area bangunan WTC 2 pun harus segera diselesaikan untuk kemudian dibangun oleh kontraktor.
Atas dasar pertimbangan keterbatasan waktu tersebut, maka tahapan proses desain dilakukan dengan penggabungan proses desain konsep ke dalam
tahapan pengembangan desain design development untuk proyek penataan lanskap area bangunan World Trade Center 2 proyek A126.
5.4.4 Tahap pengembangan desain design development
Pada tahap ini ide dan konsep yang telah diperoleh pada tahap desain konsep lebih diolah dan diperdalam. Menurut Booth 1983, tahapan
pengembangan desain merupakan tahapan akhir dari proses desain, dimana arsitek lanskap sudah mulai memperhatikan desain secara detail, yaitu detail dimensi,
material, tekstur, pola, dan lain-lain. Senada dengan yang diungkapkan Hakim dan Utomo 2002, tahap pengembangan desain merupakan tahap keputusan atau final
dari pemecahan masalah desain yang menjadi dasar bagi rancangan detail selanjutnya.
Menurut Reid 1996, pada tahap pengembangan desain, ide-ide yang spesifik mulai diformulasikan, sehingga kemungkinan pengurangan, penambahan,
perubahan serta perbaikan ide-ide yang telah muncul pada tahap konsep desain dapat terjadi. Meskipun demikian ide dan konsep dasar tetap mengacu pada
tahapan sebelumnya. Hal yang diungkapkan oleh Reid tersebut juga terjadi dalam penanganan
proyek penataan lanskap kawasan Kompleks Metropolitan Jakarta ini. Dalam proses desainnya terjadi beberapa perubahan desain dari tahapan konsep desain
sebelumnya. Perubahan tersebut terjadi dalam proses diskusi tim PT Sheils Flynn Asia untuk meningkatkan kualitas desain yang dihasilkan. Selain itu
inputmasukan dari klien juga menjadi dasar beberapa perubahan desain yang terjadi. Site plan keseluruhan kawasan Kompleks Metropolitan pada tahapan
pengembangan desain dapat dilihat pada Gambar 45.
Gambar 45 Site Plan Kawasan Kompleks Metropolitan Jakarta Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Dalam tahapan ini tim PT Sheils Flynn Asia membagi kawasan Kompleks Metropolitan menjadi empat bagian, area lapangan parkir utara dan selatan
dipisahkan menjadi satu zona tersendiri. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan desain yang cukup signifikan pada area tersebut antara tahap konsep
dan tahap pengembangan. Zona rekreasi ditiadakan dalam proyek penataan lanskap kawasan
Kompleks Metropolitan Jakarta ini proyek A125. Zona rekreasi tersebut masuk ke dalam bagian tapak proyek penataan lanskap area bangunan World Trade
Center 2 proyek A126 sejak penandatangan kontrak proyek A126 dilakukan. Proses desain proyek A126 tersebut dimulai dari tahap pengembangan desain
bersamaan dengan tahap pengembangan desain proyek A125. Zona desain penataan lanskap kawasan Kompleks Metropolitan proyek
A125, dibagi menjadi zona penerimaan entrance, zona rute 1 link utara dan area kafetaria Wisma Metropolitan 1, zona rute 2 link selatan dan area kafetaria
Wisma Metropolitan 2, dan zona lapangan parkir utara dan selatan. Area lanskap bangunan World Trade Center 2 menjadi zona tersendiri yang termasuk ke dalam
bagian dari proyek A126.
5.4.4.1 Zona penerimaan
Pada zona penerimaan terjadi beberapa perubahan desain dari tahapan desain konsep sebelumnya. Lebar area jalan khusus kendaraan di bagian depan
bangunan Wisma Metropolitan 1 dan 2 dikurangi dari 6 meter menjadi 5 meter. Hal ini dilakukan untuk membuat ruang baru di bagian depan bangunan Wisma
Metropolitan 1 dan 2 yang ditujukan untuk area teras kafe. Site plan zona penerimaan dapat dilihat pada Gambar 46 dan 47.
Jalan di sepanjang bagian depan bangunan Wisma Metropolitan 1 dan 2 dibuat perbedaan level yang mengacu kepada level eksisting tapak. Pada tahap
desain konsep, area ini direncanakan untuk dibuat datar dengan melakukan cut and fill pada level eksisting tapak. Akan tetapi setelah melakukan berbagai
diskusi, area ini diputuskan untuk tetap dibuat perbedaan level yang mengacu pada level eksisting. Hal itu dikarenakan akan terjadinya berbagai masalah dan
kesulitan dalam proses konstruksi nantinya.
Gambar 46 Site Plan Zona Penerimaan Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Separator jalan eksisting yang berada di depan plaza World Trade Center 1 dipertahankan, sebelumnya pada tahap desain konsep separator tersebut
dihilangkan. Hal ini dilakukan untuk menertibkan jalur kendaraan, karena di area tersebut dibuat jalur crossing untuk pedestrian. Dengan demikian sirkulasi
kendaraan di area tersebut menjadi lebih terarah untuk memberikan keamanan kepada pejalan kaki yang melakukan crossing Gambar 48.
Hardscape Pada tahap ini material dari setiap elemen telah ditentukan, termasuk
hardscape maupun softscape. Untuk area penerimaan yang didominasi area shared space ini, material surfacing atau permukaan yang dipilih, yaitu material
perkerasan berbahan andesit berwarna abu towo grey andesite. Pemilihan material ini disamakan dengan material eksisting, hal tersebut dilakukan untuk
menekan biaya yang dikeluarkan dalam proses konstruksi perkerasan.
82
Gambar 47 Detail Site Plan Zona Penerimaan Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Gambar 48 Ilustrasi 3 Dimensi Crossover WM 2 – WTC 1
Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Sementara itu material yang digunakan untuk area crossing, yaitu area
yang menghubungkan bangunan Wisma Metropolitan 1 dan 2 dan jalur pedestrian yang menuju plaza World Trade Center 2 adalah white basalto yang berbahan
dasar granit Gambar 49. Menurut Ingels 2004, material granit maupun andesit merupakan material perkerasan yang cocok untuk aktifitas kendaraan maupun
pejalan kaki. Material ini memiliki struktur yang kasar, kuat, tahan lama, dan berbutir kasar serta cocok digunakan sebagai lapisan dinding, perkerasan, kerb,
dan lain-lain Harris dan Dines, 1998. Contoh hard material yang digunakan terdapat pada Gambar 50.
Gambar 49 Ilustrasi 3 Dimensi Crossover WM 1 – WM 2
Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
a b
Gambar 50 Hard Material Zona Penerimaan a
Andesit Abu Towo b
White Basalto Akan tetapi material granit memiliki harga yang jauh lebih tinggi daripada
andesit, dikarenakan lebih tingginya tingkat kekuatan dan tekstur yang dimiliki granit. Oleh karena itu tim PT Sheils Flynn Asia memilih menjadikan material
granit, yaitu white basalto untuk penggunaan pada perkerasan jalur crossing dan jalur pejalan kaki, sedangkan untuk area shared space termasuk di dalamnya area
parkir VIP digunakan material andesit. Faktor biaya tersebut harus diperhatikan dalam proses pengembangan desain, seperti yang diungkapkan oleh Walker
1996, pertimbangan faktor biaya menjadi suatu batasan dalam penggunaan bahan material.
Perbedaan penggunaan material tersebut bertujuan untuk memberikan kesan yang berbeda antara area shared space dan jalur crossing pejalan kaki.
Dengan demikian pengguna kendaraan dapat menyadari adanya jalur crossing dan membuatnya menjadi lebih berhati-hati ketika melewati area tersebut. Akan tetapi
terdapat pemilihan material yang mengurangi nilai kesatuan unity dari desain yang diterapkan, yaitu material aspal yang digunakan pada jalur keluar kendaraan
di bagian depan bangunan Wisma Metropolitan 1 dan 2. Menurut Hakim dan Utomo 2002, nilai kesatuan suatu desain dapat
diciptakan salah satunya dengan memperkecil perbedaan sesama unsur dalam komposisi desain. Oleh karena itu perbedaan material aspal di area ini mengurangi
nilai kesatuan yang ingin dibentuk pada zona penerimaan. Menurut Ingels 2004,
repetisi atau pengulangan merupakan kunci dari nilai kesatuan, seperti pengulangan elemen, warna, maupun tekstur.
Jalur keluar kendaraan tersebut termasuk pula ke dalam zona penerimaan dan memiliki peran yang sama dengan jalur masuk kendaraan, sehingga
penerapan yang dilakukan seharusnya pun sama, yaitu dengan menggunakan material andesit. Dengan kata lain melakukan pengulangan pemilihan material
pada zona penerimaan tersebut. Softscape
Penataan vegetasi di zona penerimaan sangat memperhatikan prinsip keseimbangan yang menjadikan area ini berkesan formal. Vegetasi di zona
penerimaan pada tahapan pengembangan desain mengalami sedikit perubahan dari tahap desain konsep. Lawn area yang berada di sisi area parkir VIP sebelah
barat jalur crossing WM 1 – WM 2 diulang dengan menggunakan prinsip repetisi
untuk sisi sebelah timur jalur crossing tersebut. Dengan demikian Ravenala madagascariensis pisang kipas dapat berada di kedua sisi lawn area tersebut.
