Tahap desain konsep concept design

Gambar 31 Rencana Bangunan Pelayanan Kelistrikan Sumber: PT Sheils Flynn Asia

5.4.3 Tahap desain konsep concept design

Berdasarkan hasil yang didapat dari proses riset dan analisis, selanjutnya PT Sheils Flynn Asia melakukan penentuan ide dan konsep yang akan digunakan. Tahap desain konsep ini merupakan tahap awal dimana proses desain mulai berlangsung. Untuk menentukan konsep dan ide dasar yang akan diterapkan di tapak, PT Sheils Flynn Asia terlebih dahulu melakukan berbagai diskusi untuk menguatkan pemilihan konsep dan ide tersebut. Proses diskusi dilakukan dalam internal PT Sheils Flynn Asia yang melibatkan anggota tim yang terlibat dalam proyek Kompleks Metropolitan ini, baik proyek A125 maupun A126. Selain itu PT Sheils Flynn Asia juga melakukan komunikasi dan diskusi terkait masalah konsep dengan pihak Sheils Flynn UK. Berbagai data yang terkait dengan tapak, seperti dokumentasi kunjungan lapang, peta dasar, serta grafis analisis dikirimkan oleh PT Sheils Flynn Asia ke Sheils Flynn UK. Hal tersebut bertujuan agar pihak Sheils Flynn UK dapat memahami karakter tapak dalam proyek tersebut. Dalam penentuan konsep terlebih dahulu dirumuskan berbagai tujuan yang ingin dicapai sebagai solusi dari berbagai permasalahan yang ditemui pada tahapan riset dan analisis sebelumnya. Tujuan tersebut, diantaranya: 1. Menciptakan suasana lingkungan area penerimaan yang user-friendly, dengan pola sirkulasi yang sederhana 2. Menyederhanakan hirarki rute sirkulasi, mengurangi ruang jalur kendaraan untuk dikonversi menjadi area shared space dimana pejalan kaki, mobil, motor, dan sepeda berada pada ruang yang sama 3. Menciptakan komposisi hard material dan soft material terpadu untuk membentuk karakter ruang dan mengarahkan user ke suatu rute atau area 4. Menerapkan desain yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan penggunaan vegetasi asli yang low maintenance 5. Mengkoordinasikan visi desain yang terpadu untuk pengembangan seluruh tapak, menciptakan lanskap yang mampu memberikan kontribusi dan bernilai terhadap tapak. Secara keseluruhan konsep yang digunakan dalam proyek penataan lanskap kawasan Kompleks Metropolitan Jakarta ini adalah Shared Space. Shared space merupakan konsep baru dalam penataan ruang di area perkotaan. Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Hans Monderman, pakar transportasi asal Jerman wikipedia. Hans Monderman menyatakan bahwa perilaku individu dalam berlalu-lintas lebih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dalam ruang publik daripada perangkat kontrol konvensional sign dan peraturan lau-lintas. Methorst et. al. 2007 mengungkapkan bahwa konsep shared space merupakan suatu solusi penyelesaian permasalahan transportasi di kawasan perkotaan. Di dalam konsep ini para pengguna jalan, yaitu pengendara mobil, motor, sepeda, dan pejalan kaki berada dalam satu ruang yang tidak dipisahkan. Pembatas jalan antara jalur kendaraan dan pejalan kaki yang biasanya dipisahkan dengan menggunakan kerb dihilangkan. Level ketinggian antara jalur keduanya pun disamakan. Selain itu berbagai furnitur lalu-lintas, seperti sign, lampu merah, dan lainnya pun ditiadakan di dalam konsep ini. Menurut Heinz 2009, peran dan fungsi dari berbagai furnitur lalu-lintas tersebut digantikan oleh penggunaan pohon, bangku, bolard, planter dan dinding rendah low walls. Penggunaan elemen lanskap tersebut digunakan untuk menciptakan suasana ruang yang menyerupai plaza atau square. Penggunaan material permukaan pun menggunakan material pavement, seperti granit, andesit, batu palimanan, konblok, dan lain-lain. Pendapat Heinz tersebut menguatkan pernyataan Hans Monderman tentang perilaku individu dalam berkendara. Karena dengan konsep shared space tersebut akan menciptakan persepsi bagi para pengendara bahwa area tersebut merupakan plaza atau square dimana pejalan kaki dapat berjalan disetiap bagian area tersebut. Hal itu akan membuat para pengendara lebih berhati-hati dalam mengendarai kendaraannya. Dengan demikian para pejalan kaki justru akan merasa lebih nyaman dan aman dalam berjalan kaki. Lebih jauh lagi Heinz mengungkapkan bahwa konsep shared space ini akan ideal diterapkan pada suatu area dengan intensitas kendaraan kurang dari 1200 kendaraan tiap jamnya. Kemudian menurut Methorst et. al. 2007, konsep ini cocok diterapkan pada area dengan kecepatan kendaraan berkisar 30 kmjam. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep shared space pada Kompleks Metropolitan dapat dilakukan. Kawasan Kompleks Metropolitan memiliki kapasitas parkir mobil sebanyak 2000 kendaraan, data ini menunjukkan bahwa intensitas kendaraan di kawasan Kompleks Metropolitan kurang dari 1200 kendaraan tiap jam yang menjadi syarat ideal penerapan konsep ini. Dalam kawasan Kompleks Metropolitan terdapat lebih dari 100 perusahaan yang berkantor di kawasan ini dan lebih dari 2000 karyawan yang melakukan aktivitas di dalamnya. Hal tersebut berdampak pada tingginya intensitas pejalan kaki terutama pada waktu tertentu. Dengan demikian kendaraan di dalam kawasan ini akan berada pada kecepatan yang lambat. Hal tersebut mendukung pula penerapan konsep shared space pada kawasan Kompleks Metropolitan. Setelah konsep ditentukan maka dilakukan pembuatan sketsa rencana awal preliminary master plan dari hasil diskusi konsep yang dilakukan sebelumnya Gambar 32. Berdasarkan proses perancangan menurut Booth 1983, tahap selanjutnya setelah tahapan riset dan analisis ialah tahapan desain. Di dalamnya terdapat pembuatan gambar preliminary master plan, yaitu penggambaran rencana desain terhadap tapak dimana berbagai elemen lanskap telah dimasukkan di dalamnya. Penggambarannya bersifat grafik semi komplet, yaitu belum bersifat mendetail mengenai posisi, material, ukuran, dan dimensi elemen dalam tapak. Menurut Reid 1996, gambar konsep memiliki karakter yang bebas dan lepas dan bersifat abstrak, dengan tidak menunjukkan bentuk, tekstur, dan wujud secara pasti. Oleh karena itu perlu dilakukan proses rasionalisasi terhadap gambar konsep, yaitu gambar preliminary master plan yang telah dihasilkan. Dari gambar sketsa preliminary master plan tersebut selanjutnya dirasionalisasikan ke dalam bentuk gambar CAD Computer Aided Drafting. Hal ini dilakukan agar gambar konsep yang ada dapat digambarkan secara lebih akurat terkait ukuran, dimensi, wujud, bentuk, tekstur, dan materialnya. Proses perasionalisasian gambar sketsa preliminary master plan ke dalam bentuk gambar yang lebih detail akan menghasilkan site planrencana tapak Gambar 33. Perbedaan antara preliminary master plan dengan site plan terletak pada penyajian grafiknya Booth, 1983. Pada master plan penggambaran desain lebih detail dengan proporsi yang sesuai. Dalam pembuatan konsep, PT Sheils Flynn Asia membagi kawasan Kompleks Metropolitan ke dalam 4 zona, yaitu penerimaan entrance, rute 1 link timur dan lapangan parkir utara, rute 2 link selatan dan lapangan parkir selatan, dan zona rekreasi.

5.4.3.1 Zona penerimaan

Pada zona penerimaan, jalur pejalan kaki di antara bangunan Wisma Metropolitan 1 dan 2 diperlebar dan menjadikannya sebagai area shared space. Jalur pejalan kaki yang sebelumnya berupa trotoar yang dipisahkan dari badan jalan dengan menggunakan kerb dihilangkan. Jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan disatukan dalam satu area dan berada pada level ketinggian yang sama Gambar 34 dan 35. Gambar 32 Preliminary Master Plan Kawasan Kompleks Metropolitan Jakarta Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Gambar 33 Site Plan Kawasan Kompleks Metropolitan Jakarta Tahap Desain Konsep Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Gambar 34 Site Plan Zona Area Penerimaan Tahap Desain Konsep Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Teras kafe dan restoran yang berada di bagian selatan masing-masing bangunan tersebut berada pada area shared space dengan diberikan penambahan kanopi untuk meningkatkan kualitas fungsi kafetaria tersebut sebagai area sosial. Jajaran pohon palem di sepanjang area kafe dan restoran merupakan elemen pembatas yang bersifat tidak masif antara area tersebut dengan area yang dilalui kendaraan, pohon palem ini menjadi pengganti fungsi dan peran dari kerb. Water Feature dan jajaran pohon palem raja Roystonea regia di sepanjang sisi water feature merupakan elemen eksisting yang dipertahankan. Jajaran pohon palem tersebut berfungsi sebagai struktur pengarah sirkulasi di dalam area shared space. Menurut Lestari dan Kencana 2008, pohon palem Roystonea regia memiliki fungsi dan peran sebagai tanaman pengarah jalan dan pencipta suasana taman bergaya formal. 67 Gambar 35 Detail Site Plan Zona Area Penerimaan Tahap Desain Konsep Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Kesan formal di area penerimaan entrance tercermin dari keseimbangan balanced komposisi dan proporsi desain antara area Wisma Metropolitan 1 dan Wisma Metropolitan 2 dengan sumbu axis yang berada di antara water feature. Kesan formal tersebut dipertahankan dalam desain yang dibuat oleh tim PT Sheils Flynn Asia. Kendaraan tidak dapat memasuki area plaza World Trade Center 1. Hal tersebut merupakan batasan yang diberikan klien dalam desain, dikarenakan masalah keamanan. Oleh karena itu PT Sheils Flynn Asia mendesain drop off di sebelah utara plaza bangunan World Trade Center 1 untuk memberikan akses masuk ke area bangunan tersebut bagi user yang menggunakan mobil. Ilustrasi desain pada zona penerimaan ini dapat dilihat pada Gambar 36 dan 37.

5.4.3.2 Zona rute 1

Pada zona rute 1 yang meliputi link timur dan lapangan parkir utara, terdapat jalur sirkulasi kendaraan yang tidak terlalu diperlukan. Jalur tersebut memiliki fungsi yang sama dengan jalur di sebelahnya sisi utaranya. Hal ini merupakan peluang untuk menciptakan ruang publik baru bagi user Gambar 38 dan 39. Area jalur kendaraan tersebut dialihfungsikan menjadi lawn area dan jalur pejalan kaki. Di sepanjang jalur pejalan kaki yang dimulai dari sisi timur kompleks hingga bagian depan World Trade Center 1 diberikan kanopi untuk mendukung aktifitas di bawahnya. Dengan penambahan lawn area dan jalur pejalan kaki ini memberikan ruang dan kesempatan yang lebih besar bagi user untuk melakukan aktifitas sosial, seperti berkumpul dan berelaksasi disela-sela pekerjaannya. Penambahan elemen kanopi yang dinamis dan sculptural pada jalur pejalan kaki selain bertujuan untuk memberikan rasa nyaman bagi user juga bertujuan untuk mengintegrasikan bangunan-bangunan tinggi di sekitarnya dengan permukaan perkerasan paving. Hal tersebut dimaksudkan untuk memecahkan dominasi bangunan tinggi, sehingga pejalan kaki tidak merasakan kesan kecil ketika berjalan dengan adanya kanopi tersebut. 69 Gambar 36 Ilustrasi Konsep 3 Dimensi Zona Penerimaan: Area Kafetaria Wisma Metropolitan 1 Sumber: PT Sheils Flynn Asia 70 Gambar 37 Ilustrasi Konsep 3 Dimensi Zona Penerimaan: Area Kafetaria Wisma Metropolitan 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia Vegetasi di sepanjang jalur pedestrian didesain dengan memberikan kesan struktur visual dalam ruang publik dan terintegrasi dengan bangunan WTC 2 yang sedang dibangun. Pada tahap desain konsep ini, pohon-pohon yang akan digunakan diarahkan pada pohon yang memiliki corakwarna feature tree untuk memberikan kesan visual pada user. Pohon palem didesain berjajar mengikuti jalur kanopi sebagai pengarah user selama berada di link timur tersebut. Sementara itu di area lapangan parkir ditempatkan pohon peneduh shade tree. Ilustrasi desain pada zona rute 1 dapat dilihat pada Gambar 40. Gambar 38 Site Plan Zona Rute 1 Tahap Desain Konsep Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG 72 Gambar 39 Detail Site Plan Zona Rute 1 Tahap Desain Konsep Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG 73 Gambar 40 Ilustrasi Konsep 3 Dimensi Zona Rute 1: Link Timur dan Lapangan Parkir Utara Sumber: PT Sheils Flynn Asia

5.4.3.3 Zona rute 2

Zona rute 2 berada di sisi barat-selatan kawasan Kompleks Metropolitan. Sama halnya dengan zona rute 1, pada zona ini juga terdapat jalur kendaraan yang tidak terlalu diperlukan. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperbesar area ruang publik Gambar 41 dan 42. Jalur pejalan kaki dibuat dari pintu masuk selatan menuju ke area drop off selatan bangunan WTC 1. Lawn area ditata di sepanjang jalur pejalan kaki tersebut, sama halnya dengan zona rute 1 pemilihan pohon di area ini diarahkan pada pemilihan pohon yang bercorak dan memiliki warna feature tree untuk memberikan kesan visual kepada user yang melalui jalur ini. Pada area lapangan parkir juga ditempatkan pohon-pohon peneduh shade tree. Ilustrasi desain pada zona rute 2 dapat dilihat pada Gambar 43. Gambar 41 Site Plan Zona Rute 2 Tahap Desain Konsep Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG 75 Gambar 42 Detail Site Plan Zona Rute 2 Tahap Desain Konsep Sumber: PT Sheils Flynn Asia 76 Gambar 43 Ilustrasi Konsep 3 Dimensi Zona Rute 2: Link Selatan dan Lapangan Parkir Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia

5.4.3.4 Zona rekreasi

Zona ini berada di sepanjang sisi luar WTC 2 di sepanjang sisi selatan – timur kawasan Kompleks Metropolitan. Pada zona ini dibuat jalur pejalan kaki yang dapat digunakan sebagai jalur jogging jogging track. Jalur ini melintasi hamparan rumput yang ditanami tanaman penutup tanah ground cover dan pohon-pohon yang bercorak dan berwarna feature tree Gambar 44. Zona rekreasi ini diarahkan menjadi jalur favorit yang digunakan user dalam melakukan aktifitas rekreasionalnya, seperti jogging, beristirahat, berelaksasi, dan lain-lain. Jalur ini juga menjadi jalur masuk pejalan kaki ke dalam kawasan Kompleks Metropolitan dari pintu masuk pejalan kaki sebelah utara, timur, dan selatan. Gambar 44 Site Plan Zona Rekreasi Tahap Desain Konsep Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Khusus untuk penataan lanskap area bangunan World Trade Center 2 proyek A126, tahapan desain konsep tidak dilakukan secara mendetail. Proses konsep dilakukan bersamaan dengan tahapan pengembangan desain design development. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia dalam proyek tersebut karena proses pembangunan yang dilakukan oleh kontraktor, yaitu PT Balfour Beatty Sakti Indonesia terus berlangsung, sehingga produk desain lanskap area bangunan WTC 2 pun harus segera diselesaikan untuk kemudian dibangun oleh kontraktor. Atas dasar pertimbangan keterbatasan waktu tersebut, maka tahapan proses desain dilakukan dengan penggabungan proses desain konsep ke dalam tahapan pengembangan desain design development untuk proyek penataan lanskap area bangunan World Trade Center 2 proyek A126.

5.4.4 Tahap pengembangan desain design development