Tindakan Kolektif Collective Action

Tabel 2 Matriks metode analisis data No Tujuan Penelitian Sumber Data Parameter Metode 1 Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata dalam multidimensi keberlanjutan Primer Sekunder Identifikasi multidimensi keberlanjutan meliputi:  Dimensi Ekologi; mencerminkan baik buruknya kualitas lingkungan dan sumberdaya waduk yang berkelanjutan atau tidak  Dimensi Ekonomi; apakah kegiatan pemanfaatan waduk memperoleh hasil secara ekonomi dapat berjalan dalam jangka panjang dan berkelanjutan  Dimensi Sosial; bagaimana sistem sosial yang sudah ada dapat mendukung keberlanjutan pembangungan waduk  Dimensi Teknologi; teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan waduk  Dimensi Kelembagaaan; pengaturan kegiatan pemanfaatan waduk yang berdampak pada lingkungan waduk Wawancara langsung dengan key person leading actor dalam pengelolaan Waduk Cirata serta analisis status keberlanjutan menggunakan analisis multidimensi Rapfish dengan kuesioner yang atributnya telah disesuaikan dengan kondisi lapang 2 Menganalisis kegiatan yang paling mengancam bagi keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata Primer Sekunder Potensi hambatan kelembagaan dilihat dari kegiatan-kegiatan yang paling mengancam keberlanjutan waduk Wawancara langsung dengan key person dan petani ikan sebagai pemanfaat waduk dan menggunakan analisis deskriptif 3 Menganalisis faktor- faktor yang berpengaruh terhadap tindakan kolektif collective action Primer Sekunder Identifikasi tindakan kolektif collective action meliputi;  Persepsi stakeholders tentang sustainability Waduk Cirata  Ekspektasi tentang keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata  Tingkat urgensi tentang sustainability Waduk Cirata Kuesioner tentang persepsi yang disusun berdasarkan analisis persepsi stakeholder dan petani ikan KJA terhadap keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata

4.4.1 Menganalisis Status Keberlanjutan Pengelolaan Waduk Cirata dalam

Multidimensi Keberlanjutan Analisis multidimensi digunakan untuk menganalisis status keberlanjutan pengelolaan waduk dengan alat analisis Rapid Appraissal for Fisheries Status Rapfish. Keberlanjutan pengelolaan waduk dikaji melalui dimensi-dimensi yang telah ditetapkan, meliputi dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, teknologi dan kelembagaan. Dimensi-dimensi tersebut dibagi ke dalam atribut-atribut yang telah disusun yang disesuaikan dengan kondisi lapang dan diberikan score pada masing-masing atribut. Selanjutnya, responden akan memilih bobot yang telah diberikan dalam setiap atribut. Atribut yang ada diperoleh dari penelitian sebelumnya serta hasil observasi lapang yang sesuai dengan lingkungan lokasi penelitian. Tabel 3 menyajikan matriks analisis keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata dalam multidimensi keberlanjutan. Tabel 3 Matriks analisis keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata dalam multidimensi keberlanjutan No Dimensi ParameterAtribut Keterangan 1 Dimensi Ekologi 1. Kualitas air 2. Jumlah limbah KJA 3. Frekuensi upwelling 4. Tingkat sedimentasi 5. Daya tampung KJA Hasil observasi lapang 2015 Hasil observasi lapang 2015 Widiyati 2011 Hasil observasi lapang 2015 Hasil observasi lapang 2015 2 Dimensi Ekonomi 1. Keuntungan 2. Penyerapan tenaga kerja 3. Upah rata-rata pekerja dibandingkan dengan UMK 4. Alternatif pekerjaan dan pendapatan 5. Kepemilikan penerima keuntungan dari kepemilikan 6. Tujuan pemasaran 7. Subsidi Rapfish Nababan et al 2008 Modifikasi Rapfish Rapfish Rapfish Rapfish Rapfish 3 Dimensi Sosial 1. Pengelolaan usaha perikanan KJA 2. Jumlah Rumah Tangga Perikanan RTP KJA 3. Pengetahuan tentang lingkungan hidup Rapfish Modifikasi Rapfish Rapfish Tabel 3 lanjutan No Dimensi ParameterAtribut Keterangan 3 4 Dimensi Sosial Dimensi Teknologi 4. Tingkat pendidikan 5. Status konflik 6. Keterlibatan petani ikan dalam pengambilan keputusan 7. Keterlibatan anggota keluarga 1. Penanganan ikan sebelum dijual 2. Teknologi KJA 3. Jenis ikan 4. Ketersediaan alat pendukung KJA Rapfish Rapfish Rapfish Rapfish Rapfish Hasil observasi lapang 2015 Widiyati 2011 Widiyati 2011 5 Dimensi Kelembagaan 1. Alternatif 2. Proses pengambilan keputusan 3. Penegakkan hukum tentang jumlah KJA 4. Koperasi perikanan 5. Jumlah KJA ilegal Rapfish Rapfish Widiyati 2011 HHasil observasi lapang 2015 HHasil observasi lapang 2015 Rapfish adalah alat analisis yang digunakan untuk menganalisis status keberlanjutan atau mengevaluasi sustainability pada sektor perikanan yang pada dasarnya menggunakan teknik ordinasi dengan Multi-Dimensional Scalling MDS. Keberlanjutan sumberdaya perikanan suatu wilayah dapat dilihat dari lima dimensi keberlanjutan yaitu, dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan. Setiap dimensi yang dikaji dari metode ini disusun berdasarkan atribut- atribut yang telah ditentukan dan memiliki nilai atau score masing-masing yang dapat ditentukan berdasarkan kondisi di lapang, wawancara dengan stakeholder terkait, maupun data sekunder. Skor dan atribut setiap dimensi yang digunakan sebagai indikator keberlanjutan disajikan pada Lampiran 2. MDS dilakukan untuk menentukan posisi relatif dari perikanan terhadap ordinasi good 100 and bad 0, selanjutnya dilakukan analisis Monte Carlo dan Leverage untuk menentukan aspek ketidakpastian dan anomali dari atribut yang dianalisis. Data hasil survei yang diperoleh diolah menggunakan algoritma ALSCAL. Analisis MDS metrik dirumuskan sebagai berikut Fauzi dan Anna, 2005: 1. Pertama, menghitung jarak terdekat jarak D dengan rumus Euclidian : d = .................................1 2. Kedua, menghitung nilai stress. Iterasi berhenti jika nilai lebih kecil dari 0.25, rumus dari S-Stress : S= ..................................................................2 Perhitungan jarak dan nilai S-Stress tersebut diatas menggunakan software Rapfish Nababan et al, 2008. Pembagian selang status indeks keberlanjutan menurut Susilo 2003 dalam Nababan et al 2008 disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Selang indeks keberlanjutan No Selang Indeks Keberlanjutan Status Keberlanjutan 1 0-25 Buruk 2 26-50 Kurang 3 51-75 Cukup 4 75-100 Baik Sumber : Susilo 2003 dalam Nababan et al 2008

4.4.2 Menganalisis Kegiatan yang Paling Mengancam Keberlanjutan Waduk

Cirata berdasarkan Kegiatan Pemanfaatan Waduk Waduk Cirata yang termasuk ke dalam waduk multi purpose atau memiliki banyak fungsi di dalamnya. Kegiatan pemanfaatan Waduk Cirata antara lain kegiatan perikanan baik budidaya maupun tangkap, serta pariwisata dan transportasi. Sedangkan parameter untuk mengukur tingkat kegiatan yang paling mengancam keberadaan waduk yaitu tingkat sedimentasi, limbah organik dan jumlah sampah. Kegiatan yang paling mengancam diidentifikasi berdasarkan jawaban para stakeholder dengan memberikan penilaian dan diskoring berdasarkan parameter pada Tabel 5 dengan skala 1 sampai 3, skor 3 = tinggi banyak, skor 2 = sedang, dan skor 1 = rendah Septian, 2010. Tabel 5 menyajikan matriks analisis kegiatan yang paling mengancam keberlanjutan Waduk Cirata berdasarkan kegiatan pemanfaatan waduk. Tabel 5 Matriks analisis kegiatan yang paling mengancam keberlanjutan Waduk Cirata berdasarkan kegiatan pemanfaatan waduk No Kegiatan Parameter 1 Budidaya perikanan KJA 1. Tingkat sedimentasi; proses pengendapan pada cekungan 2. Limbah organik 3. Jumlah sampah 2 Pertanian 1. Tingkat sedimentasi; proses pengendapan pada cekungan 2. Limbah organik 3. Jumlah sampah 3 Perikanan tangkap 1. Tingkat sedimentasi; proses pengendapan pada cekungan 2. Limbah organik 3. Jumlah sampah 4 Pariwisata 1. Tingkat sedimentasi; proses pengendapan pada cekungan 2. Limbah organik 3. Jumlah sampah 5 Aktivitas domestik masyarakat 1. Tingkat sedimentasi; proses pengendapan pada cekungan 2. Limbah organik 3. Jumlah sampah Sumber: Hasil analisis data 2015 Pada analisis ini responden dalam proses wawancara diminta untuk memberi skor pada variabel-variabel yang telah disediakan berdasarkan parameter-parameter dalam kegiatan pemanfaatan waduk. Parameter yang telah disediakan dirangking dimulai dari kegiatan yang paling mengancam sampai yang tidak begitu mengancam keberlanjutan Waduk Cirata. Skor tersebut berdasarkan persepsi masing-masing responden mengenai dampak dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pemanfaatan waduk tersebut.

4.4.3 Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Adanya

Tindakan Kolektif collective action Tindakan kolektif collective action sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang biasanya terjadi dalam kelompok. Dimana keberhasilan suatu tindakan bersama tergantung pada beberapa indikator yang diantaranya adalah ukuran dari kelompok dan tujuan kelompok tersebut serta keragaman dari anggota kelompok tersebut. Adanya visi yang sama juga dapat menentukan keberhasilan dari tindakan kelompok tersebut Yustika, 2008.

4.4.3.1 Analisis Persepsi Stakeholder tentang Sustainability Waduk Cirata

Potensi kegiatan yang terdapat di Waduk Cirata cukup banyak, seperti PLTA Jawa-Bali, perikanan budidaya KJA, perikanan tangkap, pemasaran dan pengolahan ikan, pariwisata dan komunikasi, serta pelayaran dan pelabuhan. Setaip kegiatan akan menimbulkan dampak bagi waduk, baik dampak baik maupun dampak buruk. Oleh karena itu, perlu dianalisis bagaimana persepsi keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata yang dinilai oleh para stakeholder yang terlibat di dalamnya. Sustainability Waduk Cirata dapat dinilai baik melalui kondisi waduk maupun pengelolaannya saat ini. Parameter tentang kondisi waduk saat ini dibagi menjadi tiga, yaitu tidak bekelanjutan, kurang berkelanjutan dan berkelanjutan. Sedangkan, pengelolaan waduk saat ini menggunakan parameter tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai dengan prinsip- prinsip keberlanjutan suatu sumberdaya, terutama sumberdaya waduk. Tabel 6 menyajikan matriks analisis persepsi stakeholder tentang sustainability Waduk Cirata. Tabel 6 Matriks analisis persepsi stakeholder tentang sustainalibity Waduk Cirata No Variabel Sub-variabel Stakeholder Parameter 1 Persepsi stakeholders tentang sustainability Waduk Cirata  Kondisi waduk saat ini  Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat  Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cianjur  Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Perikanan  Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC Berkelanjutan ; apabila kondisi waduk saat ini mencerminkan kondisi yang baik dimana tingkat sedimentasinya rendah dan jumlah KJA yang ada tidak melampaui batas yang seharusnya Kurang berkelanjutan ; apabila kondisi waduk saat ini mencerminkan kondisi yang cukup buruk dimana tingkat sedimentasinya tinggi dan jumlah KJA yang ada telah melampaui batas yang seharusnya namun sudah ada tindakan untuk mengatasinya, namun hasilnya belum optimal Tidak berkelanjutan ; apabila kondisi waduk saat ini