Khaya senegalensis ditempatkan di sudut bangunan Wisma Metropolitan 1 dan 2. Pohon ini termasuk pohon tinggi dengan tinggi mencapai 10 meter. Pohon
tersebut difungsikan menjadi pohon entrance primer, dengan struktur yang tinggi keberadaan pohon Khaya seegalensis ini berfungsi untuk memecah dominasi
bangunan tinggi di dekatnya Wisma Metropolitan 1 dan 2. Di setiap gerbang masuk kawasan Kompleks Metropolitan Jakarta akan disambut oleh keberadaan
pohon ini. Di sepanjang jalan masuk dari gerbang utama menuju area plaza World
Trade Center 1 ditempatkan jajaran pohon palem Roystonea regia palem raja yang mengacu pada posisi pohon palem raja eksisting. Palem raja ini berfungsi
pula sebagai pohon entrance yang mengarahkan user. Sementara itu lawn area yang berada di sepanjang sisi area parkir VIP
ditempatkan Ravenala madagascariensis pisang kipas. Dengan tajuknya yang berbentuk kipas tajuk V, pohon ini juga berfungsi sebagai pohon entrance yang
menyambut user di zona penerimaan ini. Contoh soft material yang digunakan pada zona penerimaan terdapat pada Gambar 51, ilustrasi desain vegetasi zona
penerimaan dapat dilihat pada Gambar 52.
a b
c Gambar 51 Soft Material Zona Penerimaan
a Khaya senegalensis
b Ravenala madagascariensis
c Roystonea regia
Gambar 52 Ilustrasi 3 Dimensi Vegetasi Zona Penerimaan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
5.4.4.2 Zona rute 1
Zona rute 1 pada tahap pengembangan desain mencakup area link utara dimulai dari pintu masuk timur pejalan kaki hingga area kafetaria Wisma
Metropolitan 1. Sementara itu link timur yang sebelumnya merupakan bagian dari rute 1, masuk dalam bagian dari proyek A126, yaitu area bangunan World Trade
Center 2. Site plan zona rute 1 dapat dilihat pada Gambar 53 dan 54. Pada kondisi eksisting, pintu masuk pejalan kaki di area lapangan parkir
utara ini berada di bagian tengah sisi timur tapak. Pada tahap pengembangan desain, pintu masuk pejalan kaki tersebut digeser lebih ke utara. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi tingkat kepadatan di area luar tapak Kompleks Metropolitan. Seperti yang telah dijelaskan pada tahap riset dan analisis, pintu ini merupakan
salah satu pintu yang penting karena menjadi akses keluar masuknya karyawan ketika istirahat untuk mencari makanan di luar tapak.
Gambar 53 Site Plan Zona Rute 1 Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Seperti yang tertuang pada analisis Gambar 25 sebelumnya, pintu masuk pejalan kaki berada di bagian tengah pusat jajanan di luar tapak. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya kepadatan pejalan kaki yang berasal dan menuju arah utara dan selatan pusat jajanan. Selain itu pintu masuk eksisting juga berada di
seberang persimpangan jalan. Kondisi tersebut semakin meningkatkan kepadatan di area ini, baik untuk pejalan kaki maupun kendaraan.
Pemindahan pintu masuk pejalan kaki juga bertujuan untuk membuat link baru yang menghubungkan pintu masuk dengan area Wisma Metropolitan 1 dan
drop off utara World Trade Center 1, yaitu link utara Gambar 55. Dengan demikian pemindahan pintu masuk yang dilakukan tim PT Sheils Flynn Asia telah
memperhatikan kondisi dan keadaan di lapang untuk meningkatkan kualitas desainnya.
88
Gambar 54 Detail Site Plan Zona Rute 1 Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Gambar 55 Ilustrasi 3 Dimensi Link Utara Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Menurut Simonds 2006, karakteristik pergerakan pejalan kaki salah satunya ialah cenderung lebih memilih jarak terpendek dari suatu titik ke titik
lainnya. Hal yang diungkapkan oleh Simonds tersebut sesuai dengan penerapan pembuatan link utara dengan memindahkan pintu masuk pejalan kaki lebih ke
utara. Dengan demikian terbentuk jalur yang menghubungkan area luar dengan area Wisma Metropolitan 1 dan drop off utara World Trade Center 1 dengan jarak
yang lebih pendek. Hardscape
Material perkerasan pada link utara ini, yaitu floor hardener yang digunakan sebagai jalur pejalan kaki. Sementara untuk ramp dan crossover
digunakan material yang sama dengan zona penerimaan, yaitu andesit abu towo dan white basalto. Material tersebut digunakan untuk seluruh elemen ramp dan
crossover. Hal tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kesatuan unity desain. Floor hardener merupakan suatu bahan yang digunakan untuk melapisi,
meratakan, dan menghaluskan permukaan beton untuk paving Harris dan Dines, 1998. Penggunaan material floor hardener pada area link, baik utara maupun
selatan bertujuan untuk membedakan area ini dengan area utama area kafetaria, drop off, plaza, dan shared space bagi pejalan kaki. Sehingga kesan ekslusifitas
akan dirasakan saat berada di area utama tersebut dengan penggunaan material
andesit dan granit white basalto. Contoh material floor hardener pada zona rute 1 terdapat pada Gambar 56.
Gambar 56 Aplikasi Floor Hardener Jalur pejalan kaki di sepanjang link utara ini berada pada ketinggian 15 cm
di atas permukaan jalan aspal dengan dibatasi oleh kerb di sisi luarnya. Menurut Harris dan Dinnes 1998, ketinggian ideal jalur pejalan kaki antara 125 s.d. 175
mm di atas permukaan jalan. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki, karena kendaraan yang berjalan akan dibatasi oleh
ketinggian kerb tersebut. Pada zona rute 1 terdapat pula area gerbang masuk lapangan parkir utara,
yaitu yang berada di sebelah timur teras kafe Wisma Metropolitan 1 dan sebelah utara drop off plaza World Trade Center 1. Pada area gerbang masuk lapangan
parkir utara ini dibuat path island, yang menghubungkan link utara dengan area drop off utara plaza World Trade Center 1 Gambar 57.
Menurut Christansen 2005, island dalam pengertian lanskap dan transportasi ialah suatu area yang dikelilingi perkerasan dan biasanya dibatasi oleh
kerb, yang berfungsi untuk memandu pengguna jalan, pembatas, dan sebagai estetika lingkungan. Dalam hal ini path island yang dibuat bermanfaat untuk
mengarahkan pejalan kaki yang akan menyeberang dari link utara menuju drop off utara World Trade Center 1. Selain itu juga berfungsi untuk mengatur dan
mengendalikan kendaraan yang melintas di area tersebut, sehingga memberikan rasa aman bagi pejalan kaki yang menyebrang.
Gambar 57 Ilustrasi 3 Dimensi Path Island Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Jalur penyebrangan crossover pejalan kaki tersebut berada pada ketinggian 15 cm di atas permukaan jalan aspal. Dengan ramp di sisi kanan dan
kirinya yang menghubungkannya dengan jalan aspal tersebut. Ramp tersebut berfungsi untuk menandakan adanya jalur penyebrangan crossover kepada
pengendara kendaraan. Dalam konsep shared space, ramp merupakan suatu elemen yang penting. Dengan adanya ramp tersebut kecepatan kendaraan akan
menurun ketika akan melintasi jalur crossover tersebut. Dengan demikian konsep ini juga telah memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
Di ujung barat zona rute 1 terdapat area teras kafe Wisma Metropolitan 1. Teras kafe tersebut merupakan area eksisting yang diperbaiki dan ditingkatkan
kualitasnya sebagai ruang sosial di kawasan perkantoran. Area ini merupakan ruang yang digunakan user sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi sambil
istirahat makan dan minum di teras luar ruangan. Akan tetapi, seperti yang telah dijelaskan pada tahap riset dan analisis sebelumnya, area ini memiliki kualitas
ruang sosial yang rendah. Sehingga memberikan rasa kurang nyaman bagi user yang memanfaatkan area ini.
Tidak jauh berbeda dengan tahap desain konsep sebelumnya, elemen kanopi ditempatkan di area ini untuk mendukung aktifitas di bawahnya. Sehingga
user akan merasa lebih nyaman ketika makan, istirahat, maupun berkumpul di area ini. Jajaran pohon palem ditempatkan di sisi jalan teras kafe, hal tersebut
selain untuk membatasi area kafe dengan jalan, juga berfungsi untuk meningkatkan nilai visual dan estetika Gambar 58.
