area  bangunan  WTC  2  pun  harus  segera  diselesaikan  untuk  kemudian  dibangun oleh kontraktor.
Atas  dasar  pertimbangan  keterbatasan  waktu  tersebut,  maka  tahapan proses  desain  dilakukan  dengan  penggabungan  proses  desain  konsep  ke  dalam
tahapan  pengembangan  desain  design  development  untuk  proyek  penataan lanskap area bangunan World Trade Center 2 proyek A126.
5.4.4 Tahap pengembangan desain design development
Pada  tahap  ini  ide  dan  konsep  yang  telah  diperoleh  pada  tahap  desain konsep  lebih  diolah  dan  diperdalam.  Menurut  Booth  1983,  tahapan
pengembangan desain merupakan tahapan akhir dari proses desain, dimana arsitek lanskap  sudah  mulai  memperhatikan  desain  secara  detail,  yaitu  detail  dimensi,
material, tekstur, pola, dan lain-lain. Senada dengan yang diungkapkan Hakim dan Utomo 2002, tahap pengembangan desain merupakan tahap keputusan atau final
dari  pemecahan  masalah  desain  yang  menjadi  dasar  bagi  rancangan  detail selanjutnya.
Menurut  Reid  1996,  pada  tahap  pengembangan  desain,  ide-ide  yang spesifik mulai diformulasikan, sehingga kemungkinan pengurangan, penambahan,
perubahan  serta  perbaikan  ide-ide  yang  telah  muncul  pada  tahap  konsep  desain dapat  terjadi.  Meskipun  demikian  ide  dan  konsep  dasar  tetap  mengacu  pada
tahapan sebelumnya. Hal  yang  diungkapkan  oleh  Reid  tersebut  juga  terjadi  dalam  penanganan
proyek  penataan  lanskap  kawasan  Kompleks  Metropolitan  Jakarta  ini.  Dalam proses  desainnya  terjadi  beberapa  perubahan  desain  dari  tahapan  konsep  desain
sebelumnya. Perubahan tersebut terjadi dalam proses diskusi tim PT Sheils Flynn Asia  untuk  meningkatkan  kualitas  desain  yang  dihasilkan.  Selain  itu
inputmasukan  dari  klien  juga  menjadi  dasar  beberapa  perubahan  desain  yang terjadi.  Site  plan  keseluruhan  kawasan  Kompleks  Metropolitan  pada  tahapan
pengembangan desain dapat dilihat pada Gambar 45.
Gambar 45 Site Plan Kawasan Kompleks Metropolitan Jakarta Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Dalam tahapan ini tim PT Sheils Flynn Asia membagi kawasan Kompleks Metropolitan  menjadi  empat  bagian,  area  lapangan  parkir  utara  dan  selatan
dipisahkan  menjadi  satu  zona  tersendiri.  Hal  tersebut  dikarenakan  adanya perubahan  desain  yang  cukup  signifikan  pada  area  tersebut  antara  tahap  konsep
dan tahap pengembangan. Zona  rekreasi  ditiadakan  dalam  proyek  penataan  lanskap  kawasan
Kompleks Metropolitan Jakarta ini proyek A125. Zona rekreasi tersebut masuk ke  dalam  bagian  tapak  proyek  penataan  lanskap  area  bangunan  World  Trade
Center  2  proyek  A126  sejak  penandatangan  kontrak  proyek  A126  dilakukan. Proses  desain  proyek  A126  tersebut  dimulai  dari  tahap  pengembangan  desain
bersamaan dengan tahap pengembangan desain proyek A125. Zona  desain  penataan  lanskap  kawasan  Kompleks  Metropolitan  proyek
A125,  dibagi  menjadi  zona  penerimaan  entrance,  zona  rute  1  link  utara  dan area kafetaria Wisma Metropolitan 1, zona rute 2 link selatan dan area kafetaria
Wisma Metropolitan 2, dan zona lapangan parkir utara dan selatan. Area lanskap bangunan World Trade Center 2 menjadi zona tersendiri yang termasuk ke dalam
bagian dari proyek A126.
5.4.4.1 Zona penerimaan
Pada  zona  penerimaan  terjadi  beberapa  perubahan  desain  dari  tahapan desain  konsep  sebelumnya.  Lebar  area  jalan  khusus  kendaraan  di  bagian  depan
bangunan  Wisma  Metropolitan  1  dan  2  dikurangi  dari  6  meter  menjadi  5  meter. Hal  ini  dilakukan  untuk  membuat  ruang  baru  di  bagian  depan  bangunan  Wisma
Metropolitan  1  dan  2  yang  ditujukan  untuk  area  teras  kafe.  Site  plan  zona penerimaan dapat dilihat pada Gambar 46 dan 47.
Jalan  di  sepanjang  bagian  depan  bangunan  Wisma  Metropolitan  1  dan  2 dibuat  perbedaan  level  yang  mengacu  kepada  level  eksisting  tapak.  Pada  tahap
desain  konsep,  area  ini  direncanakan  untuk  dibuat  datar  dengan  melakukan  cut and  fill  pada  level  eksisting  tapak.  Akan  tetapi  setelah  melakukan  berbagai
diskusi,  area  ini  diputuskan  untuk  tetap  dibuat  perbedaan  level  yang  mengacu pada  level  eksisting.  Hal  itu  dikarenakan  akan  terjadinya  berbagai  masalah  dan
kesulitan dalam proses konstruksi nantinya.
Gambar 46 Site Plan Zona Penerimaan Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Separator jalan eksisting yang berada di depan plaza World Trade Center 1 dipertahankan,  sebelumnya  pada  tahap  desain  konsep  separator  tersebut
dihilangkan. Hal ini dilakukan untuk menertibkan jalur kendaraan, karena di area tersebut  dibuat  jalur  crossing  untuk  pedestrian.  Dengan  demikian  sirkulasi
kendaraan  di  area  tersebut  menjadi  lebih  terarah  untuk  memberikan  keamanan kepada pejalan kaki yang melakukan crossing Gambar 48.
Hardscape Pada  tahap  ini  material  dari  setiap  elemen  telah  ditentukan,  termasuk
hardscape  maupun  softscape.  Untuk  area  penerimaan  yang  didominasi  area shared  space  ini,  material  surfacing  atau  permukaan  yang  dipilih,  yaitu  material
perkerasan  berbahan  andesit  berwarna  abu  towo  grey  andesite.  Pemilihan material  ini  disamakan  dengan  material  eksisting,  hal  tersebut  dilakukan  untuk
menekan  biaya  yang  dikeluarkan  dalam  proses  konstruksi  perkerasan.
82
Gambar 47 Detail Site Plan Zona Penerimaan Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Gambar 48 Ilustrasi 3 Dimensi Crossover WM 2 – WTC 1
Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Sementara  itu  material  yang  digunakan  untuk  area  crossing,  yaitu  area
yang menghubungkan bangunan Wisma Metropolitan 1 dan 2 dan jalur pedestrian yang  menuju  plaza  World  Trade  Center  2  adalah  white  basalto  yang  berbahan
dasar granit Gambar 49. Menurut Ingels 2004, material granit maupun andesit merupakan  material  perkerasan  yang  cocok  untuk  aktifitas  kendaraan  maupun
pejalan  kaki.  Material  ini  memiliki  struktur  yang  kasar,  kuat,  tahan  lama,  dan berbutir  kasar  serta  cocok  digunakan  sebagai  lapisan  dinding,  perkerasan,  kerb,
dan  lain-lain  Harris  dan  Dines,  1998.  Contoh  hard  material  yang  digunakan terdapat pada Gambar 50.
Gambar 49 Ilustrasi 3 Dimensi Crossover WM 1 – WM 2
Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
a b
Gambar 50 Hard Material Zona Penerimaan a
Andesit Abu Towo b
White Basalto Akan tetapi material granit memiliki harga yang jauh lebih tinggi daripada
andesit,  dikarenakan  lebih  tingginya  tingkat  kekuatan  dan  tekstur  yang  dimiliki granit.  Oleh  karena  itu  tim  PT  Sheils  Flynn  Asia  memilih  menjadikan  material
granit,  yaitu  white  basalto untuk  penggunaan  pada  perkerasan jalur  crossing dan jalur pejalan kaki, sedangkan untuk area shared space termasuk di dalamnya area
parkir  VIP  digunakan  material  andesit.  Faktor  biaya  tersebut  harus  diperhatikan dalam  proses  pengembangan  desain,  seperti  yang  diungkapkan  oleh  Walker
1996,  pertimbangan  faktor  biaya  menjadi  suatu  batasan  dalam  penggunaan bahan material.
Perbedaan  penggunaan  material  tersebut  bertujuan  untuk  memberikan kesan  yang  berbeda  antara  area  shared  space  dan  jalur  crossing  pejalan  kaki.
Dengan demikian pengguna kendaraan dapat menyadari adanya jalur crossing dan membuatnya menjadi lebih berhati-hati ketika melewati area tersebut. Akan tetapi
terdapat  pemilihan  material  yang  mengurangi  nilai  kesatuan  unity  dari  desain yang diterapkan, yaitu material aspal yang digunakan pada jalur keluar kendaraan
di bagian depan bangunan Wisma Metropolitan 1 dan 2. Menurut  Hakim  dan  Utomo  2002,  nilai  kesatuan  suatu  desain  dapat
diciptakan  salah  satunya  dengan  memperkecil  perbedaan  sesama  unsur  dalam komposisi desain. Oleh karena itu perbedaan material aspal di area ini mengurangi
nilai kesatuan yang ingin dibentuk pada zona penerimaan. Menurut Ingels 2004,
repetisi  atau  pengulangan  merupakan  kunci  dari  nilai  kesatuan,  seperti pengulangan elemen, warna, maupun tekstur.
Jalur keluar kendaraan tersebut termasuk pula  ke dalam zona penerimaan dan  memiliki  peran  yang  sama  dengan  jalur  masuk  kendaraan,  sehingga
penerapan  yang  dilakukan  seharusnya  pun  sama,  yaitu  dengan  menggunakan material  andesit.  Dengan  kata  lain  melakukan  pengulangan  pemilihan  material
pada zona penerimaan tersebut. Softscape
Penataan  vegetasi  di  zona  penerimaan  sangat  memperhatikan  prinsip keseimbangan  yang  menjadikan  area  ini  berkesan  formal.  Vegetasi  di  zona
penerimaan  pada  tahapan  pengembangan  desain  mengalami  sedikit  perubahan dari tahap desain konsep. Lawn area yang berada di sisi area parkir VIP sebelah
barat jalur crossing WM 1 – WM 2 diulang dengan menggunakan prinsip repetisi
untuk  sisi  sebelah  timur  jalur  crossing  tersebut.  Dengan  demikian  Ravenala madagascariensis pisang kipas dapat berada di kedua sisi lawn area tersebut.
