3.2 Jeruk Keling Cengkih; Era Kesuksesan Petani
Pada bab sebelumnya telah diuraikan bahwa petani mulai menanam jeruk keling sepulang dari pengungsian, sekitar tahun 1947.
37
Walaupun petani dapat menuai keberhasilan panen dengan tidak adanya hambatan, namun bukan berarti
petani dapat bertahan terus dengan kondisi semacam itu. Pertanian sangatlah tergantung pada unsur-unsur alam yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman yang akhirnya membentuk sebuah sistem yang jalin-menjalin. Memasuki tahun 1960, tanaman jeruk keling petani mulai terserang penyakit
blendog Diplodia. Penyakit ini disebabkan oleh adanya cendawan Botryodiplodia Theobromae Pat. Tanaman yang terserang akan mengeluarkan blendog semacam
lendir yang berwarna kuning keemasan dari batang atau cabang tanaman. Jamur yang berkembang di antara kulit dan kayu, akan merusak kambium,
38
sehingga apabila serangan telah mengelilingi batang, tanaman akan mati. Pada masa ini petani
belum mengandalkan pupuk atau pestisida, umumnya disebabkan karena masih minimnya pengetahuan petani tentang penyakit tanaman ataupun pengelolaannya.
Selama ini para petani melakukan cocok-tanam dengan cara yang sederhana, tidak mengenal penyuluhan, melainkan hanya meniru cara bertani rekan-rekannya yang
lain. Ada beberapa tanaman jeruk keling petani yang terkena blendog cukup parah, sehingga mereka mulai berpikir tanaman apakah yang layak ditanam di ladang
mereka sebagai penggantinya. Maka petani memutuskan untuk menanam jenis tanaman keras lain, yakni cengkih. Meskipun ini adalah pertama kali bagi petani
37
Wawancara dengan nande Tajak br. Sebayang, Desa Sukatendel, 5 Maret 2011.
38
Lapisan jaringan yang bertanggung jawab atas pertumbuhan tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
menanam tanaman perkebunan, tanaman ini akhirnya berhasil dikembangbiakkan. Cengkih mulai ditanam oleh petani meskipun tanaman jeruk keling di sini belum mati
semuanya. Masih banyak petani yang dapat mengutip hasil dari jeruk keling yang ada, meskipun penyakit blendog mulai menyerang. Jadi dapat disimpulkan bahwa
jeruk keling dan cengkeh bersamaan waktu tumbuhnya. Cengkih Eugenia Aromatica, dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah
tangkai bunga kering yang beraroma khas. Cengkih banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok
kretek khas Indonesia. Pohon cengkih merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10 - 20 meter, mempunyai daun berbentuk lonjong yang
berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Tanaman tumbuh optimal dengan suhu 22°-
30°C, dan curah hujan yang dikehendaki 1500 - 4500 mmtahun. Menurut petani bibit ini didatangkan dari luar negeri, dan mereka dapat
meminta bibit cengkih kepada petani cengkih yang telah terlebih dahulu sukses menanam cengkih di desa tersebut. Pohon cengkih yang telah besar akan
menghasilkan tunas-tunas liar di dekat batangnya. Tunas-tunas ini tidak dibutuhkan oleh si pemiliknya, sehingga petani lain dapat meminta tunas-tunas liar tersebut untuk
kemudian ditanam di ladang masing-masing. Di sini juga terlihat adanya rasa saling membantu antar petani.
Antara satu pohon dengan pohon yang lain dibuat jarak sekitar 7x7 meter. Dengan jarak tanam seperti ini, jumlah pohon yang ditanam dalam area satu hektar
ialah 144 pohon umumnya 150 dan masih dapat diisi hingga 200 pohon. Satu bibit
Universitas Sumatera Utara
pohon cengkih yang berusia dua tahun akan di tanam untuk pertama kalinya di lahan yang tersedia. Usia produktifnya dimulai di tahun kelima dan seterusnya akan stabil
berbunga hingga lebih dari 50 liter setiap panen. Saat menunggu masa panen tiba 2 hingga 3 tahun, petani akan membersihkan rumput dan merawat cengkihnya selama
3 – 4 kali dalam setahun 6 – 12 kali dalam 2 atau 3 tahun. Beberapa petani mempercayakan pekerjaan ini kepada buruh tani aron, yang akan memangkas
rumput di sekitar pohon. Ada pula pekerjaan yang tidak semua orang mampu, yaitu mencari ulat cengkih, yang harus dikerjakan oleh ahlinya. Mereka dibayar berdasar
jumlah kepala ulat yang berhasil dipatahkan. Dalam satu pohon yang terkena ulat bisa terdapat 5 hingga 10 ulat yang bersarang dan ini sangat berpotensi membunuh
pohon cengkih bila berhasil menembus inti batang. Di dekat pagar ladang mereka, petani menanam pohon kelapa, di samping itu
ada juga yang menanam pohon kemiri dan kopi. Buah dari tanaman pinggir ini dapat dipergunakan oleh petani untuk kebutuhan keluarga, selain itu mereka dapat juga
menjualnya ke pasar meskipun hasilnya tidak seberapa. Di samping itu, ada petani yang menanam beberapa jenis sayuran dalam jumlah kecil, seperti ubi kayu atau labu
untuk dikonsumsi oleh keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6 Rincian Luas Lahan Pada 1947-1977
Tahun Luas Lahan m
2
Jeruk Keling Cengkih
1947 750.000 -
1957 880.000 90.000
1967 600.000 360.000
1977 110.000 870.000
Dalam perkembangannya, petani tidak menggunakan pupuk, sehingga cengkih mereka mulai berbunga pada umur 6 sampai 8 tahun.
39
Bila panen tiba, setiap pohon akan menghasilkan 50–100 liter bunga cengkih dan dari setiap 6 liternya
akan senilai satu kg cengkih kering. Artinya setiap pohon akan menghasilkan 10 kilogram bila jumlah produksinya sebanyak 60 liter. Periode ini merupakan masa
kejayaan petani Sukatendel dalam mengelola pertaniannya. Hal ini dikarenakan pada masa ini harga komoditas cengkih sangat menjanjikan bagi petani dan hasil panen
juga melimpah setiap tahunnya. Bila panen tiba, maka akan ada serentetan aktifitas panen yang dimulai dari
persiapan hingga penjualan. Orang-orang yang dibutuhkan untuk memenuhi panggilan panen ini meliputi pemetik, pemisah bunga dari tangkainya, pemungut
cengkih, penjemur, juru masak, mandor kelompok, mandor kerja, pencari ulat, dan
39
Kalau menggunakan pupuk, tanaman cengkih dapat berbunga pada umur 4 tahun.
Universitas Sumatera Utara
supir angkut. Dengan hitungan sederhana, misalnya dalam area seluas 1 hektar dengan jumlah pohon 150 per hektarnya maka akan menyerap tenaga kerja saat panen
sebanyak 30 pekerja dengan durasi waktu kerja 1 bulan. Petani memetik cengkih dari cabang dan memisahkannya dari susunan tunas, kemudian mengeringkannya di
bawah terik matahari hingga empat hari. Selama pengeringan, warna cengkih akan berubah dari hijau menjadi merah lalu menjadi coklat tua. Setelah kering, cengkih
dibersihkan dengan cara ditampi. Kemudian cengkih yang sudah bersih dimasukan ke dalam karung lalu dijahit dan siap dijual. Terkadang ada juga tengkulak yang
langsung mendatangi petani untuk membeli cengkih mereka.
3.3 Vanili: Si Emas Hijau