Gambar 58 Ilustrasi 3 Dimensi Teras Kafe Wisma Metropolitan 1 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Seperti yang telah dijelaskan pada tahap desain konsep, dalam konsep shared space, peran dari kerb sebagai pemisah antara jalur kendaraan dan pejalan
kaki digantikan oleh berbagai elemen lanskap sebagai batas imajiner, seperti pohon, bolard, bangku, planter, dinding rendah low walls, dan lain-lain Heinz,
2009. Dengan tidak masifnya pemisah jalur tersebut, seperti kerb, maka pengendara kendaraan akan lebih berhati-hati dalam berkendara saat berada di
area dengan intensitas pejalan kaki yang cukup tinggi. Pohon palem dan planter yang ditempatkan di area teras kafe tersebut
merupakan batas imajiner yang bersifat tidak masif antara jalur kendaraan dan pejalan kaki sebagai pengganti peran kerb. Akan tetapi desain dari planter
tersebut dengan tinggi 110 cm dan luas permukaan 140 cm x 140 cm justru membuat pemisahan jalur tersebut menjadi masif. Hal tersebut dapat melemahkan
konsep shared space yang digunakan. Dimensi dan ukuran planter tersebut dapat mengganggu pandangan dari
user yang sedang duduk di area teras kafe. Titik pandang seseorang ketika sedang duduk berada pada ketinggian 120 cm di atas permukaan lantai Harris dan Dines,
1998 Gambar 59. Akan tetapi berdasarkan ilustrasi Booth 1983, pandangan
user yang sedang duduk terbuka paling tidak hingga ketinggian sekitar 60 cm atau hampir setara dengan tempat duduk tersebut Gambar 60.
Gambar 59 Titik Pandang Seseorang Ketika Duduk Sumber: Harris dan Dines, 1998
Gambar 60 Area Pandang Seseorang Ketika Duduk Sumber: Booth, 1983
Dengan ukuran tinggi 110 cm seperti pada ilustrasi 3 dimensi Gambar 58 di atas, pandangan mata ke arah jalan memang tidak terhalang, akan tetapi tinggi
tersebut akan mengganggu pandangan arah bawah user. Selain itu juga kondisi tersebut akan membuat user merasa kurang nyaman karena akan merasa terhimpit
oleh dinding kafe di satu sisi dan planter di sisi lainnya. Dengan pengurangan tinggi planter menjadi sekitar 60 cm akan lebih
membuka pandangan user yang duduk di area teras kafe tersebut. Sehingga membuat user merasa lebih nyaman dalam beraktifitas dan memanfaatkan ruang
teras kafe tersebut, baik berinteraksi, berkumpul, maupun istirahat makan siang, dan lain-lain.
Softscape Penataan vegetasi pada zona rute 1 ini didominasi desain vegetasi
pengarah. Pada link utara, ditempatkan Gardenia carinata yang berada di area lapangan parkir utara. Gardenia carinata memiliki bentuk tajuk bulat, menurut
Ingels 2004, tipe tajuk tersebut dapat digunakan sebagai tanaman tepi jalan atau pengarah. Selain itu juga dapat difungsikan sebagai pohon area parkir untuk
lapangan parkir di sebelah utara pohon. Gardenia carinata ini dipilih karena difungsikan sebagai pohon pengarah
pejalan kaki. Dengan demikian tidak hanya aspek pengarah tetapi juga aspek estetika, yaitu pertimbangan warna dan corak juga harus diperhatikan. Pohon ini
memiliki bunga berwarna kuning, sehingga dapat juga berfungsi sebagai feature tree yang akan memberikan kesan visual kepada pejalan kaki.
Di area path island yang merupakan gerbang masuk lapangan parkir utara, ditempatkan pohon Alstonia scholaris yang menjadi pohon entrance menuju area
lapangan parkir. Selain itu ditempatkan pula pohon kamboja kuning Plumeria rubra di area path island dan kamboja merah di area drop off utara World Trade
Center 1. Berdasarkan pengelompokan bentuk tajuk menurut Booth 1983, pohon
Alstonia scholaris dapat dikategorikan ke dalam bentuk tajuk kolumar dan Plumeria rubra termasuk ke dalam bentuk tajuk unik picturesque. Lebih jauh
Booth menerangkan bahwa pohon bertajuk kolumnar akan memiliki efek yang baik jika ditempatkan dalam jarak yang tidak terlalu rapat dan jumlah yang sangat
sedikit pada lokasi tertentu. Dalam keseluruhan desain vegetasi Kompleks Metropolitan Jakarta, pohon
Alstonia scholaris digunakan sebagai pohon entrance sekunder, dimana Khaya senegalensis yang menjadi pohon entrance primer. Sebagai pohon entrance
sekunder, Alstonia scholaris ditempatkan di titik masuk area tertentu, seperti gerbang masuk ke area lapangan parkir utara pada zona rute 1 ini dengan jumlah
yang terbatas untuk mendapatkan efek yang baik dari pohon ini. Di bawah pohon Alstonia scholaris ditempatkan pohon palem Carpentaria
acuminata. Palem ini berperan pula sebagai pohon entrance sekunder yang menyambut user di area gerbang masuk lapangan parkir Gambar 61. Akan tetapi
kehadiran palem ini justru akan saling mengganggu pertumbuhan kedua tanaman, baik Alstonia scholaris maupun Carpentaria acuminata sendiri. Pertumbuhan
cabang dan ranting Alstonia scholaris akan terhambat oleh tinggi palem tersebut, sebaliknya pertumbuhan palem Carpentaria acuminata akan terhambat karena
terhalangnya sinar matahari oleh batang dan tajuk Alstonia scholaris yang memiliki tinggi lebih dari 10 meter.
Gambar 61 Ilustrasi 3 Dimensi Gerbang Masuk Area Lapangan Parkir Utara Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Pemilihan palem sebagai tanaman yang mendampingi Alstonia scholaris sebagai pohon entrance sekunder yang menyambut user di gerbang masuk
lapangan parkir sudah tepat. Akan tetapi palem yang digunakan sebaiknya adalah palem dengan ketinggian yang lebih rendah sekitar 6 meter, seperti palem merah
Cyrtostachis renda. Selain ketinggian yang rendah, Cyrtostachis renda juga dapat memberi aksen dan nilai visual dengan corak warna merah dan hijau muda
yang dimiliknya Gambar 62.
Gambar 62 Cyrtostachis renda Palem Merah
Bentuk tajuk unik picturesque pada Plumeria rubra dapat digunakan sebagai pohon aksen yang ditempatkan pada lokasi yang menarik. Sama halnya
dengan Alstonia scholaris, Plumeria rubra pun akan memberikan efek yang baik jika ditanam dalam jumlah yang sedikit, sehingga dapat menjadi aksen pada area
tersebut. Pada area path island, Plumeria rubra kuning menjadi pengarah dan
pemberi nilai visual dan estetika kepada user, terutama pejalan kaki yang melintasi area path island. Sementara itu Plumeria rubra merah yang berada di
tiap ujung area drop off utara World Trade Center 1 diarahkan sebagai frame yang membingkai area drop off tersebut dari arah utara. Contoh soft material yang
digunakan pada zona rute 1 terdapat pada Gambar 63.
a b
c
d Gambar 63 Soft Material Zona Rute 1
a Alstonia scholaris
b Carpentaria acuminata
c Gardenia carinata
d Plumeria rubra
5.4.4.3 Zona rute 2
Pada tahap pengembangan desain, zona rute 2 mencakup area link selatan, reserved parking selatan, drop off selatan World Trade Center 1, dan area
kafetaria Wisma Metropolitan 2. Area link selatan tersebut menghubungkan pintu masuk selatan dengan area drop off selatan World Trade Center 1 dan teras kafe
Wisma Metropolitan 2 Gambar 64 dan 65.
Gambar 64 Site Plan Zona Rute 2 Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Link selatan tersebut mengakomodir akses user untuk masuk dan keluar kawasan Kompleks Metropolitan dari Jalan Bek Murad. Berbeda halnya dengan
link utara, selain diperuntukkan bagi pejalan kaki, link selatan juga dapat diakses oleh pengguna kendaraan. Hal tersebut untuk mengakomodir user yang membawa
kendaraan melalui Jalan Prof. Dr. Satrio di sebelah barat Kompleks Metropolitan. Pada tahapan desain konsep sebelumnya, jalur masuk pejalan kaki berada
di sebelah timur jalur masuk kendaraan. Jalur pejalan kaki tersebut menghubungkan sisi selatan tapak dengan area teras kafe Wisma Metropolitan 2
dan drop off selatan World Trade Center 1. Pada tahap pengembangan desain, jalur masuk tersebut dipindahkan ke sebelah barat jalur masuk kendaraan tersebut
Gambar 66.
98
Gambar 65 Detail Site Plan Zona Rute 2 Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Gambar 66 Ilustrasi 3 Dimensi Pintu Masuk Selatan Pejalan Kaki Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Pada kondisi eksisting, terdapat area lapangan tenis di sebelah barat jalur masuk kendaraan. Pemindahan jalur masuk pejalan kaki tersebut berdampak pada
pengurangan area lapangan tenis dari dua lapangan menjadi satu lapangan tenis. Selain itu dilakukan pula pelebaran jalur masuk kendaraan. Sebelumnya hanya
terdapat 2 jalur, pada tahap pengembangan desain dibuat menjadi 3 jalur dengan jalur paling timur menjadi akses keluar kendaraan dari kawasan Kompleks
Metropolitan Gambar 67.
Gambar 67 Ilustrasi 3 Dimensi Pintu Masuk Selatan Kendaraan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Pengurangan area lapangan tenis yang dilakukan didasarkan pada rendahnya intensitas penggunaan lapangan tenis tersebut. Maka PT Sheils Flynn
Asia mengajukan pembuatan jalur masuk baru dengan mengurangi satu area lapangan tenis. Pembuatan jalur masuk tersebut dianggap lebih memiliki nilai
fungsional yang lebih tinggi dibandingkan dengan mempertahankan satu area lapangan tenis di selatan tapak tersebut.
Sesuai dengan yang diungkapkan Hakim dan Utomo 2002, salah satu yang menjadi faktor kenyamanan dalam pergerakan horizontal pada manusia
adalah perubahan arah yang lebih mudah. Dalam tahap sebelumnya, link selatan ini menggunakan pola sirkulasi dengan adanya patahan arah sebesar 50° setelah
crossover lihat kembali Gambar 41 dan 42. Perubahan arah tersebut dapat mengakibatkan penumpukan user terutama saat waktu sibuk, seperti di waktu
istirahat. Hal yang sama diungkapkan oleh Simonds 2006, untuk menciptakan
pergerakan yang yang relatif cepat, pola sirkulasi lebih baik menggunakan bentuk yang efisien dan langsung mengarahkan user ke tujuan. Pembuatan link selatan
pada tahap ini dimaksudkan untuk membuat jalur yang lebih efisien dan menghindari terjadinya penumpukan user dengan meminimalisir perubahan arah
yang drastis. Pada zona rute 2 ini terdapat pula area lapangan parkir pesanan reserved
parking yang terletak di arah timur dan utara jalur masuk kendaraan. Pada kondisi eksisting, area ini memang merupakan area lapangan parkir. Akan tetapi
penataannya tidak baik dan memiliki sirkulasi yang membingungkan, sehingga kurang memberikan aksesibilitas yang baik bagi user lihat kembali Gambar 13.
Sejak tahap desain konsep, pola sirkulasi pada area lapangan parkir ini mulai diperbaiki. Hal yang paling diperhatikan adalah pola parkir yang berada di
sebelah timur jalur masuk kendaraan. Pada kondisi eksisting, pola sirkulasi memanjang dari barat
– timur, tanpa adanya pintu masuk yang jelas ke dalam area tersebut. Sementara itu pada tahap desain, pola tersebut dirubah dengan bentuk
memanjang dari utara – selatan, dengan satu pintu masuk lapangan parkir yang
berada di utara Gambar 68. Menurut Harris dan Dines 1998, pola sirkulasi dengan pola memanjang
tersebut termasuk ke dalam bentuk linier. Dengan pola sirkulasi berbentuk linier, maka alur sirkulasi akan lebih jelas dan terarah. Sebetulnya kondisi eksisting saat
ini sudah menggunakan bentuk linier, akan tetapi tidak jelasnya jalur masuk dan keluar area lapangan parkir membuat pola sirkulasi menjadi tidak terarah. Hal
tersebut akan menyulitkan pengendara kendaraan dalam mencari ruang parkir yang kosong.
Gambar 68 Ilustrasi 3 Dimensi Reserved Parking Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Penempatan pintu masuk pada utara bagian lapangan parkir membuat alur sirkulasi menjadi terkonsentrasi di area tersebut. Dengan demikian pengendara
yang akan parkir di area ini akan masuk dan keluar lapangan parkir melalui pintu yang sama. Di dalam area parkir pun, pengendara tidak akan kesulitan dalam
mencari ruang parkir karena sirkulasi akan membentuk putaran yang mengelilingi area lapangan parkir tersebut.
Hardscape Sama halnya dengan link utara, penggunaan material perkerasan pada link
selatan pun menggunakan material floor hardener. Demikian pula dengan area drop off dan teras kafe Wisma Metropolitan 2 digunakan material andesit sebagai
material perkerasan. Hal yang membedakan antara kedua link ini adalah penggunaan elemen kanopi pada link selatan.
Pada tahapan ini PT Jakarta Land memutuskan untuk menyerahkan desain dan struktur kanopi di seluruh area kawasan Kompleks Metropolitan kepada
Aedas Pte Ltd sebagai konsultan arsitektur. Hal itu dilakukan untuk menciptakan kesatuan unity dan keharmonisan dalam desain struktur yang ada di area
Kompleks Metropolitan. Akan tetapi penempatan dan pola sirkulasi berkanopi covered walkway tetap menjadi bagian dari tugas PT Sheils Flynn Asia.
Aedas Pte Ltd sebagai konsultan arsitektur yang merancang bangunan World Trade Center 2 juga membuat berbagai elemen struktur yang menunjang
bangunan World Trade Center 2 tersebut, seperti struktur area masuk kawasan World Trade Center 2 Gambar 69. Oleh karena itu untuk mempertahankan dan
menyelaraskan konsep yang telah dibuat, maka kanopi di area Kompleks Metropolitan diserahkan pula kepada Aedas Pte Ltd.
Gambar 69 Ilustrasi 3 Dimensi Struktur Area Masuk World Trade Center 2 Sumber: Aedas Pte Ltd
Jalur pejalan kaki pada link selatan ini dilengkapi dengan kanopi dimulai dari pintu masuk pejalan kaki hingga area drop off World Trade Center 1.
Penggunaan elemen kanopi pada link selatan ini dimaksudkan untuk memecahkan dominasi bangunan tinggi yang berada pada zona rute 2, yaitu bangunan World
Trade Center 1 dan Bangunan Pusat Energi Energy House. Hal tersebut yang mendasari tidak digunakannya elemen kanopi pada link utara.
Menurut Booth 1983, bangunan tinggi yang berada di sekeliling manusia dengan rasio perbandingan jarak dan tinggi kurang dari 1 akan menyebabkan
kesan tertutup dan tidak nyaman Gambar 70. Oleh karena itu perlu adanya elemen yang mengurangi dominasi bangunan tinggi tersebut untuk mengurangi
kesan tertutup. Selain itu, elemen kanopi juga dapat memberikan nilai visual dan
estetika selain juga dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman bagi user yang berjalan di bawahnya Gambar 71.
Area teras kafe Wisma Metropolitan 2 pada umumnya sama dengan teras kafe Wisma Metropolitan 1 pada zona rute 1 yang telah dibahas sebelumnya
Gambar 72. Perbedaan terletak pada pengaplikasian dalam menghubungkan perbedaan level ketinggian permukaan ground level. Zona rute 2 dan juga
lapangan parkir selatan memiliki level ketinggian permukaan yang lebih rendah dari zona entrance dengan selisih sekitar 1 meter. Dengan demikian diperlukan
penerapan yang berbeda dalam hal desain pada area ini.
Gambar 70 Rasio Jarak dan Tinggi Bangunan Kurang dari 1 Memberi Kesan Tertutup dan Tidak Nyaman Sumber: Booth, 1983
Gambar 71 Ilustrasi 3 Dimensi Covered Walkway Mengurangi Kesan Tertutup dan Tidak Nyaman dari Bangunan Tinggi di Sekelilingnya
Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Menurut Booth 1983, terdapat dua cara dalam menghubungkan dua
permukaan perkerasan yang memiliki perbedaan level ketinggian, yaitu ramp dan tangga. Dalam hal ini perbedaan level ketinggian tersebut digunakan pula oleh
kendaraan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut dibuat ramp dengan rasio 1:12 yang menghubungkan link selatan dan lapangan parkir selatan dengan area
entrance Gambar 73.
Gambar 72 Ilustrasi 3 Dimensi Area Teras Kafe Wisma Metropolitan 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 73 Ilustrasi 3 Dimensi Ramp dan Tangga Area Teras Kafe Wisma Metropolitan 2
Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG Sementara itu di dalam area teras kafe dibuat tangga untuk
menghubungkan perbedaan level ketinggian tersebut. Tangga tersebut menghubungkan ramp dan area entrance dengan area teras kafe yang memiliki
level ketinggian lebih rendah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penggunaan tangga dalam mengatasi perbedaan level ketinggian lebih efisien
karena memiliki jarak horizontal yang lebih pendek. Dengan demikian untuk menghubungkan perbedaan level permukaan yang digunakan hanya untuk pejalan
kaki, penggunaan tangga akan lebih ideal. Menurut Harris dan Dines 1998, ramp berada pada posisi ideal bila
memiliki rasio kemiringan 1:12 atau 8,33 . Pada kemiringan tersebut, pejalan kaki tidak akan merasa kelelahan dan kendaraan pun tidak mengalami kesulitan
dalam menanjaki ramp tersebut. Lebih jauh lagi Booth menjelaskan bahwa ramp membutuhkan jarak horizontal yang lebih panjang untuk mengakomodir
perubahan level ketinggian tersebut Gambar 74.
Gambar 74 Perbandingan Jarak Horizontal Tangga dan Ramp Sumber: Booth, 1983
Softscape Sementara itu dalam penataan vegetasi pada zona rute 2 mengalami
perubahan yang cukup signifikan dari tahap desain konsep sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan terjadinya perubahan layout link selatan, sehingga vegetasi
pada zona ini yang merupakan vegetasi pengarah link tersebut ikut mengalami perubahan.
Pada area entrance, seperti halnya entrance pada zona lainnya, pada zona rute 2 pun ditempatkan pohon Khaya senegalensis sebagai pohon entrance
primer. Dengan penempatan pohon Khaya senegalensis pada semua area entrance, maka tercipta kesatuan dan keharmonisan desain dari pengulangan
elemen pohon tersebut lihat kembali Gambar 67.
Demikian pula halnya dengan pintu masuk area lapangan parkir, pada area ini ditempatkan pohon Alstonia scholaris yang menjadi pohon entrance sekunder
Gambar 75. Akan tetapi terdapat hal yang dapat mengurangi nilai kesatuan yang akan dicapai pada desain ini, yaitu tidak terdapatnya pohon palem yang
mendampingi Alstonia scholaris sebagai pohon entrance sekunder. Pada pintu masuk area lapangan parkir utara dan selatan, terdapat kedua pohon tersebut yang
digunakan sebagai pohon entrance sekunder dari arah Wisma Metropolitan 1 dan 2. Akan tetapi penerapan desain tersebut tidak dilakukan pada area ini.
Gambar 75 Ilustrasi 3 Dimensi Gerbang Masuk Area Reserved Parking Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Salah satu hal yang mendasari tidak diterapkannya desain vegetasi tersebut pada area reserved parking selatan ini adalah keterbatasan area tanam. Pada area
ini island yang tersedia sebagai area entrance tidak sebesar pada zona lainnya, sehingga vegetasi yang dipilih hanya pohon Alstonia scholaris saja.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pemilihan palem yang mendampingi Alstonia scholaris sebaiknya adalah palem dengan ukuran yang
lebih kecil, seperti Cyrtostachis renda palem merah. Dengan demikian, maka dapat diterapkan pada island dengan area tanam yang lebih sempit. Hal tersebut
dikarenakan jarak penanaman antara Alstonia scholaris dengan Cyrtostachis renda dapat lebih dekat dibandingkan dengan Carpentaria acuminata.
Sementara itu pada area parkir diusulkan pohon Brahea edulis yang berfungsi sebagai pengarah parkir. Pemilihan pohon area parkir pada zona rute 2
ini dibedakan dengan lapangan parkir utara dan selatan yang berupa pohon bertajuk bulat. Hal tersebut dikarenakan area parkir ini merupakan area parkir
pesanan reserved parking, sehingga memiliki tingkat eksklusifitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu vegatasi pada area ini juga dipilih pada vegetasi yang
memiliki daya tarik lebih tinggi secara gengsi, visual, dan estetika. Vegetasi di sepanjang link selatan diusulkan pada tanaman yang berfungsi
sebagai pengarah, yaitu palem Areca catechu. Menurut Lestari dan Kencana 2008, palem Areca catechu merupakan tanaman yang berfungsi sebagai vegetasi
pengarah karena bentuk batangnya yang lurus dan tidak bercabang. Palem ini berada di sepanjang sisi kiri dan kanan link selatan yang berkanopi.
Berbeda halnya dengan vegetasi pengarah di link utara yang berupa pohon bertajuk bulat, pada link selatan vegetasi pengarah berupa palem. Hal tersebut
dikarenakan tidak adanya struktur kanopi pada link utara, sehingga digunakan pohon pengarah yang sekaligus dapat menjadi penaung. Sedangkan pada link
selatan ini, sudah terdapat struktur kanopi yang berfungsi sebagai penaung bagi pejalan kaki, sehingga diusulkan pohon palem yang berperan sebagai pengarah.
Selain itu palem Areca catechu ini juga memiliki tinggi mencapai 25 meter, sehingga dapat pula menjadi pemecah dominasi bangunan tinggi di sekitarnya.
Beberapa pohon yang memiliki corak dan warna juga ditempatkan di area link selatan ini, seperti Plumeria rubra kuning dan Gardenia carinata. Pohon
tersebut berfungsi sebagai feature tree yang memberi nilai visual dan estetika. Pada area drop off selatan, penataan vegetasi merupakan pengulangan dari
vegetasi drop off utara, dengan menggunakan pohon Plumeria rubra merah. Pengulangan vegetasi tersebut bertujuan untuk menciptakan keseimbangan
balance dalam desain. Menurut Ingels 2004, keseimbangan dengan melakukan pencerminan merupakan contoh keseimbangan yang simetris. Desain dengan pola
yang simetris tersebut akan menciptakan kesan formal. Dengan demikian kesan formal yang kuat pada zona entrance utama dapat diteruskan ke area drop off
World Trade Center 1 Gambar 76. Contoh soft material yang digunakan pada zona rute 2 dapat dilihat pada Gambar 77. Ilustrasi penataan vegetasi pada zona
rute 2 secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 78.
Gambar 76 Ilustrasi 3 Dimensi Drop off Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
a b
c
d e
Gambar 77 Soft Material Zona Rute 2 a
Alstonia scholaris b
Gardenia carinata c
Areca catechu d
Brahea edulis e
Plumeria rubra
Gambar 78 Ilustrasi 3 Dimensi Vegetasi Zona Rute 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
5.4.4.4 Zona lapangan parkir
Zona yang terakhir pada penataan lanskap kawasan Kompleks Metropolitan, yaitu zona lapangan parkir. Zona ini terdiri dari area lapangan
parkir utara dan selatan. Kedua area lapangan parkir tersebut merupakan area eksisting kawasan Kompleks Metropolitan yang diperbaiki dan ditata ulang oleh
PT Sheils Flynn Asia. Pada tahap desain konsep sebelumnya, kedua area lapangan parkir ini
mengalami perubahan layout yang cukup signifikan dari kondisi eksisting. Seperti yang terdapat pada Gambar 33 sebelumnya, layout parkir ditata ulang, sehingga
memiliki sudut yang sama pada setiap island. Sedangkan pada kondisi eksisting lihat kembali Gambar 13 layout parkir tidak memiliki sudut yang sama,
sehingga terdapat ketidakteraturan pola atau ritme island. Pada awalnya, tim desain PT Sheils Flynn Asia melakukan perubahan
layout pada area lapangan parkir untuk membentuk suatu irama yang baik pada island lapangan parkir tersebut. Selain itu juga perubahan layout akan
memberikan ruang parkir yang lebih banyak daripada kondisi eksisting sebelumnya. Dengan demikian perubahan itu tidak hanya memberikan dampak
yang baik secara desain tetapi juga memberikan keuntungan secara ekonomi. Pada kondisi eksisting saat ini ruang parkir di area lapangan parkir utara
mencapai 420 ruang dan 440 ruang pada area lapangan parkir selatan, sehingga
total ruang parkir eksisting mencapai 860 ruang parkir. Dengan layout parkir yang diubah pada tahap desain konsep, ruang parkir di area lapangan parkir utara dapat
mencapai 446 ruang dan 454 ruang pada area lapangan parkir selatan. Dengan demikian total ruang parkir dengan layout tersebut mencapai 900 ruang parkir
Tabel 7. Tabel 7 Data Ruang Parkir tiap Tahap
Zona Eksisting
Desain Konsep Pengembangan
Desain
Penerimaan 42
42 42
Rute 2 125
115 115
Parkir Utara 420
446 420
Parkir Selatan 440
454 430
Total 1027
1057 1007
Berdasarkan masukan dari klien pada saat presentasi tahap desain konsep, perubahan layout pada area tersebut akan dapat menghabiskan biaya yang cukup
besar. Meskipun perubahan tersebut dapat memberikan ruang parkir yang lebih banyak, tapi biaya yang harus dikeluarkan untuk merombaknya pun tidak sedikit.
Selain itu, klien berpendapat bahwa penambahan ruang parkir dinilai tidak begitu penting dan mendesak. Hal tersebut dikarenakan pada area bangunan World Trade
Center 2 sedang dibangun ruang parkir baru yang dirancang oleh Aedas Pte Ltd. Pertimbangan dan masukan tersebut diaplikasikan oleh PT Sheils Flynn
Asia pada desain area parkir di tahap pengembangan. Pada tahap pengembangan desain, layout area parkir mengacu berdasarkan layout eksisting. Dengan
demikian desain yang telah dibuat pada tahap desain konsep mengalami perubahan, akan tetapi tetap sesuai dengan konsep yang telah diterapkan
sebelumnya Gambar 79 - 81. Menurut Harris dan Dines 1998, terdapat beberapa standar acuan dalam
desain area parkir. Hal tersebut didasarkan pada beberapa variabel, seperti sudut parkir, koridor jalan, dan lebar raung parkir. Standar desain area parkir menurut
Harris dan Dines dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 82.
Gambar 79 Site Plan Zona Lapangan Parkir Utara dan Selatan Tahap Pengembangan Desain
Sumber: PT Sheils Flynn Asia Tabel 8 Standar Desain Area Parkir Sumber: Harris dan Dines, 1998
Sudut x Lebar a
Panjang b Lebar Koridor
c Lebar d
90
o
2,440 2,590
2,740 5,485
5,485 5,485
8,530 – 9,750
7,620 – 8,840
7,010 – 8,230
-
60
o
2,440 2,590
2,740 5,970
5,485 5,180
5,790 5,485
5,180 2,820
2,995 3,175
45
o
2,440 2,590
2,740 5,610
5,690 5,815
3,660 3,350
3,350 3,450
3,660 3,885
30
o
2,440 2,590
2,740 4,850
5,000 5,130
3,350 3,040
2,740 4,875
5,180 5,485
o
2,440 2,590
2,740 6,700
6,700 7,010
3,350 3,505
3,660 -
112
Gambar 80 Detail Site Plan Area Lapangan Parkir Utara Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
113
Gambar 81 Detail Site Plan Area Lapangan Parkir Selatan Tahap Pengembangan Desain Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Gambar 82 Standar Desain Area Parkir Sumber: Harris dan Dines, 1998 Berdasarkan acuan tersebut, lapangan parkir utara dan selatan pada
kawasan Kompleks Metropolitan ini termasuk ke dalam area parkir dengan sudut parkir 90
o
. Dengan demikian, bila lebar ruang parkir yang digunakan adalah 2,440 meter, maka panjang ruang parkir sebesar 5,485 meter dan lebar koridor jalan
berkisar antara 8,530 – 9,750 meter. Akan tetapi desain yang diterapkan oleh PT
Sheils Flynn Asia dalam penataan area parkir tersebut tidak memenuhi standar yang diungkapkan oleh Harris dan Dines tersebut Gambar 83
Gambar 83 Dimensi Desain Area Parkir Kompleks Metropolitan Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Tidak terpenuhinya standar desain area parkir tersebut dikarenakan keterbatasan area yang tersedia. Selain itu juga batasan yang diberikan klien
dalam penataan area parkir, yaitu dengan mempertahankan layout eksisting membuat desain yang diterapkan tidak dapat mengikuti seutuhnya standar yang
ada. Lebar ruang parkir telah mengacu pada standar menjadi 2,5 meter, akan tetapi panjang ruang hanya tersedia 4,5 meter. Hal tersebut dilakukan untuk
memaksimalkan koridor jalan yang merupakan jalur dua arah. Dalam hal ini untuk tercapainya standar desain area parkir, diperlukan
berbagai variasi desain yang terdapat pada standar acuan. Kendala yang ada dalam desain, yaitu sempitnya ruang antar island yang menyebabkan keterbatasan lebar
koridor. Berdasarkan standar tersebut, semakin kecil sudut parkir berpengaruh pada semakin kecilnya pula lebar koridor. Dengan demikian pemilihan sudut yang
digunakan oleh tim PT Sheils Flynn Asia tidak tepat, karena akan membutuhkan lebar koridor yang besar.
Pencapaian standar dapat dilakukan dengan menggunakan sudut parkir yang lebih kecil, yaitu 60
o
Gambar 84. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah panjang ruang, yang juga berpengaruh pada lebar koridor. Penggunaan panjang
ruang 5,18 meter akan membutuhkan lebar koridor yang paling kecil untuk sudut 60
o
, yaitu 5,18 meter.
Gambar 84 Dimensi Desain Area Parkir Berdasarkan Standar
Dengan demikian, jalur pada koridor dibuat satu arah. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah masuk dan keluarnya kendaraan ke ruang
parkir. Karena dengan sudut kurang dari 90
o
, kendaraan hanya dapat masuk dan keluar ruang parkir dari satu arah, berbeda halnya dengan penggunaan sudut 90
o
seperti yang dibuat oleh tim PT Sheils Flynn Asia. Sementara itu vegetasi yang digunakan pada area parkir merupakan
vegetasi penaung. Pada area parkir utara, diusulkan pohon Mimusoph elengi tanjung dan Pithecellobium dulce asam londo pada area parkir selatan
Gambar 85 dan 86. Perbedaan vegetasi pada kedua area parkir tersebut dilakukan untuk membuat perbedaan orientasi dan ciri vegetasi tiap area.
Gambar 85 Ilustrasi 3 Dimensi Area Parkir Utara Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 86 Ilustrasi 3 Dimensi Area Parkir Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Sama halnya dengan vegetasi pada gerbang masuk area parkir utara yang telah dijelaskan pada zona rute 1, pada area parkir selatan pun terdapat gerbang
masuk yang berada di ujung teras kafe Wisma Metropolitan 2. Pada gerbang masuk ini terdapat bundaran dengan sculpture di bagian tengahnya. Sculpture
tersebut menjadi foreground bagi vegetasi entrance sekunder di belakangnya Gambar 87.
Pembuatan area sculpture tersebut justru menurunkan nilai kesatuan dan keharmonisan desain. Hal tersebut dikarenakan tidak terdapatnya sculpture pada
gerbang masuk area parkir utara, sehingga tercipta kesan perbedaan kelas antara kedua area parkir tersebut. Dengan demikian sebaiknya penggunaan sculpture pun
dilakukan pada salah satu island di gerbang masuk area parkir utara. Contoh soft material pada zona lapangan parkir terdapat pada Gambar 88.
Gambar 87 Ilustrasi 3 Dimensi Gerbang Masuk Area Parkir Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
a b
Gambar 88 Soft Material Zona Lapangan Parkir a
Mimusoph elengi Parkir Utara b
Pithecellobium dulce Parkir Selatan
Secara umum desain yang diterapkan PT Sheils Flynn Asia telah menjawab beberapa masalah dan tujuan yang akan dicapai pada tahap analisis dan
konsep, diantaranya pembentukan ruang yang user friendly, penyederhanaan rute dan sirkulasi, area shared space, dan pembentukan karakter ruang dengan
penggunaan perbedaan material. Pemilihan material telah memperhatikan prinsip-prinsip desain, seperti
unity dan balance meskipun terdapat beberapa pemilihan material yang mengurangi nilai-nilai prinsip tersebut. Akan tetapi dalam pemilihan vegetasi,
sebagian besar bukan merupakan vegetasi aslilokal yang tidak sesuai dengan tujuan yang dirumuskan pada tahap konsep. Untuk mencapai tujuan konsep yang
ramah lingkungan, seharusnya penggunaan vegetasi sebagian besar merupakan vegetasi aslilokal yang low maintenance. Data vegetasi terdapat pada Tabel 9.
Tabel 9 Data Desain Vegetasi Kompleks Metropolitan Sumber: Lestari dan Kencana, 2008; Limin, 2008; Reine dan Trono, 2002
Nama Tanaman Intensitas
Pemeliharaan Fungsi
Asal
Khaya senegalensis Rendah
Entrance primer
Indonesia Roystonea regia
Sedang Axis
Amerika Tengah Ravenala
madagascariensis Sedang
Entrance Madagaskar
Gardenia carinata Sedang
Pengarah, feature tree
China Plumeria rubra
Sedang Pengarah,
aksen Amerika Tengah
Alstonia scholaris Rendah
Entrance sekunder
India, China Carpentaria acuminata
Sedang Entrance
sekunder Australia
Areca catechu Sedang
Pengarah Asia Tenggara
Brahea edulis Sedang
Parkir Mexico
Mimusoph elengi Rendah
Parkir India
Phitecellobium dulce Sedang
Parkir Amerika Tengah
Pada proyek A125 ini PT Sheils Flynn Asia telah berhasil membentuk beberapa ruang terbuka hijau baru untuk meningkatkan area hijau kawasan
Kompleks Metropolitan. Pada kondisi eksisting, area hijau pada batas tapak proyek ini sekitar 6.242 m
2
atau 9 dari luas tapak. Sementara itu hasil desain pada tahap pengembangan desain menunjukkan pertambahan ruang terbuka hijau
sekitar 2.476 m
2
menjadi 8.718 m
2
atau sebesar 15 dari luas tapak proyek A125 yang mencapai 8.719 m
2
. Dengan demikian desain yang dibuat oleh PT Sheils Flynn Asia pada proyek ini telah meningkatkan ketersedian area hijau kawasan
sebesar 6.
5.4.4.5 Zona World Trade Center 2 proyek A126
Zona ini merupakan proyek terpisah dari proyek penataan lanskap kawasan Kompleks Metropolitan, akan tetapi tetap merupakan bagian dari
kawasan kompleks tersebut. Pada proyek ini PT Sheils Flynn Asia bertugas mendesain lanskap area luar bangunan World Trade Center WTC 2.
Selain itu, PT Jakarta Land sebagai klien juga mengajukan bangunan World Trade Center 2 ini untuk memperoleh sertifikat BCA Building and
Construction Authority Green Mark. Oleh karena itu, lanskap area luar bangunan World Trade Center 2 menjadi suatu perhatian khusus dalam pencapaian sertifikat
tersebut lihat kembali Tabel 5. Lanskap area luar bangunan WTC 2 berada pada atap basemant, sehingga
lanskapnya termasuk ke dalam kategori roof garden taman atap. Secara umum desain yang diterapkan oleh tim PT Sheils Flynn Asia pada proyek ini ialah untuk
mengakomodir kebutuhan user pada ruang terbuka di area perkantoran. Selain itu juga dengan memperhatikan pemilihan vegetasi untuk tercapainya sertifikat BCA
Green Mark. Site Plan zona World Trade Center dapat dilihat pada Gambar 89. Secara umum, lanskap pada zona ini didesain dengan menyesuaikan
karakter bangunan WTC 2 yang dirancang oleh Aedas Pte Ltd. Karakter formal sangat terasa pada area ini dengan perwujudan elemen garis dan bentuk-bentuk
geometris, seperti partere dan planter. Secara keseluruhan, area World Trade Center 2 memiliki karakter yang
berbeda dengan bangunan lain di Kompleks Metropolitan. Hal tersebut dikarenakan sebagai bangunan baru maka WTC 2 memiliki gaya yang moderen,
elegan, dan mewah, selain itu terdapatnya sertifikasi BCA Green Mark pada bangunan ini juga menjadi salah satu faktor yang membedakannya dengan
bangunan lain. Oleh karena itu PT Sheils Flynn Asia sebagai perancang lanskap perlu menyesuaikan lanskap luar bangunan dengan bangunan WTC 2 itu sendiri.
Gambar 89 Site Plan Zona World Trade Center 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia
Area Drop off Pada area entrance yang terletak di sebelah barat tapak, terdapat ramp
yang menghubungkan jalan lingkar WTC 1 dengan drop off WTC 2. Di depan area drop off terdapat island dengan water feature dan artwork atau sculpture di
atasnya. Island tersebut berfungsi sebagai pengatur sirkulasi kendaraan yang melalui area drop off. Di utara tapak terdapat jalur menuju parkir basemant dan
jalur keluar ke arah lapangan parkir utara. Material yang digunakan pada permukaan area drop off ialah granit abu
impala africa dengan berbagai tipe, diantaranya slabs, setts, dan cobbles. Material ini dipilih untuk menyesuaikan karakter bangunan WTC 2 yang
berkarakter mewah dan elegan. Oleh karena itu material granit yang berkesan mewah, elegan, dan kuat digunakan pada hampir keseluruhan area luar bangunan
World Trade Center 2 ini. Vegetasi yang digunakan pada area drop off merupakan ground cover atau
tanaman penutup tanah dan semak. Hal tersebut dimaksudkan untuk membuka pandangan user pada area ini. Dengan demikian pandangan user ke arah bangunan
WTC 2 tidak terhalang oleh pohon. Di bagian utara didesain partere Ilex crenata dan Serissa foetida dengan pola yang kaku untuk menciptakan kesan formal. Pada
atap dinding pembatas diusulkan tanaman rambat Bauhinia cockiana untuk memberikan struktur visual pada dinding..
Sementara itu di bagian luar tapak ditempatkan beberapa pohon sebagai penghubung area lanskap WTC 2 dengan permukaan tanah di sekelilingnya yang
berada pada ketinggian 3 meter di bawah area lanskap WTC 2 ini. Selain itu pohon-pohon tersebut juga berfungsi sebagai screen area luar tapak. Pohon
tersebut, diantaranya Podocarpus nerifolius dan Palem Sabal palmetto. Contoh hard dan soft material pada area drop off terdapat pada Gambar 90 dan 91.
Ilustrasi desain pada area drop off World Trade Center 2 dapat dilihat pada Gambar 92 - 94.
a b c
Gambar 90 Hard Material Area Drop Off WTC 2 a Granite Slabs
b Granite Long Setts c Granite Cobbles
a b
c
d e
Gambar 91 Soft Material Area Drop Off WTC 2 a
Podocarpus nerifolius b
Sabal palmento c
Syzygium oleana d
Ilex crenata e
Serissa foetida
123
Gambar 92 Ilustrasi 3 Dimensi Area Drop Off World Trade Center 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 93 Potongan E Area Drop Off World Trade Center 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 94 Potongan F Area Drop Off World Trade Center 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Area podium barat Sementara itu desain di bagian podium lebih difungsikan pada kegiatan
relaksasi. Dalam desainnya, PT Sheils Flynn Asia menyediakan tempat yang nyaman bagi user untuk beristirahat, bersantai, dan beralaksasi pada area lanskap
tersebut. Terdapat beberapa elemen yang mendukung kegiatan user untuk memanfaatkan lanskap podium ini, seperti bench, pohon peneduh, planter,
tanaman climber, dan lain-lain. Tempat duduk pada area podium didesain dengan bentukan organik
menyerupai ombak yang juga berfungsi sebagai planter. Hal tersebut dilakukan untuk memecah kesan monoton dari partere Buxus carissa pada area podium
dengan tetap memperhatikan komposisi keseimbangan desain bench tersebut. Pohon Diospyros buxifolia ditanam berjajar di sepanjang podium. Pohon
tersebut ditanam di tempat dudukbench yang berbentuk ombak. Dengan demikian akan tercipta kesan teduh dan nyaman bagi user yang berada di area lanskap
podium ini. Selain ditanam pada tempat duduk, pohon tersebut juga ditempatkan pada planter berbentuk kotak dengan tinggi 0,65 meter. Dengan tinggi ini,
pandangan user yang duduk maupun berdiri tidak akan terganggu seperti yang telah dijelaskan pada desain planter di zona rute 1.
Bench dan planter tersebut diposisikan berada pada kolom struktur bangunan, yaitu basemant yang berada di bawahnya. Hal tersebut dilakukan untuk
memfokuskan beban bench dan planter pada kolom yang secara struktur lebih kuat. Dengan demikian lanskap yang termasuk ke dalam kategori roof garden ini
tidak membahayakan struktur bangunan. Selain itu tebal dari media tanam di kedua elemen tersebut hanya 1 meter, hal tersebut didasarkan pada perhitungan
konsultan struktur yang mengizinkan media tanam pohon maksimal 1 meter dan semak 0,3 meter Gambar 95.
Osmundson 1999 juga menyatakan bahwa penempatan pohon pada lanskap roof garden harus memperhatikan distribusi berat yang dihasilkan, berat
tersebut sebaiknya terdistribusikan pada kolom Gambar 96. Lebih jauh lagi Osmundson menyatakan bahwa tebal media tanam pada roof garden sekitar 76,2
cm atau lebih untuk pohon dan 15 – 61 cm untuk semak. Dengan demikian
penerapan desain yang dilakukan oleh PT Sheils Flynn Asia telah sesuai dengan referensi tersebut.
Gambar 95 Penempatan Planter dan Bench pada Struktur Kolom Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 96 Penempatan Elemen Pohon Roof Garden Sumber: Osmundson, 1999 Di sisi bangunan World Trade Center 2, dibuat plaza yang mengelilingi
bangunan tersebut. Selain sebagai akses user untuk menuju taman, plaza tersebut juga berfungsi sebagai koridor untuk jalur kendaraan pemadam kebakaran untuk
mengantisipasi situasi berbahaya seperti yang telah dijelaskan pada bagian analisis sebelumnya.
Material yang digunakan pada plaza ialah granit slabs dengan perrbedaan warna. Warna yang digunakan ialah abu nero impala dan putih star white yang
disusun secara acak Gambar 97. Hal tersebut dilakukan untuk menciptakan variasi pola yang berpengaruh pada nilai visual dan estetika, sehingga dapat
memecah suasana monoton. Contoh soft material pada area podium barat terdapat pada Gambar 98. Ilustrasi desain pada area podium barat dapat dilihat pada
Gambar 99 – 102.
a b
Gambar 97 Hard Material Area Podium a
Granit nero impala b
Granit star white
a b
Gambar 98 Soft Material Area Podium Barat WTC 2 a
Diospyros buxifolia b
Buxus carissa
129
Gambar 99 Ilustrasi 3 Dimensi Area Podium Barat 1 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
130
Gambar 100 Ilustrasi 3 Dimensi Area Podium Barat 2 Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 101 Potongan A Area Podium Barat Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Gambar 102 Potongan B Area Podium Barat Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
Area podium selatan dan timur Pada bagian podium selatan terdapat bangunan pelayanan kelistrikan yang
diusulkan oleh PT Skemanusa Consultana Teknik sebagai MEP Engineer proyek A126. Masifnya bangunan tersebut disiasati oleh tim PT Sheils Flynn Asia dengan
menempatkan tanaman rambat di atas bangunan tersebut, yaitu Bauhinia cockiana. Hal tersebut dilakukan untuk mereduksi kesan masif yang ditimbulkan
dan memberi struktur visual pada bangunan tersebut. Di bagian area entrance selatan ditempatkan Alstonia scholaris dan
Terminalia mantaly. Pemilihan kedua pohon tersebut pada area entrance tidak tepat. Area entrance ini merupakan area entrance ke dalam kawasan kompleks.
Dengan demikian pemilihan pohon yang sesuai seharusnya adalah Khaya senegalensis yang merupakan pohon entrance primer. Sedangkan Alstonia
scholaris merupakan pohon entrance sekunder. Selain itu di luar area podium selatan tersebut juga diusulkan beberapa
pohon sebagai pembatas dan screen pandangan, yaitu Calistemon viminalis, Eucalyptus deglupta, dan palem Sabal palmetto. Ilustrasi desain podium selatan
dapat dilihat pada Gambar 103. Di area podium timur terdapat beberapa saluran pembuangan udara yang
berada di lantai. Di antara saluran pembuangan tersebut ditanam groundcover, yaitu Osmoxylon lineare untuk mencegah user melewati area tersebut. Sama
halnya dengan area luar podium selatan, di bagian luar podium timur diusulkan pula beberapa pohon sebagai pembatas dan screen, yaitu Salix babylonica,
Eucalyptus deglupta, dan palem Sabal palmetto.Ilustrasi desain area podium timur dapat dilihat pada Gambar 104. Contoh soft material pada area podium selatan
dan timur terdapat pada Gambar 105.
134
Gambar 103 Ilustrasi 3 Dimensi Area Podium Selatan Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
135
Gambar 104 Ilustrasi 3 Dimensi Area Podium Timur Sumber: PT Sheils Flynn Asia, Digambar oleh: Rizki Ariesetya MG
a b
c
d e
f
g h
Gambar 105 Soft Material Area Podium Selatan dan Timur WTC 2 a
Alstonia scholaris b
Terminalia mantaly c
Eucalyptus deglupta d
Salix babylonica e
Calistemon viminalis f
Sabal palmetto g
Osmoxylon lineare h
Bauhinia cockiana
Perhitungan BCA Green Mark Berdasarkan desain yang telah diusulkan tersebut, kemudian PT Sheils
Flynn Asia melakukan perhitungan awal untuk melihat perkiraan perolehan poin sertifikat BCA Green Mark dari segi lanskap. Seperti yang telah dijelaskan pada
subbab Building and Construction Authority Green Mark sebelumnya, terdapat dua kategori penilaian dalam bidang lanskap, yaitu sistem irigasi dan penghijauan.
Dalam kategori sistem irigasi terdapat tiga penilaian, yaitu tidak menggunakan air konsumsi dalam irigasi, penggunaan sistem irigasi otomatis, dan
penggunaan tanaman toleran panas dengan sedikit pengairan dengan masing- masing alokasi 1 poin. Sementara itu dalam kategori penghijauangreen provision
juga terdapat tiga penilaian, yaitu penggunaan pupuk kompos, restorasi mempertahankan pohon pada tapak dengan masing-masing alokasi 1 poin dan
green plot ratio dengan alokasi maksimum 6 poin lihat kembali Tabel 6. Untuk kategori sistem irigasi, perolehan poin dari lanskap area bangunan
luar WTC 2 hanya didapat 1 poin, yaitu dari penilaian penggunaan tanaman toleran panas dengan sedikit pengairan. Sementara itu poin untuk penilaian
pertama dan kedua tidak dapat diaplikasikan pada tapak. Penggunaan air konsumsi dalam irigasi tanaman tetap harus dilakukan
dalam proses maintenance nantinya walaupun dalam intensitas yang rendah karena pemilihan tanaman rata-rata merupakan tanaman yang membutuhkan tidak
banyak air. Dengan demikian penilaian tidak menggunakan air konsumsi dalam irigasi tidak dapat tercapai.
Demikian pula halnya dalam penilaian kedua, penggunaan sistem irigasi otomatis tidak dapat dilakukan dalam proses maintenance. Selain membutuhkan
biaya yang cukup besar pada proses awal, keterbatasan sumberdaya manusia dalam konstruksi dan operasional juga menjadi hambatan dalam implementasi
penilaian kedua ini. Sementara itu dalam penilaian penggunaan vegetasi yang toleran panas
dan membutuhkan sedikit pengairan dapat terpenuhi. Secara umum, pemilihan vegetasi pada desain lanskap area bangunan luar WTC 2 ini sebagian besar telah
mencapai syarat tersebut Tabel 10. Sebagian besar tanaman merupakan tanaman yang toleran terhadap panas dan memiliki kebutuhan air yang tidak intensif.
Dengan demikian hanya satu dari tiga poin maksimal yang dapat diperoleh pada kategori pengairan dan lanskap.
Tabel 10 Data Desain Vegetasi Area World Trade Center 2 Sumber: Lestari dan Kencana, 2008; Limin, 2008; Reine dan Trono, 2002
Nama Tanaman Penyinaran
Kebutuhan Air
Asal Pohon Kecil
Diospyros buxifolia Cahaya penuh
Sedang Indonesia
Eucalyptus deglupta Cahaya penuh
Tinggi Papua Nugini,
Sulawesi Terminalia mantaly
Cahaya penuh Tinggi
Indonesia
Pohon Sedang
Alstonia scholaris Cahaya penuh
Tinggi India, China
Pohon Besar
Calistemon viminalis Cahaya penuh
Sedang Australia
Podocarpus nerifolius Semi naungan
Sedang Papua Nugini,
Kalimantan Salix babylonica
Semi naungan Sedang
China
Palem Kecil
Ptychospermae macarthurii Cahaya penuh
Sedang Australia
Rhapis excelsa Cahaya penuh
Sedang China
Palem Besar
Sabal palmetto Cahaya penuh
Tinggi Amerika Utara
Semak dan Groundcover
Axonopus compressus Cahaya penuh
Tinggi Amerika Selatan
Bauhinia cockiana Cahaya penuh
Tinggi Asia Tenggara
Buxus carissa Semi naungan
Sedang Philipina
Dietes bicolor Cahaya penuh
Sedang Afrika Selatan
Duranta repens Cahaya penuh
Sedang Amerika Selatan
Ilex crenata Cahaya penuh
Tinggi Amerika Utara
Osmoxylon lieare Cahaya penuh
Tinggi Asia Tenggara
Rhoeo discolor Cahaya penuh
Sedang India
Serissa foetida Cahaya penuh
Sedang China, Jepang
Syzyghium oleana Cahaya penuh
Sedang Philipina,
Kalimantan
Sementara itu dalam kategori grenery provision, poin yang dapat diperoleh sebanyak 5 poin. Dalam proses awal penanaman dan kegiatan maintanence
tanaman nantinya akan digunakan pupuk kompos sesuai dengan ketentuan BCA. Hal tersebut selain memperkecil biaya maintanance juga berdampak baik pada
lingkungan dengan meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia terhadap lingkungan.
Beberapa pohon eksisting pada tapak di luar kebutuhan struktur bangunan dipertahankan dalam desain ini. Hal tersebut memberikan satu poin tambahan dari
penilaian kedua pada kategori greneery provision ini. Untuk kategori ketiga, yaitu perhitungan green plot ratio, lanskap area luar bangunan WTC 2 memperoleh 3
poin dari 6 poin maksimal Tabel 11. Keseluruhan vegetasi yang diusulkan pada desain lanskap area luar
bangunan WTC 2 didata jumlah dan penutupan lahannya. Untuk rumput, semak, dan groundcover dihitung dari luas area tanam, dengan nilai green area index 1
untuk rumput dan 3 untuk semak dan groundcover. Sementara itu palem dan pohon dikategorikan menjadi beberapa bagian sesuai dengan radius tajuknya.
Palem memiliki nilai green area index sebesar 4 dan 6 untuk pohon. Nilai green area diperoleh dari jumlah hasil perkalian masing-masing luas
penutupan tajuklahan dengan jumlah tanaman dan green area index. Nilai green area yang diperoleh sebesar 44.988 m
2
. Setelah itu dihitung nilai perbandingan area hijau dengan luas tapak green plot ratio. Nilai ini diperoleh dari pembagian
hasil green area dengan luas tapak, dan diperoleh hasil perbandingan 2,6. Berdasarkan nilai green plot ratio yang diperoleh, maka poin yang didapat
dari penilaian green plot ratio pada kategori greenery provision sebesar 3 poin lihat kembai Tabel 6. Dengan demikian poin yang berhasil dikumpulkan pada
kategori greenery provision ini sebesar 5 poin dari 8 poin maksimal. Maka total poin yang berhasil dikumpulkan dari bidang lanskap sebesar 6 poin dari 11 poin
maksimal.
Tabel 11 Perhitungan Green Plot Ratio GnPR Jumlah
A Canopy Area
B Radius
C Green Area Index
D Green Area
AxBxC
2
xD m
2
Luas Tapak m
2
Rumput m2 1484
NA NA
1 1484
17382
Semak m2 3246
NA NA
3 9738
Palem Kecil 50
3,14 0,5
4 157
Palem Besar 61
3,14 2,5
4 4788,5
Pohon Kecil 31
3,14 3,5
6 7154,5
Pohon Sedang 1
3,14 5
6 471
Pohon Besar 20
3,14 7,5
6 21195
Total Green Area
44988 Green Plot Ratio GnPR
2,6 Poin GnPR 1,5 - 3 lihat Tabel 6
3 Poin
1 40
Hal tersebut menunjukkan kontribusi PT Sheils Flynn Asia dalam perolehan poin untuk mencapai sertifikat BCA Green Mark sebesar 55.
Berdasarkan kriteria penilaian BCA Green Mark pada Tabel 5, kedua kategori bidang lanskap tersebut termasuk ke dalam persyaratan lainnya. Persyaratan
tersebut memiliki nilai minimal yang harus dikumpulkan untuk mendapatkan sertifikat BCA Green Mark sebesar 20 poin dari 74 poin maksimal.
Dengan demikian untuk mencapai syarat minimal tersebut, maka tersisa 14 poin yang harus dikumpulkan oleh tim lain yang tergabung dalam proyek
pembangunan World Trade Center 2 ini, seperti arsitek, kontraktor, MEP Engineer, dan lain-lain. Dalam hal ini maka PT Sheils Flynn Asia sebagai
konsultan perancang lanskap area luar ruang WTC 2 telah berkontribusi sebesar 30 dari poin minimal yang harus dikumpulkan.
Dilihat dari kontribusi tersebut maka desain yang dibuat PT Sheils Flynn Asia dalam proyek ini telah cukup baik, walaupun poin maksimal di bidang
lanskap tidak dapat dicapai tetapi secara keseluruhan desain ini telah memberikan kontribusi yang cukup, yaitu sebesar 30 dari poin keseluruhan.
Sementara itu, pada proyek A126 ini PT Sheils Flynn Asia telah berhasil membentuk ruang terbuka hijau sekitar 4.730 m
2
. Area hijau tersebut memiliki persentase 29 dari luas area World Trade Center 2 yang mencapai 16.250 m
2
. Dengan demikian, secara keseluruhan PT Sheils Flynn Asia telah membentuk
13.450 m
2
area hijau pada kawasan Kompleks Metropolitan. Hal tersebut memberikan peningkatan ketersediaan area hijau kawasan dari 8 menjadi 17
dari luas kompleks yang mencapai 80.000 m
2
8 ha.
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan