5.3. Pengaruh Status Reproduksi terhadap Kejadian Preeklampsi
BeratEklampsi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
Pengaruh variabel status reproduksi Ibu terhadap kejadian preeklampsi berateklampsi dalam penelitian dilihat dari indikator paritas dan jarak antar
kehamilan, yang dijelaskan sebagai berikut :
5.3.1. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Preeklampsi BeratEklampsi di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa paritas bukan sebagai faktor
risiko terjadinya preeklampsi berateklampsi di RSUD Dr. Pirngadi Medan p0,05. Menurut asumsi peneliti pendapatan tidak berpengaruh terhadap kejadian
Preeklampsi berateklampsi dalam penelitian ini karena dari data yang dikumpulkan secara keseluruhan responden baik kasus maupun kontrol berada pada katagori tidak
berisiko 68,1. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Jumaila 2000 yang
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian preeklampsia p = 0,39, OR = 1,36 serta hasil penelitian di Surakarta, bahwa
primigravida hanya memiliki peluang sebesar 1,458 kali terkena preeklampsi dan eklampsi dibandingkan dengan yang bukan primigravida.
Menurut Riestyawati 2004, faktor paritas anak pertama mempunyai risiko untuk terjadi eklampsi sebesar 4,751 kali dibandingkan wanita hamil yang kedua atau
ketiga multigravida, hal ini tidak berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa salah satu predisposisi terjadinya eklampsi adalah faktor paritas, juga dari teori lain
Universitas Sumatera Utara
maupun hasil penelitian yang terdahulu telah banyak dibuktikan. Dari kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3 – 8 persen pasien
terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua. Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap
kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine 2011 tercatat bahwa
pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9 , kehamilan kedua 1,7, dan kehamilan ketiga 1,8.
5.3.2. Pengaruh Jarak Antar Kehamilan terhadap Kejadian Preeklampsi
BeratEklampsi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jarak antar kehamilan bukan
sebagai faktor risiko terjadinya preeklampsi berateklampsi di RSUD Dr. Pirngadi Medan p0,05. Menurut asumsi peneliti pendapatan tidak berpengaruh terhadap
kejadian preeklampsi berateklampsi dalam penelitian ini karena dari data yang dikumpulkan secara keseluruhan responden baik kasus maupun kontrol berada pada
katagori tidak berisiko 52,8. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rozikhan 2007
menunjukkan tidak ada pengaruh antara jarak kehamilan 2 tahun dengan kejadian preeklampsia p value = 1,000, OR = 0,92, 95 CI:0,4–2,07. Jarak antar kehamilan
yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya kematian maternal. Jarak antar kehamilan yang disarankan pada umumnya adalah
paling sedikit dua tahun.
Universitas Sumatera Utara
5.4. Pengaruh Faktor Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan terhadap