Khaya senegalensis ditempatkan di sudut bangunan Wisma Metropolitan 1 dan 2. Pohon ini termasuk pohon tinggi dengan tinggi mencapai 10 meter. Pohon
tersebut difungsikan menjadi pohon entrance primer, dengan struktur yang tinggi keberadaan  pohon  Khaya  seegalensis  ini  berfungsi  untuk  memecah  dominasi
bangunan  tinggi  di  dekatnya  Wisma  Metropolitan  1  dan  2.  Di  setiap  gerbang masuk  kawasan  Kompleks  Metropolitan  Jakarta  akan  disambut  oleh  keberadaan
pohon ini. Di  sepanjang  jalan  masuk  dari  gerbang  utama  menuju  area  plaza  World
Trade  Center  1  ditempatkan  jajaran  pohon  palem  Roystonea  regia  palem  raja yang  mengacu  pada  posisi  pohon  palem  raja  eksisting.  Palem  raja  ini  berfungsi
pula sebagai pohon entrance yang mengarahkan user. Sementara  itu  lawn  area  yang  berada  di  sepanjang  sisi  area  parkir  VIP
ditempatkan  Ravenala  madagascariensis  pisang  kipas.  Dengan  tajuknya  yang berbentuk kipas tajuk V, pohon ini juga berfungsi sebagai pohon entrance yang
menyambut  user  di  zona  penerimaan  ini.  Contoh  soft  material  yang  digunakan pada  zona  penerimaan  terdapat  pada  Gambar  51,  ilustrasi  desain  vegetasi  zona
penerimaan dapat dilihat pada Gambar 52.
a b
c Gambar 51 Soft Material Zona Penerimaan
a Khaya senegalensis
b Ravenala madagascariensis
c Roystonea regia
Gambar 52 Ilustrasi 3 Dimensi Vegetasi Zona Penerimaan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
5.4.4.2 Zona rute 1
Zona  rute  1  pada  tahap  pengembangan  desain  mencakup  area  link  utara dimulai  dari  pintu  masuk  timur  pejalan  kaki  hingga  area  kafetaria  Wisma
Metropolitan 1. Sementara itu link timur yang sebelumnya merupakan bagian dari rute 1, masuk dalam bagian dari proyek A126, yaitu area bangunan World Trade
Center 2. Site plan zona rute 1 dapat dilihat pada Gambar 53 dan 54. Pada  kondisi  eksisting,  pintu  masuk  pejalan  kaki  di  area  lapangan  parkir
utara  ini  berada  di  bagian  tengah  sisi  timur  tapak.  Pada  tahap  pengembangan desain, pintu masuk pejalan kaki tersebut digeser lebih ke utara. Hal ini dilakukan
untuk  mengurangi  tingkat  kepadatan  di  area  luar  tapak  Kompleks  Metropolitan. Seperti  yang  telah  dijelaskan  pada  tahap  riset  dan  analisis,  pintu  ini  merupakan
salah  satu  pintu  yang  penting  karena  menjadi  akses  keluar  masuknya  karyawan ketika istirahat untuk mencari makanan di luar tapak.
Gambar 53 Site Plan Zona Rute 1 Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Seperti  yang  tertuang  pada  analisis  Gambar  25  sebelumnya,  pintu  masuk pejalan  kaki  berada  di  bagian  tengah  pusat  jajanan  di  luar  tapak.  Hal  tersebut
menyebabkan  terjadinya  kepadatan  pejalan  kaki  yang  berasal  dan  menuju  arah utara  dan  selatan  pusat  jajanan.  Selain  itu  pintu  masuk  eksisting  juga  berada  di
seberang persimpangan jalan. Kondisi tersebut semakin meningkatkan kepadatan di area ini, baik untuk pejalan kaki maupun kendaraan.
Pemindahan pintu masuk pejalan kaki juga bertujuan untuk membuat link baru  yang  menghubungkan  pintu  masuk  dengan  area  Wisma  Metropolitan  1  dan
drop  off  utara  World  Trade  Center  1,  yaitu  link  utara  Gambar  55.  Dengan demikian pemindahan pintu masuk yang dilakukan tim PT Sheils Flynn Asia telah
memperhatikan  kondisi  dan  keadaan  di  lapang  untuk  meningkatkan  kualitas desainnya.
88
Gambar 54 Detail Site Plan Zona Rute 1 Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Gambar 55 Ilustrasi 3 Dimensi Link Utara Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Menurut  Simonds  2006,  karakteristik  pergerakan  pejalan  kaki  salah satunya  ialah  cenderung  lebih  memilih  jarak  terpendek  dari  suatu  titik  ke  titik
lainnya.  Hal  yang  diungkapkan  oleh  Simonds  tersebut  sesuai  dengan  penerapan pembuatan  link  utara  dengan  memindahkan  pintu  masuk  pejalan  kaki  lebih  ke
utara.  Dengan  demikian  terbentuk  jalur  yang  menghubungkan  area  luar  dengan area Wisma Metropolitan 1 dan drop off utara World Trade Center 1 dengan jarak
yang lebih pendek. Hardscape
Material  perkerasan  pada  link  utara  ini,  yaitu  floor  hardener  yang digunakan  sebagai  jalur  pejalan  kaki.  Sementara  untuk  ramp  dan  crossover
digunakan  material  yang  sama  dengan  zona  penerimaan,  yaitu  andesit  abu  towo dan  white  basalto.  Material  tersebut  digunakan  untuk  seluruh  elemen  ramp  dan
crossover. Hal tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kesatuan unity desain. Floor  hardener  merupakan  suatu  bahan  yang  digunakan  untuk  melapisi,
meratakan, dan menghaluskan permukaan beton untuk paving Harris dan Dines, 1998.  Penggunaan  material  floor  hardener  pada  area  link,  baik  utara  maupun
selatan  bertujuan  untuk  membedakan  area  ini dengan  area  utama  area  kafetaria, drop off, plaza, dan shared space bagi pejalan kaki. Sehingga kesan ekslusifitas
akan  dirasakan  saat  berada  di  area  utama  tersebut  dengan  penggunaan  material
andesit dan granit white basalto. Contoh material floor hardener pada zona rute 1 terdapat pada Gambar 56.
Gambar 56 Aplikasi Floor Hardener Jalur pejalan kaki di sepanjang link utara ini berada pada ketinggian 15 cm
di atas permukaan jalan aspal dengan dibatasi oleh kerb di sisi luarnya. Menurut Harris dan Dinnes 1998, ketinggian ideal jalur pejalan kaki antara 125 s.d.  175
mm di atas permukaan jalan. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki, karena kendaraan yang berjalan akan dibatasi oleh
ketinggian kerb tersebut. Pada zona rute 1 terdapat pula area gerbang masuk lapangan parkir utara,
yaitu yang berada di sebelah timur teras kafe Wisma Metropolitan 1 dan sebelah utara  drop  off  plaza  World  Trade  Center  1.  Pada  area  gerbang  masuk  lapangan
parkir  utara  ini  dibuat  path  island,  yang  menghubungkan  link  utara  dengan  area drop off utara plaza World Trade Center 1 Gambar 57.
Menurut  Christansen  2005,  island  dalam  pengertian  lanskap  dan transportasi ialah suatu area yang dikelilingi perkerasan dan biasanya dibatasi oleh
kerb,  yang  berfungsi  untuk  memandu  pengguna  jalan,  pembatas,  dan  sebagai estetika  lingkungan.  Dalam  hal  ini  path  island  yang  dibuat  bermanfaat  untuk
mengarahkan pejalan kaki yang akan menyeberang dari link utara menuju drop off utara  World  Trade  Center  1.  Selain  itu  juga  berfungsi  untuk  mengatur  dan
mengendalikan  kendaraan  yang  melintas  di  area  tersebut,  sehingga  memberikan rasa aman bagi pejalan kaki yang menyebrang.
Gambar 57 Ilustrasi 3 Dimensi Path Island Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Jalur  penyebrangan  crossover  pejalan  kaki  tersebut  berada  pada ketinggian 15 cm di  atas  permukaan jalan aspal. Dengan  ramp di  sisi  kanan  dan
kirinya  yang  menghubungkannya  dengan  jalan  aspal  tersebut.  Ramp  tersebut berfungsi  untuk  menandakan  adanya  jalur  penyebrangan  crossover  kepada
pengendara  kendaraan.  Dalam  konsep  shared  space,  ramp  merupakan  suatu elemen  yang  penting.  Dengan  adanya  ramp  tersebut  kecepatan  kendaraan  akan
menurun ketika akan melintasi jalur crossover tersebut. Dengan demikian konsep ini juga telah memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
Di ujung barat zona rute 1 terdapat area teras kafe Wisma Metropolitan 1. Teras  kafe  tersebut  merupakan  area  eksisting  yang  diperbaiki  dan  ditingkatkan
kualitasnya  sebagai  ruang  sosial  di  kawasan  perkantoran.  Area  ini  merupakan ruang  yang  digunakan  user  sebagai  tempat  berkumpul  dan  berinteraksi  sambil
istirahat makan dan minum di teras luar ruangan. Akan tetapi, seperti yang telah dijelaskan  pada  tahap  riset  dan  analisis  sebelumnya,  area  ini  memiliki  kualitas
ruang  sosial  yang  rendah.  Sehingga  memberikan  rasa  kurang  nyaman  bagi  user yang memanfaatkan area ini.
Tidak  jauh  berbeda  dengan  tahap  desain  konsep  sebelumnya,  elemen kanopi ditempatkan di area ini untuk mendukung aktifitas di bawahnya. Sehingga
user  akan  merasa  lebih  nyaman  ketika  makan,  istirahat,  maupun  berkumpul  di area  ini.  Jajaran  pohon  palem  ditempatkan  di  sisi  jalan  teras  kafe,  hal  tersebut
selain  untuk  membatasi  area  kafe  dengan  jalan,  juga  berfungsi  untuk meningkatkan nilai visual dan estetika Gambar 58.
