diperoleh  dengan  metode  MDS  akan  menunjukkan  nilai  indeks  keberlanjutan pengelolaan  usaha  perikanan  KJA  Waduk  Cirata  dari  dimensi  teknologi,  dapat
dilihat pada Gambar 19.
Sumber: Hasil analisis data 2015
Gambar 19. Status keberlanjutan dimensi teknologi pengelolaan usaha perikanan KJA Waduk Cirata
Gambar  19  menunjukkan  nilai  skor  dari  dimensi  teknologi  untuk pengelolaan  usaha  perikanan  KJA  Waduk  Cirata  yang  dianalisis  menggunakan
alat  analisis  Rapfish.  Hasil  yang  diperoleh  dengan  metode  MDS  akan menunjukkan  nilai  indeks  keberlanjutan  untuk  dimensi  teknologi.  Berdasarkan
Gambar  19  nilai  indeks  keberlanjutan  untuk  dimensi  teknologi  adalah  24,26 termasuk  dalam  kategori  buruk.  Nilai  statistik  yang  diperoleh  dengan  metode
MDS dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel  20  Nilai  statistik  yang  diperoleh  dari  hasil  analisis  Rapfish  pada  dimensi
teknologi
No  Atribut Statistik Nilai Statistik
Persentase 1
Stress 0,1562
15,62 2
R
2
0,9085 90,85
3 Jumlah Iterasi
2 Sumber: Hasil analisis data 2015
Tabel  20  menunjukkan  nilai  stress  sebesar  15,62.  Nilai  stress  yang didapat  sudah  memenuhi  kondisi  fit  atau  hasil  analisis  yang  didapat  cukup  baik
karena  S25.  Nilai  selang  kepercayaan  yang  diperoleh  pada  penelitian  ini adalah 90,85 yang artinya model dengan menggunakan peubah-peubah saat ini
sudah  menjelaskan  90,85  dari  model  yang  ada.    Nilai  leverage  analysis  dapat dilihat pada Gambar 20.
Sumber: Hasil analisis data 2015
Gambar 20 Analisis sensitivitas atribut pada dimensi teknologi Berdasarkan Gambar 20 atribut yang sangat sensitif adalah teknologi KJA
dan  jenis  ikan.  Teknologi  KJA  sangat  berpengaruh  terhadap  keberlanjutan pengelolaan  usaha  perikanan  KJA  di  Waduk  Cirata.  Teknologi  KJA  dilihat  dari
bahan  KJA  yang  dipakai  oleh  para  petani  ikan,  umumnya  mereka  menggunakan busa dan juga drum kaleng ataupun campurannya sebagai pelampung. Sedangkan
untuk  kerangkanya menggunakan bambu.  Penggunaan busa dan drum kaleng ini biasanya  tidak  tahan  lama  dan  menimbulkan  banyak  sampah  serta  pencemaran
pada  lingkungan  waduk.  Ada  baiknya  para  petani  sedikit  demi  sedikit menggantinya  dengan  drum  plastik  yang  lebih  ramah  lingkungan  dan  daya
tahannya  lebih  lama.  Untuk  kerangkanya,  para  petani  sebaiknya  menggunakan kerangka  yang  terbuat  dari  HDPE  High  Density  Polyethylene,  sejenis  plastik.
Bahan-bahan tersebut memang lebih mahal namun dapat digunakan dalam jangka waktu  yang  lama  dan  bersifat  ramah  lingkungan.  Sebaiknya,  pemerintah  juga
memberikan bantuan kepada para petani agar mereka dapat mengganti bahan KJA mereka menjadi bahan ramah lingkungan.
Jenis ikan yang biasa dibudidayakan di Waduk Cirata termasuk ikan yang rentan  dengan  serangan  penyakit.  Hama  dan  penyakit  dapat  menimbulkan
kerugian  bagi  petani  ikan.  Oleh  karena  itu    perlu  dilakukan  pencegahan  yang disesuaikan  dengan  kondisi  lingkungan,  seperti  pembersihan  wadah  budidaya,
pembersihan  peralatan,  pembersihan  ikan,  pemeliharaan  dan  menigkatkan
kekebalan  ikan  dengan  melakukan  imunisasi  maupun  vaksinasi.  Hasil  analisis Monte Carlo dapat dilihat pada Gambar 21.
Sumber: Hasil analisis data 2015
Gambar  21. Hasil analisis Monte Carlo untuk pengelolaan usaha perikanan KJA Waduk Cirata pada dimensi teknologi
Gambar  21  menunjukkan  kondisi  teknologi  pengelolaan  usaha  perikanan KJA Waduk Cirata banyak mengalami gangguan perturbation yang ditunjukkan
oleh plot biru yang menyebar.
6.1.5 Dimensi Kelembagaan
Penilaian  atribut  pada  dimensi  kelembagaan  untuk  pengelolaan  usaha perikanan KJA Waduk Cirata ditunjukkan pada Tabel 21. Nilai skor dari dimensi
kelembagaan  untuk  pengelolaan  usaha  perikanan  KJA  Waduk  Cirata  kemudian dianalisis  menggunakan  alat  analisis  Rapfish.  Pemberian  skor  untuk  dimensi
kelembagaan  berdasarkan  nilai  rata-rata  yang  diperoleh  setelah  wawancara dengan  key  person.  Nilai  skor  setiap  atribut  pada  dimensi  kelembagaan  dapat
dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Nilai skor setiap atribut dimensi keberlanjutan kelembagaan pengelolaan
Waduk Cirata
No Dimensi dan Indikator
Skor Baik
Buruk Keterangan
1 Alternatif
2 Nilai rata-rata
2 Proses pengambilan
keputusan 4
Nilai rata-rata 3
Penegakkan hukum KJA
1 4
Nilai rata-rata 4
Koperasi perikanan 2
Nilai rata-rata 5
Jumlah KJA ilegal 2
2 Nilai rata-rata
Berdasarkan  Tabel  21  terlihat  bahwa  atribut  dimensi  kelembagaan  yang memiliki  skor  2  adalah  jumlah  KJA  ilegal.  Atribut  yang  memiliki  skor  1  adalah
penegakkan  hukum  KJA.  Atribut  yang  memiliki  skor  0  adalah  alternatif,  proses pengambilan  keputusan  dan  koperasi  perikanan.  Hasil  yang  diperoleh  dengan
metode  MDS  akan  menunjukkan  nilai  indeks  keberlanjutan  pengelolaan  usaha perikanan  KJA  Waduk  Cirata  dari  dimensi  kelembagaan,  dapat  dilihat  pada
Gambar 22.
Sumber: Hasil analisis data 2015
Gambar 22. Status keberlanjutan dimensi kelembagaan pengelolaan Waduk Cirata Berdasarkan  Gambar  22  nilai  indeks  keberlanjutan  untuk  dimensi
kelembagaan  adalah  8,67  termasuk  dalam  kategori  buruk.  Nilai  statistik  pada dimensi kelembagaan dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22  Nilai statistik yang diperoleh dari hasil analisis Rapfish pada dimensi kelembagaan
No  Atribut Statistik Nilai Statistik
Persentase 1
Stress 0,1388
13,88 2
R
2
0,9468 94,68
3 Jumlah Iterasi
2 Sumber: Hasil analisis data 2015
Tabel  22  menunjukkan  nilai  stress  adalah  13,88.  Nilai  stress  yang didapat  sudah  memenuhi  kondisi  fit  atau  hasil  analisis  yang  didapat  cukup  baik
karena  S25.  Nilai  selang  kepercayaan  yang  diperoleh  pada  penelitian  ini adalah 94,68 yang artinya model dengan menggunakan peubah-peubah saat ini
sudah menjelaskan 94,68 dari model yang ada. Hasil analisis sensitivitas dapat dilihat pada Gambar 23.
Sumber: Hasil analisis data 2015
Gambar 23. Analisis sensitivitas atribut pada dimensi kelembagaan Gambar  23  menunjukkan  atribut  sensitivitas  pada  dimensi  kelembagaan.
Atribut  yang paling sensitif adalah penegakkan hukum  KJA, sehingga atribut ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar penegakkan hukum KJA di Waduk
Cirata  lebih  baik  lagi  ke  depannya.  Hal  tersebut  disebabkan  tidak  sinkronnya aturan yang diberlakukan antara pemerintah pusat dan daerah mengenai KJA ini.
Terlebih lagi KJA yang ada setiap tahunnya selalu meningkat, padahal sudah jelas berdasarkan  SK  Gubernur  No  41  Tahun  2002  yang  menyatakan  jumlah  daya
tampung  KJA  di  Waduk  Cirata  adalah  12.000  petak  yang  dibagi  ke  dalam  3 wilayah  administrasi.  Kenyataannya,  saat  ini  jumlah  KJA  tersebut  mencapai
53.031  dan  banyak  KJA  yang  ilegal.  Adanya  aturan  yang  tegas  juga  diharapkan agar jumlah KJA di Waduk Cirata tidak terus meningkat dan pemberlakuan sanksi
bagi  pihak-pihak  yang  melanggar  aturan  tersebut.  Pemerintah  bersama stakeholder  terkait  juga  harus  menyamakan  visi  dan  misi  untuk  mendukung
keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata ke depannya. Hasil analisis Monte Carlo dapat dilihat pada Gambar 24.
Sumber: Hasil analisis data 2015
Gambar 24. Hasil analisis Monte Carlo untuk pengelolaan Waduk Cirata pada dimensi kelembagaan
Berdasarkan  analisis  Monte  Carlo  diketahui  bahwa  kondisi  kelembagaan pengelolaan  Waduk  Cirata  banyak  mengalami  gangguan  perturbation  yang
ditunjukkan oleh plot biru yang menyebar.
6.1.6 Analisis  Status  Keberlanjutan  Pengelolaan  Usaha  Perikanan  KJA
Waduk Cirata dalam Multidimensi Keberlanjutan
Analisis  keberlanjutan  yang  dilakukan  dengan  menggunakan  Rapfish menghasilkan  indeks  keberlanjutan  yang  berbeda  pada  setiap  dimensi  dapat
dilihat pada Tabel 23. Tabel  23  Perbandingan  indeks  keberlanjutan  dari  hasil  teknik  ordinasi  dimensi
ekologi,  ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan
No Dimensi
Indeks Status
1 Ekologi
9,68 Buruk
2 Ekonomi
34,57 Kurang berkelanjutan
3 Sosial
12,62 Buruk
4 Teknologi
24,46 Buruk
5 Kelembagaan
8,67 Buruk
Sumber: Hasil analisis data 2015
Berdasarkan Tabel 23 analisis ordinasi menunjukkan bahwa keberlanjutan pengelolaan  usaha  perikanan  KJA  Waduk  Cirata  bervariasi  antar  dimensi  yaitu,
dimensi  ekologi,  sosial,  teknologi  dan  kelembagaan  dalam  kondisi  yang  buruk. Sedangkan,  dimensi  ekonomi  dalam  kondisi  kurang  berkelanjutan.  Sedangkan