Dimensi Kelembagaan Status Keberlanjutan Pengelolaan Usaha Perikanan KJA di Waduk

tersebut. Hasilnya didapatkan bahwa kegiatan yang paling mengancam ialah aktivitas domestik masyarakat dengan skor 42 yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan selanjutnya yang mengancam keberlanjutan waduk ialah budidaya perikanan KJA dan pertanian dengan skor yang sama yaitu 36. Kegiatan yang mengancam lainnya adalah pariwisata dengan skor 30 dan terakhir, dengan skor 18 adalah perikanan tangkap yang dinilai paling tidak mengancam keberlanjutan Waduk Cirata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditentukan. Skor masing-masing kegiatan yang dapat mengancam keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Skor kegiatan yang paling mengancam keberlanjutan Waduk Cirata No Kegiatan Skor 1 Aktivitas domestik masyarakat 42 2 Budidaya perikanan KJA 36 3 Pertanian 36 4 Pariwisata 30 5 Perikanan tangkap 18 Sumber: Hasil analisis data 2015

6.3 Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Adanya Tindakan Kolektif

Collective Action Keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata ialah hal yang harus diperhatikan. Pengelolaan yang tidak baik dapat berdampak pada berkurangnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan waduk. Pengelolaan Waduk Cirata tidak lepas dari peran stakeholder terkait yang bersama-sama mengatasi permasalahan dan mengelola waduk secara berkesinambungan. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adanya tindakan kolektif stakeholder dilihat berdasarkan persepsi, ekspektasi dan tingkat urgensi stakeholder terhadap keberadaan dan keberlanjutan waduk.

6.3.1 Analisis persepsi stakeholder tentang sustainability Waduk Cirata

Sustainability atau keberlanjutan merupakan hal yang penting dalam suatu sumberdaya. Keberlanjutan dalam suatu sumberdaya bukan saja dapat digunakan saat ini tetapi juga dapat digunakan di masa mendatang. Waduk Cirata sebagai sumberdaya yang memiliki potensi besar harus dipertahankan keberlanjutannya. Kondisi lingkungan waduk yang semakin hari semakin memburuk akan berdampak pada berkurangnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan waduk. Pemahaman yang dimiliki stakeholder dapat mengarahkan perilaku mereka terhadap pengeloaan waduk ke depannya. Persepsi stakeholder terhadap keberlanjutan Waduk Cirata diidentifikasi melalui variabel kondisi dan pengelolaan waduk saat ini. sebaran persepsi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 32 dan 33. Tabel 32 Sebaran persepsi stakeholder tentang kondisi waduk saat ini Kondisi waduk saat ini Sebaran persepsi Jumlah orang Persentase 1. Berkelanjutan 2. Kurang berkelanjutan 2 33,3 3. Tidak berkelanjutan 4 66,7 Sumber: Data primer diolah 2015 Tabel 33 Sebaran persepsi stakeholder tentang pengelolaan waduk saat ini Pengelolaan waduk saat ini Sebaran persepsi Jumlah orang Persentase 1. Sesuai 2. Kurang sesuai 3 50 3. Tidak sesuai 3 50 Sumber: Data primer diolah 2015 Berdasarkan hasil identifikasi persepsi stakeholder pada Tabel 32 diketahui bahwa sebesar 33,3 stakeholder menyatakan kondisi Waduk Cirata saat ini kurang berkelanjutan dan 66,7 menyatakan tidak berkelanjutan. Parameter yang digunakan untuk persepsi ini antara lain adalah kalitas air untuk perikanan, tingkat sedimentasi dan jumlah KJA yang ada saat ini. Sebagian besar stakeholder menyatakan bahwa kondisi Waduk Cirata saat ini tidak berkelajutan juga didukung oleh data-data sekunder yang ada. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BPWC pada tahun 2014 skor rata-rata perairan untuk kelas II yang digunakan untuk saranaprasarana air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanamann dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut termasuk kategori buruk dengan skor -68. Untuk tingkat sedimentasi di Waduk Cirata termasuk tinggi dengan angka rata-rata mencapai 7,30 juta m 3 tahun yang telah melebihi asumsi desain yang hanya 5,67 juta m 3 tahun. Selain itu, perkembangan jmlah KJA yang mencapai 53.031 petak sesnsus BPWC 2011. Jumlah tersebut telah melebihi kuota yang ditetapkan berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No 412002 yakni 12.000 petak. Sedangkan hasil sebaran persepsi stakeholder tentang pengelolaan waduk saat ini pada Tabel 33 diketahui bahwa sebesar 50 stakeholder menyatakan pengelolaan Waduk Cirata saat ini kurang sesuai dan 50 lagi menyatakan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan. Sedangkan ekspektasi dan tingkat urgensi petani ikan terhadap keberlanjutan Waduk Cirata sebagai mata pencaharian masyarakat sekitar dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34 Sebaran ekspektasi dan tingkat urgensi petani ikan dan stakeholder terhadap keberlanjutan Waduk Cirata Keberlanjutan Waduk Cirata Sebaran Persepsi Jumlah orang Persentase Ekspektasi Keberlanjutan Waduk Rendah Sedang Tinggi 30 100 Tingkat Urgensi Keberadaan Waduk Tidak penting Kurang penting Sangat penting 30 100 Tingkat Urgensi Keberlanjutan Waduk Tidak penting Kurang penting Sangat penting 6 100 Sumber: Data primer diolah 2015 Berdasarkan hasil identifikasi ekspektasi dan tingkat urgensi pada Tabel 34 diketahui bahwa sebesar 100 petani ikan menyatakan bahwa ekspektasi atau harapan terhadap keberlanjutan Waduk Cirata adalah tinggi. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki ketergantungan terhadap waduk sebagai sumber mata pencaharian. Mereka juga menjadikan petani ikan sebagai mata pencaharian utama. Sebanyak 100 responden yang merupakan petani ikan menyatakan tingkat urgensi terhadap keberadaan Waduk Cirata dirasakan sangat penting. Waduk Cirata merupakan penyedia lapangan pekerjaan dan juga sebagai penyedia ikan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebanyak 100 stakeholder menyatakan tingkat urgensi terhadap keberlanjutan Waduk Cirata dirasakan sangat penting, namun tidak ada upaya- upaya yang dilakukan para stakeholder untuk meningkatkan kualitas waduk agar keberlanjutannya tetap terjaga. Padahal bagi stakeholder yang merupakan DKP Kabupaten Cianjur maupun Provinsi Jawa Barat, Waduk Cirata merupakan penyedia sumberdaya ikan dan penyedia pasokan sumberdaya ikan. Waduk Cirata juga merupakan penyedia pasokan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. Selain itu, Waduk Cirata merupakan pencegah banjir dan penyeimbang lingkungan.

6.3.2 Tindakan bersama stakeholder untuk mempertahankan keberlanjutan

Waduk Cirata Pengelolaan Waduk Cirata tidak lepas dari peran para stakeholder maupun masyarakat setempat. Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan, semuanya sepakat bahwa tingkat urgensi keberlanjutan dan keberadaan Waduk Cirata adalah sangat penting. Namun, belum ada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para stakeholder untuk mempertahankan keberlanjutan Waduk Cirata. Hal tersebut dikarenakan adanya kepentingan berbeda-beda yang dimiliki oleh setiap stakeholder seperti kepentingan pembangkit listrik dan perikanan budidaya sistem KJA. Terdapat ego sektoral pada masing-masing stakeholder sehingga timbul kebijakan yang berbeda-beda dan membuat pengelolaan Waduk Cirata belum optimal. Belum adanya koordinasi antar stakeholder secara berkesinambungan serta belum adanya kesamaan visi dan misi menjadi masalah utama dalam menjaga kualitas dan lingkungan Waduk Cirata. Hal tersebut juga dibuktikan dengan masih minimnya partisipasi stakeholder dalam kegiatan- kegiatan yang bertujuan menjaga kebersihan dan kelestarian Waduk Cirata. Adapun kegiatan-kegiatan seperti pembersihan eceng gondok, pembersihan sampah styrofoam dan penertiban KJA dilakukan oleh BPWC yang juga berkoordinasi dengan DKP Kabupaten maupun Dinas Perhubungan dan juga masyarakat setiap 3 bulan sekali dan juga kegiatan Sapu Bersih Cirata setiap satu tahun sekali yang melibatkan semua dinas yang terkait. Namun, BPWC masih menjadi aktor utama dalam membersihkan dan melestarikan waduk. Belum ada kesadaran dari stakeholder dan masyarakat sekitar untuk menjaga Waduk Cirata secara berkesinambungan. Adanya Masyarakat Peduli Cirata MPC yang merupakan jejaring yang diharapkan dapat memudahkan pengelolaan dan pengawasan kegiatan di waduk ternyata belum mendapatkan hasil yang optimal. Stakeholder terkait juga belum menyadari bahwa sebenarnya peran mereka juga dibutuhkan dalam merumuskan dan merealisasikan kebijakan kegiatan yang dapat melestarikan Waduk Cirata. Selain itu juga, diperlukan kesepakatan antar stakeholder untuk melakukan