Gambar 58 Ilustrasi 3 Dimensi Teras Kafe Wisma Metropolitan 1 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Seperti  yang  telah  dijelaskan  pada  tahap  desain  konsep,  dalam  konsep shared space, peran dari kerb sebagai pemisah antara jalur kendaraan dan pejalan
kaki  digantikan  oleh  berbagai  elemen  lanskap  sebagai  batas  imajiner,  seperti pohon, bolard, bangku, planter, dinding rendah low walls, dan lain-lain Heinz,
2009.  Dengan  tidak  masifnya  pemisah  jalur  tersebut,  seperti  kerb,  maka pengendara  kendaraan  akan  lebih  berhati-hati  dalam  berkendara  saat  berada  di
area dengan intensitas pejalan kaki yang cukup tinggi. Pohon  palem  dan  planter  yang  ditempatkan  di  area  teras  kafe  tersebut
merupakan  batas  imajiner  yang  bersifat  tidak  masif  antara  jalur  kendaraan  dan pejalan  kaki  sebagai  pengganti  peran  kerb.  Akan  tetapi  desain  dari  planter
tersebut  dengan  tinggi  110  cm  dan  luas  permukaan  140  cm  x  140  cm  justru membuat pemisahan jalur tersebut menjadi masif. Hal tersebut dapat melemahkan
konsep shared space yang digunakan. Dimensi  dan  ukuran  planter  tersebut  dapat  mengganggu  pandangan  dari
user yang sedang duduk di area teras kafe. Titik pandang seseorang ketika sedang duduk berada pada ketinggian 120 cm di atas permukaan lantai Harris dan Dines,
1998  Gambar  59.  Akan  tetapi  berdasarkan  ilustrasi  Booth  1983,  pandangan
user yang sedang duduk terbuka paling tidak hingga ketinggian sekitar 60 cm atau hampir setara dengan tempat duduk tersebut Gambar 60.
Gambar 59 Titik Pandang Seseorang Ketika Duduk Sumber: Harris dan Dines, 1998
Gambar 60 Area Pandang Seseorang Ketika Duduk Sumber: Booth, 1983
Dengan ukuran tinggi 110 cm seperti pada ilustrasi 3 dimensi Gambar 58 di atas, pandangan mata ke arah jalan memang tidak terhalang, akan tetapi tinggi
tersebut  akan  mengganggu  pandangan  arah  bawah  user.  Selain  itu  juga  kondisi tersebut akan membuat user merasa kurang nyaman karena akan merasa terhimpit
oleh dinding kafe di satu sisi dan planter di sisi lainnya. Dengan  pengurangan  tinggi  planter  menjadi  sekitar  60  cm  akan  lebih
membuka  pandangan  user  yang  duduk  di  area  teras  kafe  tersebut.  Sehingga membuat  user  merasa  lebih  nyaman  dalam  beraktifitas  dan  memanfaatkan  ruang
teras  kafe  tersebut,  baik  berinteraksi,  berkumpul,  maupun  istirahat  makan  siang, dan lain-lain.
Softscape Penataan  vegetasi  pada  zona  rute  1  ini  didominasi  desain  vegetasi
pengarah.  Pada  link  utara,  ditempatkan  Gardenia  carinata  yang  berada  di  area lapangan  parkir  utara.  Gardenia  carinata  memiliki  bentuk  tajuk  bulat,  menurut
Ingels 2004, tipe tajuk tersebut dapat digunakan sebagai tanaman tepi jalan atau pengarah.  Selain  itu  juga  dapat  difungsikan  sebagai  pohon  area  parkir  untuk
lapangan parkir di sebelah utara pohon. Gardenia carinata ini dipilih karena difungsikan sebagai pohon pengarah
pejalan  kaki.  Dengan  demikian  tidak  hanya  aspek  pengarah  tetapi  juga  aspek estetika, yaitu pertimbangan warna  dan corak juga  harus  diperhatikan. Pohon ini
memiliki  bunga  berwarna  kuning,  sehingga  dapat  juga  berfungsi  sebagai  feature tree yang akan memberikan kesan visual kepada pejalan kaki.
Di area path island yang merupakan gerbang masuk lapangan parkir utara, ditempatkan pohon Alstonia scholaris yang menjadi pohon entrance menuju area
lapangan  parkir.  Selain  itu  ditempatkan  pula  pohon  kamboja  kuning  Plumeria rubra di area path island dan kamboja merah di area drop off utara World Trade
Center 1. Berdasarkan  pengelompokan  bentuk  tajuk  menurut  Booth  1983,  pohon
Alstonia  scholaris  dapat  dikategorikan  ke  dalam  bentuk  tajuk  kolumar  dan Plumeria  rubra  termasuk  ke  dalam  bentuk  tajuk  unik  picturesque.  Lebih  jauh
Booth  menerangkan  bahwa  pohon  bertajuk  kolumnar  akan  memiliki  efek  yang baik jika ditempatkan dalam jarak yang tidak terlalu rapat dan jumlah yang sangat
sedikit pada lokasi tertentu. Dalam keseluruhan desain vegetasi Kompleks Metropolitan Jakarta, pohon
Alstonia  scholaris  digunakan  sebagai  pohon  entrance  sekunder,  dimana  Khaya senegalensis  yang  menjadi  pohon  entrance  primer.  Sebagai  pohon  entrance
sekunder,  Alstonia  scholaris  ditempatkan  di  titik  masuk  area  tertentu,  seperti gerbang masuk ke area lapangan parkir utara pada zona rute 1 ini dengan jumlah
yang terbatas untuk mendapatkan efek yang baik dari pohon ini. Di bawah pohon Alstonia scholaris ditempatkan pohon palem Carpentaria
acuminata.  Palem  ini  berperan  pula  sebagai  pohon  entrance  sekunder  yang menyambut user di area gerbang masuk lapangan parkir Gambar 61. Akan tetapi
kehadiran palem ini justru akan saling mengganggu pertumbuhan kedua tanaman, baik  Alstonia  scholaris  maupun  Carpentaria  acuminata  sendiri.  Pertumbuhan
cabang dan ranting Alstonia scholaris akan terhambat oleh tinggi palem tersebut, sebaliknya  pertumbuhan  palem  Carpentaria  acuminata  akan  terhambat  karena
terhalangnya  sinar  matahari  oleh  batang  dan  tajuk  Alstonia  scholaris  yang memiliki tinggi lebih dari 10 meter.
Gambar 61 Ilustrasi 3 Dimensi Gerbang Masuk Area Lapangan Parkir Utara Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Pemilihan  palem  sebagai  tanaman  yang  mendampingi  Alstonia  scholaris sebagai  pohon  entrance  sekunder  yang  menyambut  user  di  gerbang  masuk
lapangan parkir sudah tepat. Akan tetapi palem yang digunakan sebaiknya adalah palem dengan ketinggian yang lebih rendah sekitar 6 meter, seperti palem  merah
Cyrtostachis  renda.  Selain  ketinggian  yang  rendah,  Cyrtostachis  renda  juga dapat memberi aksen dan nilai visual dengan corak warna merah dan hijau muda
yang dimiliknya Gambar 62.
Gambar 62 Cyrtostachis renda Palem Merah
Bentuk  tajuk  unik  picturesque  pada  Plumeria  rubra  dapat  digunakan sebagai  pohon  aksen  yang  ditempatkan  pada  lokasi  yang  menarik.  Sama  halnya
dengan Alstonia scholaris, Plumeria rubra pun akan memberikan efek yang baik jika ditanam dalam jumlah yang sedikit, sehingga dapat menjadi aksen pada area
tersebut. Pada  area  path  island,  Plumeria  rubra  kuning  menjadi  pengarah  dan
pemberi  nilai  visual  dan  estetika  kepada  user,  terutama  pejalan  kaki  yang melintasi  area  path  island.  Sementara  itu  Plumeria  rubra  merah  yang  berada  di
tiap ujung area drop off utara World Trade Center 1 diarahkan sebagai frame yang membingkai  area  drop  off  tersebut  dari  arah  utara.  Contoh  soft  material  yang
digunakan pada zona rute 1 terdapat pada Gambar 63.
a b
c
d Gambar 63 Soft Material Zona Rute 1
a Alstonia scholaris
b Carpentaria acuminata
c Gardenia carinata
d Plumeria rubra
5.4.4.3 Zona rute 2
Pada tahap pengembangan desain, zona rute 2 mencakup area link selatan, reserved  parking  selatan,  drop  off  selatan  World  Trade  Center  1,  dan  area
kafetaria Wisma Metropolitan 2. Area link selatan tersebut menghubungkan pintu masuk selatan dengan area drop off selatan World Trade Center 1 dan teras kafe
Wisma Metropolitan 2 Gambar 64 dan 65.
Gambar 64 Site Plan Zona Rute 2 Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Link  selatan  tersebut  mengakomodir  akses  user  untuk  masuk  dan  keluar kawasan  Kompleks  Metropolitan  dari  Jalan  Bek  Murad.  Berbeda  halnya  dengan
link utara, selain diperuntukkan bagi pejalan kaki, link selatan juga dapat diakses oleh pengguna kendaraan. Hal tersebut untuk mengakomodir user yang membawa
kendaraan melalui Jalan Prof. Dr. Satrio di sebelah barat Kompleks Metropolitan. Pada tahapan desain konsep sebelumnya, jalur masuk pejalan kaki berada
di  sebelah  timur  jalur  masuk  kendaraan.  Jalur  pejalan  kaki  tersebut menghubungkan sisi  selatan tapak dengan  area  teras  kafe  Wisma Metropolitan 2
dan  drop  off  selatan  World  Trade  Center  1.  Pada  tahap  pengembangan  desain, jalur masuk tersebut dipindahkan ke sebelah barat jalur masuk kendaraan tersebut
Gambar 66.
98
Gambar 65 Detail Site Plan Zona Rute 2 Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Gambar 66 Ilustrasi 3 Dimensi Pintu Masuk Selatan Pejalan Kaki Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Pada kondisi eksisting, terdapat  area lapangan tenis di sebelah barat  jalur masuk kendaraan. Pemindahan jalur masuk pejalan kaki tersebut berdampak pada
pengurangan  area  lapangan  tenis  dari  dua  lapangan  menjadi  satu  lapangan  tenis. Selain  itu  dilakukan  pula  pelebaran  jalur  masuk  kendaraan.  Sebelumnya  hanya
terdapat 2 jalur, pada tahap pengembangan desain dibuat menjadi 3 jalur dengan jalur  paling  timur  menjadi  akses  keluar  kendaraan  dari  kawasan  Kompleks
Metropolitan Gambar 67.
Gambar 67 Ilustrasi 3 Dimensi Pintu Masuk Selatan Kendaraan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Pengurangan  area  lapangan  tenis  yang  dilakukan  didasarkan  pada rendahnya  intensitas  penggunaan  lapangan  tenis  tersebut.  Maka  PT  Sheils  Flynn
Asia  mengajukan  pembuatan  jalur  masuk  baru  dengan  mengurangi  satu  area lapangan  tenis.  Pembuatan  jalur  masuk  tersebut  dianggap  lebih  memiliki  nilai
fungsional  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  mempertahankan  satu  area lapangan tenis di selatan tapak tersebut.
Sesuai  dengan  yang  diungkapkan  Hakim  dan  Utomo  2002,  salah  satu yang  menjadi  faktor  kenyamanan  dalam  pergerakan  horizontal  pada  manusia
adalah  perubahan  arah  yang  lebih  mudah.  Dalam  tahap  sebelumnya,  link  selatan ini  menggunakan  pola  sirkulasi  dengan  adanya  patahan  arah  sebesar  50°  setelah
crossover  lihat  kembali  Gambar  41  dan  42.  Perubahan  arah  tersebut  dapat mengakibatkan  penumpukan  user  terutama  saat  waktu  sibuk,  seperti  di  waktu
istirahat. Hal  yang  sama  diungkapkan  oleh  Simonds  2006,  untuk  menciptakan
pergerakan yang yang relatif cepat, pola sirkulasi lebih baik menggunakan bentuk yang  efisien  dan  langsung  mengarahkan  user  ke  tujuan.  Pembuatan  link  selatan
pada  tahap  ini  dimaksudkan  untuk  membuat  jalur  yang  lebih  efisien  dan menghindari  terjadinya  penumpukan  user  dengan  meminimalisir  perubahan  arah
yang drastis. Pada zona rute 2 ini terdapat pula area lapangan parkir pesanan reserved
parking  yang  terletak  di  arah  timur  dan  utara  jalur  masuk  kendaraan.  Pada kondisi  eksisting,  area ini  memang  merupakan  area  lapangan parkir. Akan tetapi
penataannya  tidak  baik  dan  memiliki  sirkulasi  yang  membingungkan,  sehingga kurang memberikan aksesibilitas yang baik bagi user lihat kembali Gambar 13.
Sejak  tahap  desain  konsep,  pola  sirkulasi  pada  area  lapangan  parkir  ini mulai diperbaiki. Hal yang paling diperhatikan adalah pola parkir yang berada di
sebelah  timur  jalur  masuk  kendaraan.  Pada  kondisi  eksisting,  pola  sirkulasi memanjang dari barat
– timur, tanpa adanya pintu masuk yang jelas ke dalam area tersebut.  Sementara  itu  pada  tahap  desain,  pola  tersebut  dirubah  dengan  bentuk
memanjang  dari  utara –  selatan,  dengan  satu  pintu  masuk  lapangan  parkir  yang
berada di utara Gambar 68. Menurut  Harris dan Dines  1998, pola sirkulasi dengan  pola memanjang
tersebut termasuk ke dalam bentuk linier. Dengan pola sirkulasi berbentuk linier, maka alur sirkulasi akan lebih jelas dan terarah. Sebetulnya kondisi eksisting saat
ini sudah menggunakan bentuk linier, akan tetapi  tidak jelasnya  jalur masuk  dan keluar  area  lapangan  parkir  membuat  pola  sirkulasi  menjadi  tidak  terarah.  Hal
tersebut  akan  menyulitkan  pengendara  kendaraan  dalam  mencari  ruang  parkir yang kosong.
Gambar 68 Ilustrasi 3 Dimensi Reserved Parking Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Penempatan pintu masuk pada utara bagian lapangan parkir membuat alur sirkulasi  menjadi  terkonsentrasi  di  area  tersebut.  Dengan  demikian  pengendara
yang akan parkir di area ini akan masuk dan keluar lapangan parkir melalui pintu yang  sama.  Di  dalam  area  parkir  pun,  pengendara  tidak  akan  kesulitan  dalam
mencari ruang parkir karena sirkulasi akan membentuk putaran yang mengelilingi area lapangan parkir tersebut.
Hardscape Sama halnya dengan link utara, penggunaan material perkerasan pada link
selatan  pun  menggunakan  material  floor  hardener.  Demikian  pula  dengan  area drop off dan teras kafe Wisma Metropolitan 2 digunakan material andesit sebagai
material  perkerasan.  Hal  yang  membedakan  antara  kedua  link  ini  adalah penggunaan elemen kanopi pada link selatan.
Pada tahapan ini PT Jakarta Land memutuskan untuk menyerahkan desain dan  struktur  kanopi  di  seluruh  area  kawasan  Kompleks  Metropolitan  kepada
Aedas Pte Ltd sebagai konsultan arsitektur. Hal itu dilakukan untuk menciptakan kesatuan  unity  dan  keharmonisan  dalam  desain  struktur  yang  ada  di  area
Kompleks  Metropolitan.  Akan  tetapi  penempatan  dan  pola  sirkulasi  berkanopi covered walkway tetap menjadi bagian dari tugas PT Sheils Flynn Asia.
Aedas  Pte  Ltd  sebagai  konsultan  arsitektur  yang  merancang  bangunan World  Trade  Center  2  juga  membuat  berbagai  elemen  struktur  yang  menunjang
bangunan  World  Trade  Center  2  tersebut,  seperti  struktur  area  masuk  kawasan World Trade Center 2 Gambar 69. Oleh karena itu untuk mempertahankan dan
menyelaraskan  konsep  yang  telah  dibuat,  maka  kanopi  di  area  Kompleks Metropolitan diserahkan pula kepada Aedas Pte Ltd.
Gambar 69 Ilustrasi 3 Dimensi Struktur Area Masuk World Trade Center 2 Sumber: Aedas Pte Ltd
Jalur pejalan kaki pada link selatan ini dilengkapi dengan kanopi  dimulai dari  pintu  masuk  pejalan  kaki  hingga  area  drop  off  World  Trade  Center  1.
Penggunaan elemen kanopi pada link selatan ini dimaksudkan untuk memecahkan dominasi  bangunan  tinggi  yang  berada  pada  zona  rute  2,  yaitu  bangunan  World
Trade  Center  1  dan  Bangunan  Pusat  Energi  Energy  House.  Hal  tersebut  yang mendasari tidak digunakannya elemen kanopi pada link utara.
Menurut Booth 1983, bangunan tinggi yang berada di sekeliling manusia dengan  rasio  perbandingan  jarak  dan  tinggi  kurang  dari  1  akan  menyebabkan
kesan  tertutup  dan  tidak  nyaman  Gambar  70.  Oleh  karena  itu  perlu  adanya elemen  yang  mengurangi  dominasi  bangunan  tinggi  tersebut  untuk  mengurangi
kesan tertutup. Selain itu, elemen kanopi juga dapat memberikan nilai visual dan
estetika selain juga dapat  menciptakan iklim  mikro  yang nyaman bagi  user yang berjalan di bawahnya Gambar 71.
Area teras kafe Wisma Metropolitan 2 pada umumnya sama dengan teras kafe  Wisma  Metropolitan  1  pada  zona  rute  1  yang  telah  dibahas  sebelumnya
Gambar  72.  Perbedaan  terletak  pada  pengaplikasian  dalam  menghubungkan perbedaan  level  ketinggian  permukaan  ground  level.  Zona  rute  2  dan  juga
lapangan  parkir  selatan  memiliki  level  ketinggian  permukaan  yang  lebih  rendah dari  zona  entrance  dengan  selisih  sekitar  1  meter.  Dengan  demikian  diperlukan
penerapan yang berbeda dalam hal desain pada area ini.
Gambar 70 Rasio Jarak dan Tinggi Bangunan Kurang dari 1 Memberi Kesan Tertutup dan Tidak Nyaman Sumber: Booth, 1983
Gambar 71 Ilustrasi 3 Dimensi Covered Walkway Mengurangi Kesan Tertutup dan Tidak Nyaman dari Bangunan Tinggi di Sekelilingnya
Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Menurut  Booth  1983,  terdapat  dua  cara  dalam  menghubungkan  dua
permukaan perkerasan yang memiliki perbedaan level ketinggian, yaitu ramp dan tangga.  Dalam  hal  ini  perbedaan  level  ketinggian  tersebut  digunakan  pula  oleh
kendaraan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut dibuat ramp dengan rasio 1:12 yang  menghubungkan  link  selatan  dan  lapangan  parkir  selatan  dengan  area
entrance Gambar 73.
Gambar 72 Ilustrasi 3 Dimensi Area Teras Kafe Wisma Metropolitan 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 73 Ilustrasi 3 Dimensi Ramp dan Tangga Area Teras Kafe Wisma Metropolitan 2
Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Sementara  itu  di  dalam  area  teras  kafe  dibuat  tangga  untuk
menghubungkan  perbedaan  level  ketinggian  tersebut.  Tangga  tersebut menghubungkan  ramp  dan  area  entrance  dengan  area  teras  kafe  yang  memiliki
level  ketinggian  lebih  rendah.  Seperti  yang  telah  dijelaskan  sebelumnya, penggunaan  tangga  dalam  mengatasi  perbedaan  level  ketinggian  lebih  efisien
karena  memiliki  jarak  horizontal  yang  lebih  pendek.  Dengan  demikian  untuk menghubungkan perbedaan level permukaan yang digunakan hanya untuk pejalan
kaki, penggunaan tangga akan lebih ideal. Menurut  Harris  dan  Dines  1998,  ramp  berada  pada  posisi  ideal  bila
memiliki  rasio  kemiringan  1:12  atau  8,33  .  Pada  kemiringan  tersebut,  pejalan kaki  tidak  akan  merasa  kelelahan  dan  kendaraan  pun  tidak  mengalami  kesulitan
dalam menanjaki ramp tersebut. Lebih jauh lagi Booth menjelaskan bahwa ramp membutuhkan  jarak  horizontal  yang  lebih  panjang  untuk  mengakomodir
perubahan level ketinggian tersebut Gambar 74.
Gambar 74 Perbandingan Jarak Horizontal Tangga dan Ramp Sumber: Booth, 1983
Softscape Sementara  itu  dalam  penataan  vegetasi  pada  zona  rute  2  mengalami
perubahan  yang  cukup  signifikan  dari  tahap  desain  konsep  sebelumnya.  Hal tersebut  dikarenakan  terjadinya  perubahan  layout  link  selatan,  sehingga  vegetasi
pada  zona  ini  yang  merupakan  vegetasi  pengarah  link  tersebut  ikut  mengalami perubahan.
