Kabupaten Purwakarta Waduk Cirata

akar kuadrat nilai tengah AKNT masing-masing sebesar 5,41, 3,35, 3,29, 2,75 dan 1,92. Kualitas air ternyata merupakan atribut yang memiliki AKNT yang terbesar yaitu 5,41 yang berarti atribut ini sangat menentukan dalam keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air Waduk Cirata pada periode triwulan IV tahun 2014 menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir berbagai parameter kulitas air di Waduk Cirata mengalami fluktuasi dan memberikan dampak yang berarti terutama terhadap permasalahan eutrofikasi dan korosivitas air. Status mutu rata-rata perairan Waduk Cirata termasuk dalam kategori buruk untuk penggunaan kelas II dan kelas III, dimana skor rata-rata perairan Waduk Cirata untuk kelas II sarana prasarana air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut adalah -68. Kondisi air Waduk Cirata juga termasuk dalam kategori korosif yang berpotensi merusak bendungan dan instalasi pembangkit listrik BPWC, 2014. Hal ini menunjukkan jika kualitas air di Waduk Cirata sudah buruk maka akan berperngaruh terhadap kegiatan-kegiatan pemanfaatan waduk yang lainnya. Hal ini seharusnya menjadi tugas bagi pemerintah maupun masyarakat sekitar waduk untuk melakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi beban ekosistem waduk. Diperlukan tindakan bersama yang nyata untuk menjaga waduk untuk ke depannya. Atribut lain yang sensitif ialah daya tampung KJA dan tingkat sedimentasi. Berdasarkan SK Gubernur No 41 tahun 2002 yang menyatakan hanya sebesar 1 dari luas seluruh genangan saja yang digunakan untuk budidaya perikanan KJA dan daya tampung KJA yang dianjurkan adalah sebanyak 12.000 petak untuk 3 wilayah administrasi. Namun, yang terjadi saat ini adalah semakin meningkatnya jumlah petak KJA yang ada yang kini mencapai 53.031 petak. Dengan jumlah petak yang sebanyak ini bukan saja berpengaruh terhadap ekosistem waduk tetapi juga menyebabkan meningkatnya tingkat sedimentasi di Waduk Cirata. Sedimentasi di Waduk Cirata rata-rata telah mencapai 7,30 juta m 3 tahun, angka tersebut telah melebihi asumsi desain yang hanya 5,67 juta m 3 tahun. Sumber: Hasil analisis data 2015 Gambar 11 Analisis sensitivitas pada dimensi ekologi Selanjutnya, untuk mengevaluasi dampak kesalahan acak random error dilakukan metode simulasi Monte Carlo terhadap dimensi ekologi. Sebagaimana dikemukakan Kavanagh 2001 dalam Fauzi dan Anna 2005, ada tiga tipe untuk melakukan Monte Carlo algoritma. Dalam studi ini hanya dilakukan analisis Monte Carlo dengan metode “scatter plot” yang menunjukkan ordinasi dari setiap dimensi. Hasil analisis Monte Carlo dengan 25 kali ulangan untuk dimensi ekologi dapat dilihat pada Gambar 12. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan usaha perikanan KJA Waduk Cirata telah mengalami gangguan perturbation yang ditunjukkan oleh plot yang menyebar. Sumber: Hasil analisis data 2015 Gambar 12 Hasil analisis Monte Carlo untuk dimensi ekologi