Prospek jeruk padang ini cukup menjanjikan bagi petani, hal ini tampak dimana tanaman ini dapat dikelola cukup lama oleh petani yakni sekitar sepuluh
tahun. Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik seperti biasa, karena tingginya cukup terjangkau oleh manusia, tidak seperti jeruk keling. Hasil panen kemudian
dikumpulkan dan dipilah berdasarkan ukurannya. Buah-buah ini kemudian diatur dengan rapi di dalam sebuah keranjang bambu khusus. Buah jeruk yang berukuran
agak kecil diletakkan di bagian dasar keranjang, diikuti oleh buah jeruk yang berukuran sedang dan akhirnya buah jeruk yang berukuran besar diletakkan di bagian
atas, yang biasa disebut oleh petani dengan bagian takalna. Berat satu keranjang jeruk ditaksir mencapai 400 - 550 kg.
Dalam penjualannya, petani didatangi oleh para tengkulak yang langsung membeli jeruk mereka. Umumnya transaksi dagang ini dilakukan di ladang, dan
dengan kesepakatan yang telah dilakukan sebelumnya. Jika tidak ada tengkulak yang datang, maka petani akan menyewa jasa kendaraan pengangkutan untuk membawa
keranjang-keranjang berisi jeruk tadi ke pasar Tiganderket. Di pasar ini, si petani cukup menunggu orang yang akan membeli jeruk mereka. Para pembeli adalah
pedagang tingkat pengecer yang akan menjual kembali jeruk tersebut dalam satuan kilogram. Harga satu kilogram jeruk bervariasi, antara Rp. 1.800 – Rp. 4.500.
3.5 Tembakau; Si Daun Emas
Di Desa Sukatendel penanaman tembakau mulai dilakukan pada tahun 1997. Sejarah penanaman tembakau di desa ini berbeda dengan sejarah tanaman lain yang
pernah ditanam sebelumnya. Jika sebelumnya petani memilih mengganti jenis
Universitas Sumatera Utara
tanaman akibat serangan hama atau penyakit, maka peralihan tanaman ke tembakau memiliki cerita tersendiri. Seperti yang diuraikan di bab sebelumnya, sawah-sawah
milik petani umumnya berada di wilayah perbatasan desa. Memasuki tahun 1997, petani yang sawahnya berlokasi paling ujung mengalami kesulitan karena irigasi
tidak lagi sampai ke sawah-sawah mereka. Hal ini dikarenakan mulai berkurangnya debit air irigasi yang biasa dipergunakan petani.
44
Luas sawah yang terkena masalah ini mencapai 70 ha 700.000 m
2
. Akibatnya petani tidak dapat lagi mengusahakan tanaman padi yang sudah mereka tanam sejak tahun 1947. Untuk mengatasi masalah
ini para pemilik sawah melakukan pembaharuan, dengan ‘mengubah’ sawah mereka menjadi ladang. Sehingga mulai dari tahun 1997, terjadi perubahan luas antara sawah
dan ladang di desa ini. Petani ladang yang baru ini kemudian mengusahakan tanaman tembakau di atas tanah mereka. Tanaman tembakau menjadi pilihan karena harga
jualnya yang tinggi di pasaran. Tembakau Nicotiana Tobacum merupakan tumbuhan herba semusim yang
ditanam untuk mendapatkan daunnya. Tanaman ini sesuai dengan wilayah dengan curah hujan rata-rata 2000 mmtahun, dengan ketinggian lahan antara 200 - 3.000 m
dpl dan suhu udara antara 21-32 °C. Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Komoditi tembakau mempunyai arti yang cukup
penting, tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi para petani, tetapi juga bagi negara. Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia pertanian
termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak termasuk golongan tanaman pangan. Dengan luas lahan satu hektar maka petani dapat menanam 16.000 - 18.000
44
Wawancara dengan nande Mara br. Perangin-angin, Desa Sukatendel, 5 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
batang tembakau dengan jarak tanam 110 cm x 50 cm. Tinggi tanaman ini hanya sekitar 2,5 m, tidak bercabang dan umurnya kurang dari satu tahun.
Panen tembakau pada masa ini dilakukan di sekitar pertengahan bulan ketujuh. Tiap hari petani sibuk memetik daun-daunnya di lahan untuk kemudian
diangkut pulang, ada yang dipanggul dan sebagian menggunakan sepeda motor. Peralatan yang mereka pakai hanya gulungan karung goni maupun karung plastik
untuk mengangkut daun tembakau ke lokasi pengeringan. Di rumah petani, daun- daun itu dirajang lalu siap dikeringkan atau dijadikan tembakau rajangan. Sebelum
dikeringkan daun tembakau tadi diikat pada sebuah batang kayu yang panjangnya sekitar dua meter dan dikeringkan selama seminggu. Ada sebagian petani yang
melakukan panen tembakau sebelum bulan ketujuh tiba, namun daun yang dipetik tidak semuanya, hanya daun bagian bawah, yang disebut oleh petani dengan daun
megersing. Daun yang dipetik pertama kali pada daun pangkal atau bagian bawah karena daunnya tua, setelah itu diikuti daun tengah dan atas. Jika tidak terguyur
hujan, petani dapat memulai panen raya pada bulan kedelapan. Namun bila terguyur hujan maka panen akan ditunda sampai bulan kesembilan, karena daun akan kembali
muda, sehingga petani harus menunggunya menjadi tua kembali. Daun megersing yang telah dirajang kemudian disimpan. Setelah panen raya atau daun utama panen,
tembakau dari daun kuningan itu lantas dicampurkan sehingga kualitas tembakau rajangan akan sama.
Tembakau yang telah dirajang akan dibawa oleh petani ke pasar Tiganderket untuk dijual. Tembakau ini tidak dimanfaatkan untuk keperluan industri rokok seperti
yang dilakukan petani tembakau di Jawa, melainkan untuk dikonsumsi sebagai
Universitas Sumatera Utara
pelengkap sirih belo.
45
Harga tembakau sangat bervariasi tergantung pada kualitas tembakau dan kondisi supply dan demand. Pada masa ini harga satu kilogram
tembakau kualitas standar ialah sekitar Rp. 4. 100, sedangkan harga satu kilogram tembakau yang berkualitas sangat baik ialah sekitar Rp. 7.700.
46
Pada tahun 1997, jeruk padang ditanam seluas 980.000 m
2
dan tembakau seluas 600.000 m
2
.
3.6 Kakao: Si Uang Cokelat