Pada area entrance, seperti halnya entrance pada zona lainnya, pada zona rute  2  pun  ditempatkan  pohon  Khaya  senegalensis  sebagai  pohon  entrance
primer.  Dengan  penempatan  pohon  Khaya  senegalensis  pada  semua  area entrance,  maka  tercipta  kesatuan  dan  keharmonisan  desain  dari  pengulangan
elemen pohon tersebut lihat kembali Gambar 67.
Demikian pula halnya dengan pintu masuk area lapangan parkir, pada area ini ditempatkan pohon Alstonia scholaris yang menjadi pohon entrance sekunder
Gambar 75. Akan tetapi terdapat hal yang dapat mengurangi nilai kesatuan yang akan  dicapai  pada  desain  ini,  yaitu  tidak  terdapatnya  pohon  palem  yang
mendampingi  Alstonia  scholaris  sebagai  pohon  entrance  sekunder.  Pada  pintu masuk area lapangan parkir utara dan selatan, terdapat kedua pohon tersebut yang
digunakan sebagai pohon entrance sekunder dari arah Wisma Metropolitan 1 dan 2. Akan tetapi penerapan desain tersebut tidak dilakukan pada area ini.
Gambar 75 Ilustrasi 3 Dimensi Gerbang Masuk Area Reserved Parking Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Salah satu hal yang mendasari tidak diterapkannya desain vegetasi tersebut pada area reserved parking selatan ini adalah keterbatasan area tanam. Pada area
ini  island  yang  tersedia  sebagai  area  entrance  tidak  sebesar  pada  zona  lainnya, sehingga vegetasi yang dipilih hanya pohon Alstonia scholaris saja.
Seperti  yang  telah  dibahas  sebelumnya,  pemilihan  palem  yang mendampingi  Alstonia  scholaris  sebaiknya  adalah  palem  dengan  ukuran  yang
lebih  kecil,  seperti  Cyrtostachis  renda  palem  merah.  Dengan  demikian,  maka dapat  diterapkan  pada  island  dengan  area  tanam  yang  lebih  sempit.  Hal  tersebut
dikarenakan  jarak  penanaman  antara  Alstonia  scholaris  dengan  Cyrtostachis renda dapat lebih dekat dibandingkan dengan Carpentaria acuminata.
Sementara  itu  pada  area  parkir  diusulkan  pohon  Brahea  edulis  yang berfungsi sebagai pengarah parkir. Pemilihan pohon area parkir pada zona  rute 2
ini  dibedakan  dengan  lapangan  parkir  utara  dan  selatan  yang  berupa  pohon bertajuk  bulat.  Hal  tersebut  dikarenakan  area  parkir  ini  merupakan  area  parkir
pesanan  reserved  parking,  sehingga  memiliki  tingkat  eksklusifitas  yang  lebih tinggi.  Oleh  karena  itu  vegatasi  pada  area  ini  juga  dipilih  pada  vegetasi  yang
memiliki daya tarik lebih tinggi secara gengsi, visual, dan estetika. Vegetasi di sepanjang link selatan diusulkan pada tanaman yang berfungsi
sebagai  pengarah,  yaitu  palem  Areca  catechu.  Menurut  Lestari  dan  Kencana 2008, palem Areca catechu merupakan tanaman yang berfungsi sebagai vegetasi
pengarah  karena  bentuk  batangnya  yang  lurus  dan  tidak  bercabang.  Palem  ini berada di sepanjang sisi kiri dan kanan link selatan yang berkanopi.
Berbeda halnya dengan vegetasi pengarah di link utara yang berupa pohon bertajuk  bulat,  pada  link  selatan  vegetasi  pengarah  berupa  palem.  Hal  tersebut
dikarenakan  tidak  adanya  struktur  kanopi  pada  link  utara,  sehingga  digunakan pohon  pengarah  yang  sekaligus  dapat  menjadi  penaung.  Sedangkan  pada  link
selatan  ini,  sudah  terdapat  struktur  kanopi  yang  berfungsi  sebagai  penaung  bagi pejalan  kaki,  sehingga  diusulkan  pohon  palem  yang  berperan  sebagai  pengarah.
Selain  itu  palem  Areca  catechu  ini  juga  memiliki  tinggi  mencapai  25  meter, sehingga dapat pula menjadi pemecah dominasi bangunan tinggi di sekitarnya.
Beberapa pohon yang memiliki corak dan warna juga ditempatkan di area link  selatan  ini,  seperti  Plumeria  rubra  kuning  dan  Gardenia  carinata.  Pohon
tersebut berfungsi sebagai feature tree yang memberi nilai visual dan estetika. Pada area drop off selatan, penataan vegetasi merupakan pengulangan dari
vegetasi  drop  off  utara,  dengan  menggunakan  pohon  Plumeria  rubra  merah. Pengulangan  vegetasi  tersebut  bertujuan  untuk  menciptakan  keseimbangan
balance dalam desain. Menurut Ingels 2004, keseimbangan dengan melakukan pencerminan merupakan contoh keseimbangan yang simetris. Desain dengan pola
yang  simetris  tersebut  akan  menciptakan  kesan  formal.  Dengan  demikian  kesan formal  yang  kuat  pada  zona  entrance  utama  dapat  diteruskan  ke  area  drop  off
World  Trade  Center  1  Gambar  76.    Contoh  soft  material  yang  digunakan  pada zona  rute  2  dapat  dilihat  pada  Gambar  77.  Ilustrasi  penataan  vegetasi  pada  zona
rute 2 secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 78.
Gambar 76 Ilustrasi 3 Dimensi Drop off Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
a b
c
d e
Gambar 77 Soft Material Zona Rute 2 a
Alstonia scholaris b
Gardenia carinata c
Areca catechu d
Brahea edulis e
Plumeria rubra
Gambar 78 Ilustrasi 3 Dimensi Vegetasi Zona Rute 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
5.4.4.4 Zona lapangan parkir
Zona  yang  terakhir  pada  penataan  lanskap  kawasan  Kompleks Metropolitan,  yaitu  zona  lapangan  parkir.  Zona  ini  terdiri  dari  area  lapangan
parkir  utara  dan  selatan.  Kedua  area  lapangan  parkir  tersebut  merupakan  area eksisting  kawasan  Kompleks  Metropolitan  yang  diperbaiki  dan  ditata  ulang  oleh
PT Sheils Flynn Asia. Pada  tahap  desain  konsep  sebelumnya,  kedua  area  lapangan  parkir  ini
mengalami perubahan layout yang cukup signifikan dari kondisi eksisting. Seperti yang  terdapat  pada  Gambar  33  sebelumnya,  layout  parkir  ditata  ulang,  sehingga
memiliki  sudut  yang  sama  pada  setiap  island.  Sedangkan  pada  kondisi  eksisting lihat  kembali  Gambar  13  layout  parkir  tidak  memiliki  sudut  yang  sama,
sehingga terdapat ketidakteraturan pola atau ritme island. Pada  awalnya,  tim  desain  PT  Sheils  Flynn  Asia  melakukan  perubahan
layout  pada  area  lapangan  parkir  untuk  membentuk  suatu  irama  yang  baik  pada island  lapangan  parkir  tersebut.  Selain  itu  juga  perubahan  layout  akan
memberikan  ruang  parkir  yang  lebih  banyak  daripada  kondisi  eksisting sebelumnya.  Dengan  demikian  perubahan  itu  tidak  hanya  memberikan  dampak
yang baik secara desain tetapi juga memberikan keuntungan secara ekonomi. Pada  kondisi  eksisting  saat  ini  ruang  parkir  di  area  lapangan  parkir  utara
mencapai  420  ruang  dan  440  ruang  pada  area  lapangan  parkir  selatan,  sehingga
total ruang parkir eksisting mencapai 860 ruang parkir. Dengan layout parkir yang diubah pada tahap desain konsep, ruang parkir di area lapangan parkir utara dapat
mencapai  446  ruang  dan  454  ruang  pada  area  lapangan  parkir  selatan.  Dengan demikian  total  ruang  parkir  dengan  layout  tersebut  mencapai  900  ruang  parkir
Tabel 7. Tabel 7 Data Ruang Parkir tiap Tahap
Zona Eksisting
Desain Konsep Pengembangan
Desain
Penerimaan 42
42 42
Rute 2 125
115 115
Parkir Utara 420
446 420
Parkir Selatan 440
454 430
Total 1027
1057 1007
Berdasarkan masukan dari klien pada saat presentasi tahap desain konsep, perubahan layout pada area tersebut akan dapat menghabiskan biaya yang cukup
besar.  Meskipun  perubahan  tersebut  dapat  memberikan  ruang  parkir  yang  lebih banyak, tapi biaya yang harus dikeluarkan untuk merombaknya pun tidak sedikit.
Selain itu, klien berpendapat bahwa penambahan ruang parkir dinilai tidak begitu penting dan mendesak. Hal tersebut dikarenakan pada area bangunan World Trade
Center 2 sedang dibangun ruang parkir baru yang dirancang oleh Aedas Pte Ltd. Pertimbangan  dan  masukan  tersebut  diaplikasikan  oleh  PT  Sheils  Flynn
Asia pada desain area parkir di tahap pengembangan. Pada tahap pengembangan desain,  layout  area  parkir  mengacu  berdasarkan  layout  eksisting.  Dengan
demikian  desain  yang  telah  dibuat  pada  tahap  desain  konsep  mengalami perubahan,  akan  tetapi  tetap  sesuai  dengan  konsep  yang  telah  diterapkan
sebelumnya Gambar 79 - 81. Menurut Harris dan Dines 1998, terdapat beberapa standar acuan dalam
desain  area  parkir.  Hal  tersebut  didasarkan  pada  beberapa  variabel,  seperti  sudut parkir,  koridor  jalan,  dan  lebar  raung  parkir.  Standar  desain  area  parkir  menurut
Harris dan Dines dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 82.
Gambar 79 Site Plan Zona Lapangan Parkir Utara dan Selatan Tahap Pengembangan Desain
Sumber: PT Sheils Flynn Asia Tabel 8 Standar Desain Area Parkir Sumber: Harris dan Dines, 1998
Sudut x Lebar a
Panjang b Lebar Koridor
c Lebar d
90
o
2,440 2,590
2,740 5,485
5,485 5,485
8,530 – 9,750
7,620 – 8,840
7,010 – 8,230
-
60
o
2,440 2,590
2,740 5,970
5,485 5,180
5,790 5,485
5,180 2,820
2,995 3,175
45
o
2,440 2,590
2,740 5,610
5,690 5,815
3,660 3,350
3,350 3,450
3,660 3,885
30
o
2,440 2,590
2,740 4,850
5,000 5,130
3,350 3,040
2,740 4,875
5,180 5,485
o
2,440 2,590
2,740 6,700
6,700 7,010
3,350 3,505
3,660 -
112
Gambar 80 Detail Site Plan Area Lapangan Parkir Utara Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
113
Gambar 81 Detail Site Plan Area Lapangan Parkir Selatan Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Gambar 82 Standar Desain Area Parkir Sumber: Harris dan Dines, 1998 Berdasarkan  acuan  tersebut,  lapangan  parkir  utara  dan  selatan  pada
kawasan Kompleks Metropolitan ini termasuk ke dalam area parkir dengan sudut parkir 90
o
. Dengan demikian, bila lebar ruang parkir yang digunakan adalah 2,440 meter,  maka  panjang  ruang  parkir  sebesar  5,485  meter  dan  lebar  koridor  jalan
berkisar antara 8,530 – 9,750 meter. Akan tetapi desain yang diterapkan oleh PT
Sheils  Flynn  Asia  dalam  penataan  area  parkir  tersebut  tidak  memenuhi  standar yang diungkapkan oleh Harris dan Dines tersebut Gambar 83
Gambar 83 Dimensi Desain Area Parkir Kompleks Metropolitan Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Tidak  terpenuhinya  standar  desain  area  parkir  tersebut  dikarenakan keterbatasan  area  yang  tersedia.  Selain  itu  juga  batasan  yang  diberikan  klien
dalam  penataan  area  parkir,  yaitu  dengan  mempertahankan  layout  eksisting membuat  desain  yang  diterapkan  tidak  dapat  mengikuti  seutuhnya  standar  yang
ada. Lebar ruang parkir telah mengacu pada standar menjadi 2,5 meter, akan tetapi panjang  ruang  hanya  tersedia  4,5  meter.  Hal  tersebut  dilakukan  untuk
memaksimalkan koridor jalan yang merupakan jalur dua arah. Dalam  hal  ini  untuk  tercapainya  standar  desain  area  parkir,  diperlukan
berbagai variasi desain yang terdapat pada standar acuan. Kendala yang ada dalam desain, yaitu sempitnya ruang antar island yang menyebabkan keterbatasan lebar
koridor.  Berdasarkan  standar  tersebut,  semakin  kecil  sudut  parkir  berpengaruh pada semakin kecilnya pula lebar koridor. Dengan demikian pemilihan sudut yang
digunakan oleh tim PT Sheils Flynn Asia tidak tepat, karena akan membutuhkan lebar koridor yang besar.
Pencapaian  standar  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  sudut  parkir yang lebih kecil, yaitu 60
o
Gambar 84. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah panjang  ruang,  yang  juga  berpengaruh  pada  lebar  koridor.  Penggunaan  panjang
ruang 5,18 meter akan membutuhkan lebar koridor yang paling kecil untuk sudut 60
o
, yaitu 5,18 meter.
Gambar 84 Dimensi Desain Area Parkir Berdasarkan Standar
Dengan  demikian,  jalur  pada  koridor  dibuat  satu  arah.  Hal  tersebut dimaksudkan  untuk  mempermudah  masuk  dan  keluarnya  kendaraan  ke  ruang
parkir.  Karena  dengan  sudut  kurang  dari  90
o
,  kendaraan  hanya  dapat  masuk  dan keluar ruang parkir  dari satu arah, berbeda  halnya dengan  penggunaan sudut  90
o
seperti yang dibuat oleh tim PT Sheils Flynn Asia. Sementara  itu  vegetasi  yang  digunakan  pada  area  parkir  merupakan
vegetasi  penaung.  Pada  area  parkir  utara,  diusulkan  pohon  Mimusoph  elengi tanjung  dan  Pithecellobium  dulce  asam  londo  pada  area  parkir  selatan
Gambar  85  dan  86.  Perbedaan  vegetasi  pada  kedua  area  parkir  tersebut dilakukan untuk membuat perbedaan orientasi dan ciri vegetasi tiap area.
Gambar 85 Ilustrasi 3 Dimensi Area Parkir Utara Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 86 Ilustrasi 3 Dimensi Area Parkir Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Sama halnya dengan vegetasi pada gerbang masuk area parkir utara yang telah  dijelaskan  pada  zona  rute  1,  pada  area  parkir  selatan  pun  terdapat  gerbang
masuk  yang  berada  di  ujung  teras  kafe  Wisma  Metropolitan  2.  Pada  gerbang masuk  ini  terdapat  bundaran  dengan  sculpture  di  bagian  tengahnya.  Sculpture
tersebut  menjadi  foreground  bagi  vegetasi  entrance  sekunder  di  belakangnya Gambar 87.
Pembuatan  area  sculpture  tersebut  justru  menurunkan  nilai  kesatuan  dan keharmonisan  desain.  Hal  tersebut  dikarenakan  tidak  terdapatnya  sculpture  pada
gerbang  masuk  area  parkir  utara,  sehingga  tercipta  kesan  perbedaan  kelas  antara kedua area parkir tersebut. Dengan demikian sebaiknya penggunaan sculpture pun
dilakukan pada salah satu island di gerbang masuk area parkir utara. Contoh soft material pada zona lapangan parkir terdapat pada Gambar 88.
Gambar 87 Ilustrasi 3 Dimensi Gerbang Masuk Area Parkir Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
a b
Gambar 88 Soft Material Zona Lapangan Parkir a
Mimusoph elengi Parkir Utara b
Pithecellobium dulce Parkir Selatan
Secara  umum  desain  yang  diterapkan  PT  Sheils  Flynn  Asia  telah menjawab beberapa masalah dan tujuan yang akan dicapai pada tahap analisis dan
konsep, diantaranya pembentukan ruang yang user friendly, penyederhanaan rute dan  sirkulasi,  area  shared  space,  dan  pembentukan  karakter  ruang  dengan
penggunaan perbedaan material. Pemilihan  material  telah  memperhatikan  prinsip-prinsip  desain,  seperti
unity  dan  balance  meskipun  terdapat  beberapa  pemilihan  material  yang mengurangi  nilai-nilai  prinsip  tersebut.  Akan  tetapi  dalam  pemilihan  vegetasi,
sebagian  besar  bukan  merupakan  vegetasi  aslilokal  yang  tidak  sesuai  dengan tujuan yang dirumuskan pada tahap konsep. Untuk mencapai tujuan konsep yang
ramah  lingkungan,  seharusnya  penggunaan  vegetasi  sebagian  besar  merupakan vegetasi aslilokal yang low maintenance. Data vegetasi terdapat pada Tabel 9.
Tabel  9  Data  Desain  Vegetasi  Kompleks  Metropolitan  Sumber:  Lestari  dan Kencana, 2008; Limin, 2008; Reine dan Trono, 2002
Nama Tanaman Intensitas
Pemeliharaan Fungsi
Asal
Khaya senegalensis Rendah
Entrance primer
Indonesia Roystonea regia
Sedang Axis
Amerika Tengah Ravenala
madagascariensis Sedang
Entrance Madagaskar
Gardenia carinata Sedang
Pengarah, feature tree
China Plumeria rubra
Sedang Pengarah,
aksen Amerika Tengah
Alstonia scholaris Rendah
Entrance sekunder
India, China Carpentaria acuminata
Sedang Entrance
sekunder Australia
Areca catechu Sedang
Pengarah Asia Tenggara
Brahea edulis Sedang
Parkir Mexico
Mimusoph elengi Rendah
Parkir India
Phitecellobium dulce Sedang
Parkir Amerika Tengah
Pada  proyek  A125  ini  PT  Sheils  Flynn  Asia  telah  berhasil  membentuk beberapa  ruang  terbuka  hijau  baru  untuk  meningkatkan  area  hijau  kawasan
Kompleks  Metropolitan.  Pada  kondisi  eksisting,  area  hijau  pada  batas  tapak proyek  ini  sekitar  6.242  m
2
atau  9  dari  luas  tapak.  Sementara  itu  hasil  desain pada tahap pengembangan desain menunjukkan pertambahan ruang terbuka hijau
sekitar 2.476 m
2
menjadi 8.718 m
2
atau sebesar 15 dari luas tapak proyek A125 yang  mencapai  8.719  m
2
.  Dengan  demikian  desain  yang  dibuat  oleh  PT  Sheils Flynn  Asia  pada  proyek  ini  telah  meningkatkan  ketersedian  area  hijau  kawasan
sebesar 6.
5.4.4.5 Zona World Trade Center 2 proyek A126
Zona  ini  merupakan  proyek  terpisah  dari  proyek  penataan  lanskap kawasan  Kompleks  Metropolitan,  akan  tetapi  tetap  merupakan  bagian  dari
kawasan  kompleks  tersebut.  Pada  proyek  ini  PT  Sheils  Flynn  Asia  bertugas mendesain lanskap area luar bangunan World Trade Center WTC 2.
Selain  itu,  PT  Jakarta  Land  sebagai  klien  juga  mengajukan  bangunan World  Trade  Center  2  ini  untuk  memperoleh  sertifikat  BCA  Building  and
Construction Authority Green Mark. Oleh karena itu, lanskap area luar bangunan World Trade Center 2 menjadi suatu perhatian khusus dalam pencapaian sertifikat
tersebut lihat kembali Tabel 5. Lanskap area luar bangunan WTC 2 berada pada atap basemant, sehingga
lanskapnya  termasuk  ke  dalam  kategori  roof  garden  taman  atap.  Secara  umum desain yang diterapkan oleh tim PT Sheils Flynn Asia pada proyek ini ialah untuk
mengakomodir kebutuhan user pada ruang terbuka di area perkantoran. Selain itu juga dengan memperhatikan pemilihan vegetasi untuk tercapainya sertifikat BCA
Green Mark. Site Plan zona World Trade Center dapat dilihat pada Gambar 89. Secara  umum,  lanskap  pada  zona  ini  didesain  dengan  menyesuaikan
karakter  bangunan  WTC  2  yang  dirancang  oleh  Aedas  Pte  Ltd.  Karakter  formal sangat  terasa  pada  area  ini  dengan  perwujudan  elemen  garis  dan  bentuk-bentuk
geometris, seperti partere dan planter. Secara  keseluruhan,  area  World  Trade  Center  2  memiliki  karakter  yang
berbeda  dengan  bangunan  lain  di  Kompleks  Metropolitan.  Hal  tersebut dikarenakan  sebagai  bangunan  baru  maka  WTC  2  memiliki  gaya  yang moderen,
elegan,  dan  mewah,  selain  itu  terdapatnya  sertifikasi  BCA  Green  Mark  pada bangunan  ini  juga  menjadi  salah  satu  faktor  yang  membedakannya  dengan
bangunan  lain.  Oleh  karena  itu  PT  Sheils  Flynn  Asia  sebagai  perancang  lanskap perlu menyesuaikan lanskap luar bangunan dengan bangunan WTC 2 itu sendiri.
Gambar 89 Site Plan Zona World Trade Center 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Area Drop off Pada  area  entrance  yang  terletak  di  sebelah  barat  tapak,  terdapat  ramp
yang  menghubungkan  jalan  lingkar  WTC  1  dengan  drop  off  WTC  2.  Di  depan area drop off terdapat island dengan water feature dan artwork atau sculpture di
atasnya.  Island  tersebut  berfungsi  sebagai  pengatur  sirkulasi  kendaraan  yang melalui  area  drop  off.  Di  utara  tapak  terdapat  jalur  menuju  parkir  basemant  dan
jalur keluar ke arah lapangan parkir utara. Material  yang  digunakan  pada  permukaan  area  drop  off  ialah  granit  abu
impala  africa  dengan  berbagai  tipe,  diantaranya  slabs,  setts,  dan  cobbles. Material  ini  dipilih  untuk  menyesuaikan  karakter  bangunan  WTC  2  yang
berkarakter  mewah  dan  elegan.  Oleh  karena  itu  material  granit  yang  berkesan mewah, elegan, dan kuat digunakan pada hampir keseluruhan area luar bangunan
World Trade Center 2 ini. Vegetasi yang digunakan pada area drop off merupakan ground cover atau
tanaman  penutup  tanah  dan  semak.  Hal  tersebut  dimaksudkan  untuk  membuka pandangan user pada area ini. Dengan demikian pandangan user ke arah bangunan
WTC 2 tidak terhalang oleh pohon. Di bagian utara didesain partere Ilex crenata dan Serissa foetida dengan pola yang kaku untuk menciptakan kesan formal. Pada
atap  dinding  pembatas  diusulkan  tanaman  rambat  Bauhinia  cockiana  untuk memberikan struktur visual pada dinding..
Sementara  itu  di  bagian  luar  tapak  ditempatkan  beberapa  pohon  sebagai penghubung area lanskap WTC 2 dengan permukaan tanah di sekelilingnya yang
berada  pada  ketinggian  3  meter  di  bawah  area  lanskap  WTC  2  ini.  Selain  itu pohon-pohon  tersebut  juga  berfungsi  sebagai  screen  area  luar  tapak.  Pohon
tersebut,  diantaranya  Podocarpus  nerifolius  dan  Palem  Sabal  palmetto.  Contoh hard  dan  soft  material  pada  area  drop  off  terdapat  pada  Gambar  90  dan  91.
Ilustrasi  desain  pada  area  drop  off  World  Trade  Center  2  dapat  dilihat  pada Gambar 92 - 94.
a b                                           c
Gambar 90 Hard Material Area Drop Off WTC 2 a Granite Slabs
b Granite Long Setts c Granite Cobbles
a b
c
d e
Gambar 91 Soft Material Area Drop Off WTC 2 a
Podocarpus nerifolius b
Sabal palmento c
Syzygium oleana d
Ilex crenata e
Serissa foetida
123
Gambar 92 Ilustrasi 3 Dimensi Area Drop Off World Trade Center 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 93 Potongan E Area Drop Off World Trade Center 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 94 Potongan F Area Drop Off World Trade Center 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Area podium barat Sementara  itu  desain  di  bagian  podium  lebih  difungsikan  pada  kegiatan
relaksasi.  Dalam  desainnya,  PT  Sheils  Flynn  Asia  menyediakan  tempat  yang nyaman bagi user untuk beristirahat, bersantai, dan beralaksasi pada area lanskap
tersebut.  Terdapat  beberapa  elemen  yang  mendukung  kegiatan  user  untuk memanfaatkan  lanskap  podium  ini,  seperti  bench,  pohon  peneduh,  planter,
tanaman climber, dan lain-lain. Tempat  duduk  pada  area  podium  didesain  dengan  bentukan  organik
menyerupai  ombak  yang  juga  berfungsi  sebagai  planter.  Hal  tersebut  dilakukan untuk  memecah  kesan  monoton  dari  partere  Buxus  carissa  pada  area  podium
dengan tetap memperhatikan komposisi keseimbangan desain bench tersebut. Pohon  Diospyros  buxifolia  ditanam  berjajar  di  sepanjang  podium.  Pohon
tersebut ditanam di tempat dudukbench yang berbentuk ombak. Dengan demikian akan  tercipta  kesan  teduh  dan  nyaman  bagi  user  yang  berada  di  area  lanskap
podium ini. Selain ditanam pada  tempat duduk, pohon tersebut juga ditempatkan pada  planter  berbentuk  kotak  dengan  tinggi  0,65  meter.  Dengan  tinggi  ini,
pandangan  user  yang  duduk  maupun  berdiri  tidak  akan  terganggu  seperti  yang telah dijelaskan pada desain planter di zona rute 1.
Bench  dan  planter  tersebut  diposisikan  berada  pada  kolom  struktur bangunan, yaitu basemant yang berada di bawahnya. Hal tersebut dilakukan untuk
memfokuskan  beban  bench  dan  planter  pada  kolom  yang  secara  struktur  lebih kuat. Dengan demikian lanskap yang termasuk ke dalam kategori roof garden ini
tidak  membahayakan  struktur  bangunan.  Selain  itu  tebal  dari  media  tanam  di kedua  elemen  tersebut  hanya  1  meter,  hal  tersebut  didasarkan  pada  perhitungan
konsultan  struktur  yang mengizinkan  media  tanam  pohon  maksimal  1  meter  dan semak 0,3 meter Gambar 95.
Osmundson  1999  juga  menyatakan  bahwa  penempatan  pohon  pada lanskap  roof  garden  harus  memperhatikan  distribusi  berat  yang  dihasilkan,  berat
tersebut  sebaiknya  terdistribusikan  pada  kolom  Gambar  96.  Lebih  jauh  lagi Osmundson menyatakan bahwa tebal media tanam pada roof garden sekitar 76,2
cm  atau  lebih  untuk  pohon  dan  15 –  61  cm  untuk  semak.  Dengan  demikian
penerapan  desain  yang dilakukan  oleh PT Sheils Flynn Asia  telah sesuai dengan referensi tersebut.
Gambar 95 Penempatan Planter dan Bench pada Struktur Kolom Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 96 Penempatan Elemen Pohon Roof Garden Sumber: Osmundson, 1999 Di  sisi  bangunan  World  Trade  Center  2,  dibuat  plaza  yang  mengelilingi
bangunan tersebut. Selain sebagai akses user untuk menuju taman, plaza tersebut juga  berfungsi  sebagai  koridor  untuk  jalur  kendaraan  pemadam  kebakaran  untuk
mengantisipasi situasi berbahaya seperti yang telah dijelaskan pada bagian analisis sebelumnya.
Material yang digunakan pada plaza ialah granit slabs dengan perrbedaan warna. Warna yang digunakan ialah abu nero impala dan putih star white yang
disusun  secara  acak  Gambar  97.  Hal  tersebut  dilakukan  untuk  menciptakan variasi  pola  yang  berpengaruh  pada  nilai  visual  dan  estetika,  sehingga  dapat
memecah suasana monoton. Contoh soft material pada area podium barat terdapat pada  Gambar  98.  Ilustrasi  desain  pada  area  podium  barat  dapat  dilihat  pada
Gambar 99 – 102.
a b
Gambar 97 Hard Material Area Podium a
Granit nero impala b
Granit star white
a b
Gambar 98 Soft Material Area Podium Barat WTC 2 a
Diospyros buxifolia b
Buxus carissa
129
Gambar 99 Ilustrasi 3 Dimensi Area Podium Barat 1 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
130
Gambar 100 Ilustrasi 3 Dimensi Area Podium Barat 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 101 Potongan A Area Podium Barat Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 102 Potongan B Area Podium Barat Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Area podium selatan dan timur Pada bagian podium selatan terdapat bangunan pelayanan kelistrikan yang
diusulkan oleh PT Skemanusa Consultana Teknik sebagai MEP Engineer proyek A126. Masifnya bangunan tersebut disiasati oleh tim PT Sheils Flynn Asia dengan
menempatkan  tanaman  rambat  di  atas  bangunan  tersebut,  yaitu  Bauhinia cockiana. Hal tersebut dilakukan untuk mereduksi kesan masif yang ditimbulkan
dan memberi struktur visual pada bangunan tersebut. Di  bagian  area  entrance  selatan  ditempatkan  Alstonia  scholaris  dan
Terminalia  mantaly.  Pemilihan  kedua  pohon  tersebut  pada  area  entrance  tidak tepat.  Area  entrance  ini  merupakan  area  entrance  ke  dalam  kawasan  kompleks.
Dengan  demikian  pemilihan  pohon  yang  sesuai  seharusnya  adalah  Khaya senegalensis  yang  merupakan  pohon  entrance  primer.  Sedangkan  Alstonia
scholaris merupakan pohon entrance sekunder. Selain  itu  di  luar  area  podium  selatan  tersebut  juga  diusulkan  beberapa
pohon  sebagai  pembatas  dan  screen  pandangan,  yaitu  Calistemon  viminalis, Eucalyptus  deglupta,  dan  palem  Sabal  palmetto.  Ilustrasi  desain  podium  selatan
dapat dilihat pada Gambar 103. Di  area  podium  timur  terdapat  beberapa  saluran  pembuangan  udara  yang
berada  di  lantai.  Di  antara  saluran  pembuangan  tersebut  ditanam  groundcover, yaitu  Osmoxylon  lineare  untuk  mencegah  user  melewati  area  tersebut.  Sama
halnya  dengan  area  luar  podium  selatan,  di  bagian  luar  podium  timur  diusulkan pula  beberapa  pohon  sebagai  pembatas  dan  screen,  yaitu  Salix  babylonica,
Eucalyptus deglupta, dan palem Sabal palmetto.Ilustrasi desain area podium timur dapat  dilihat  pada  Gambar  104.  Contoh  soft  material  pada  area  podium  selatan
dan timur terdapat pada Gambar 105.
134
Gambar 103 Ilustrasi 3 Dimensi Area Podium Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
135
Gambar 104 Ilustrasi 3 Dimensi Area Podium Timur Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
a b
c
d e
f
g h
Gambar 105 Soft Material Area Podium Selatan dan Timur WTC 2 a
Alstonia scholaris b
Terminalia mantaly c
Eucalyptus deglupta d
Salix babylonica e
Calistemon viminalis f
Sabal palmetto g
Osmoxylon lineare h
Bauhinia cockiana
Perhitungan BCA Green Mark Berdasarkan  desain  yang  telah  diusulkan  tersebut,  kemudian  PT  Sheils
Flynn  Asia melakukan  perhitungan  awal  untuk  melihat  perkiraan  perolehan  poin sertifikat BCA Green Mark dari segi lanskap. Seperti yang telah dijelaskan pada
subbab  Building  and  Construction  Authority  Green  Mark  sebelumnya,  terdapat dua kategori penilaian dalam bidang lanskap, yaitu sistem irigasi dan penghijauan.
Dalam  kategori  sistem  irigasi  terdapat  tiga  penilaian,  yaitu  tidak menggunakan air konsumsi dalam irigasi, penggunaan sistem irigasi otomatis, dan
penggunaan  tanaman  toleran  panas  dengan  sedikit  pengairan  dengan  masing- masing alokasi 1 poin. Sementara itu dalam kategori penghijauangreen provision
juga  terdapat  tiga  penilaian,  yaitu  penggunaan  pupuk  kompos,  restorasi mempertahankan  pohon  pada  tapak  dengan  masing-masing  alokasi  1  poin  dan
green plot ratio dengan alokasi maksimum 6 poin lihat kembali Tabel 6. Untuk  kategori  sistem  irigasi,  perolehan  poin  dari  lanskap  area  bangunan
luar  WTC  2  hanya  didapat  1  poin,  yaitu  dari  penilaian  penggunaan  tanaman toleran  panas  dengan  sedikit  pengairan.  Sementara  itu  poin  untuk  penilaian
pertama dan kedua tidak dapat diaplikasikan pada tapak. Penggunaan  air  konsumsi  dalam  irigasi  tanaman  tetap  harus  dilakukan
dalam  proses  maintenance  nantinya  walaupun  dalam  intensitas  yang  rendah karena pemilihan tanaman rata-rata merupakan tanaman yang membutuhkan tidak
banyak  air.  Dengan  demikian  penilaian  tidak  menggunakan  air  konsumsi  dalam irigasi tidak dapat tercapai.
Demikian  pula  halnya  dalam  penilaian  kedua,  penggunaan  sistem  irigasi otomatis  tidak  dapat  dilakukan  dalam  proses  maintenance.  Selain  membutuhkan
biaya  yang  cukup  besar  pada  proses  awal,  keterbatasan  sumberdaya  manusia dalam  konstruksi  dan  operasional  juga  menjadi  hambatan  dalam  implementasi
penilaian kedua ini. Sementara  itu  dalam  penilaian  penggunaan  vegetasi  yang  toleran  panas
dan  membutuhkan  sedikit  pengairan  dapat  terpenuhi.  Secara  umum,  pemilihan vegetasi pada desain lanskap area bangunan luar WTC 2 ini sebagian besar telah
mencapai syarat tersebut Tabel 10. Sebagian besar tanaman merupakan tanaman yang  toleran  terhadap  panas  dan  memiliki  kebutuhan  air  yang  tidak  intensif.
Dengan demikian  hanya  satu dari tiga poin  maksimal yang dapat diperoleh pada kategori pengairan dan lanskap.
Tabel 10 Data Desain Vegetasi Area World Trade Center 2 Sumber: Lestari dan Kencana, 2008; Limin, 2008; Reine dan Trono, 2002
Nama Tanaman Penyinaran
Kebutuhan Air
Asal Pohon Kecil
Diospyros buxifolia Cahaya penuh
Sedang Indonesia
Eucalyptus deglupta Cahaya penuh
Tinggi Papua Nugini,
Sulawesi Terminalia mantaly
Cahaya penuh Tinggi
Indonesia
Pohon Sedang
Alstonia scholaris Cahaya penuh
Tinggi India, China
Pohon Besar
Calistemon viminalis Cahaya penuh
Sedang Australia
Podocarpus nerifolius Semi naungan
Sedang Papua Nugini,
Kalimantan Salix babylonica
Semi naungan Sedang
China
Palem Kecil
Ptychospermae macarthurii Cahaya penuh
Sedang Australia
Rhapis excelsa Cahaya penuh
Sedang China
Palem Besar
Sabal palmetto Cahaya penuh
Tinggi Amerika Utara
Semak dan Groundcover
Axonopus compressus Cahaya penuh
Tinggi Amerika Selatan
Bauhinia cockiana Cahaya penuh
Tinggi Asia Tenggara
Buxus carissa Semi naungan
Sedang Philipina
Dietes bicolor Cahaya penuh
Sedang Afrika Selatan
Duranta repens Cahaya penuh
Sedang Amerika Selatan
Ilex crenata Cahaya penuh
Tinggi Amerika Utara
Osmoxylon lieare Cahaya penuh
Tinggi Asia Tenggara
Rhoeo discolor Cahaya penuh
Sedang India
Serissa foetida Cahaya penuh
Sedang China, Jepang
Syzyghium oleana Cahaya penuh
Sedang Philipina,
Kalimantan
Sementara itu dalam kategori grenery provision, poin yang dapat diperoleh sebanyak  5  poin.  Dalam  proses  awal  penanaman  dan  kegiatan  maintanence
tanaman nantinya akan digunakan pupuk kompos sesuai dengan ketentuan BCA. Hal  tersebut  selain  memperkecil  biaya  maintanance  juga  berdampak  baik  pada
lingkungan  dengan  meminimalisir  penggunaan  bahan-bahan  kimia  terhadap lingkungan.
Beberapa pohon eksisting pada tapak di luar kebutuhan struktur bangunan dipertahankan dalam desain ini. Hal tersebut memberikan satu poin tambahan dari
penilaian kedua pada kategori greneery provision ini. Untuk kategori ketiga, yaitu perhitungan  green  plot  ratio,  lanskap  area  luar  bangunan  WTC  2  memperoleh  3
poin dari 6 poin maksimal Tabel 11. Keseluruhan  vegetasi  yang  diusulkan  pada  desain  lanskap  area  luar
bangunan WTC 2 didata jumlah dan penutupan lahannya. Untuk rumput, semak, dan  groundcover  dihitung  dari  luas  area  tanam,  dengan  nilai  green  area  index  1
untuk  rumput  dan  3  untuk  semak  dan  groundcover.  Sementara  itu  palem  dan pohon  dikategorikan  menjadi  beberapa  bagian  sesuai  dengan  radius  tajuknya.
Palem memiliki nilai green area index sebesar 4 dan 6 untuk pohon. Nilai green area diperoleh dari jumlah hasil perkalian masing-masing luas
penutupan tajuklahan dengan jumlah tanaman dan green area index. Nilai green area  yang  diperoleh  sebesar  44.988  m
2
.  Setelah  itu  dihitung  nilai  perbandingan area hijau dengan luas tapak green plot ratio. Nilai ini diperoleh dari pembagian
hasil green area dengan luas tapak, dan diperoleh hasil perbandingan 2,6. Berdasarkan nilai green plot ratio yang diperoleh, maka poin yang didapat
dari  penilaian  green  plot  ratio  pada  kategori  greenery  provision  sebesar  3  poin lihat  kembai  Tabel  6.  Dengan  demikian  poin  yang  berhasil  dikumpulkan  pada
kategori  greenery  provision  ini  sebesar  5  poin  dari  8  poin  maksimal.  Maka  total poin yang berhasil dikumpulkan dari bidang lanskap sebesar 6 poin dari 11 poin
maksimal.
Tabel 11 Perhitungan Green Plot Ratio GnPR Jumlah
A Canopy Area
B Radius
C Green Area Index
D Green Area
AxBxC
2
xD m
2
Luas Tapak m
2
Rumput m2 1484
NA NA
1 1484
17382
Semak m2 3246
NA NA
3 9738
Palem Kecil 50
3,14 0,5
4 157
Palem Besar 61
3,14 2,5
4 4788,5
Pohon Kecil 31
3,14 3,5
6 7154,5
Pohon Sedang 1
3,14 5
6 471
Pohon Besar 20
3,14 7,5
6 21195
Total Green Area
44988 Green Plot Ratio GnPR
2,6 Poin GnPR 1,5 -  3 lihat Tabel 6
3 Poin
1 40
Hal  tersebut  menunjukkan  kontribusi  PT  Sheils  Flynn  Asia  dalam perolehan  poin  untuk  mencapai  sertifikat  BCA  Green  Mark  sebesar  55.
Berdasarkan  kriteria  penilaian  BCA  Green  Mark  pada  Tabel  5,  kedua  kategori bidang  lanskap  tersebut  termasuk  ke  dalam  persyaratan  lainnya.  Persyaratan
tersebut  memiliki  nilai  minimal  yang  harus  dikumpulkan  untuk  mendapatkan sertifikat BCA Green Mark sebesar 20 poin dari 74 poin maksimal.
Dengan demikian untuk mencapai syarat minimal tersebut, maka tersisa 14 poin  yang  harus  dikumpulkan  oleh  tim  lain  yang  tergabung  dalam  proyek
pembangunan  World  Trade  Center  2  ini,  seperti  arsitek,  kontraktor,  MEP Engineer,  dan  lain-lain.  Dalam  hal  ini  maka  PT  Sheils  Flynn  Asia  sebagai
konsultan  perancang  lanskap  area  luar  ruang  WTC  2  telah  berkontribusi  sebesar 30 dari poin minimal yang harus dikumpulkan.
Dilihat  dari kontribusi tersebut maka  desain  yang dibuat PT Sheils Flynn Asia  dalam  proyek  ini  telah  cukup  baik,  walaupun  poin  maksimal  di  bidang
lanskap tidak dapat dicapai tetapi secara keseluruhan desain ini telah memberikan kontribusi yang cukup, yaitu sebesar 30 dari poin keseluruhan.
Sementara itu, pada proyek A126 ini  PT Sheils Flynn Asia telah berhasil membentuk  ruang  terbuka  hijau  sekitar  4.730  m
2
.  Area  hijau  tersebut  memiliki persentase  29  dari  luas  area  World  Trade  Center  2  yang  mencapai  16.250  m
2
. Dengan  demikian,  secara  keseluruhan  PT  Sheils  Flynn  Asia  telah  membentuk
13.450  m
2
area  hijau  pada  kawasan  Kompleks  Metropolitan.  Hal  tersebut memberikan  peningkatan  ketersediaan  area  hijau  kawasan  dari  8  menjadi  17
dari luas kompleks yang mencapai 80.000 m
2
8 ha.
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan