladang, dan
dengan kesepakatan yang telah dilakukan sebelumnya. Jika tidak ada tengkulak yang datang, maka petani akan menyewa jasa kendaraan pengangkutan untuk membawa
keranjang-keranjang berisi jeruk tadi ke pasar Tiganderket. Di pasar ini, si petani cukup menunggu orang yang akan membeli jeruk mereka. Para pembeli adalah
pedagang tingkat pengecer yang akan menjual kembali jeruk tersebut dalam satuan kilogram. Harga satu kilogram jeruk bervariasi, antara Rp. 1.800 – Rp. 4.500.
3.5 Tembakau; Si Daun Emas