juga merupakan penyedia pasokan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. Selain itu, Waduk Cirata merupakan pencegah banjir dan penyeimbang lingkungan.
6.3.2 Tindakan bersama stakeholder untuk mempertahankan keberlanjutan
Waduk Cirata
Pengelolaan Waduk Cirata tidak lepas dari peran para stakeholder maupun masyarakat setempat. Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan,
semuanya sepakat bahwa tingkat urgensi keberlanjutan dan keberadaan Waduk Cirata adalah sangat penting. Namun, belum ada tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh para stakeholder untuk mempertahankan keberlanjutan Waduk Cirata. Hal tersebut dikarenakan adanya kepentingan berbeda-beda yang dimiliki
oleh setiap stakeholder seperti kepentingan pembangkit listrik dan perikanan budidaya sistem KJA. Terdapat ego sektoral pada masing-masing stakeholder
sehingga timbul kebijakan yang berbeda-beda dan membuat pengelolaan Waduk Cirata belum optimal. Belum adanya koordinasi antar stakeholder secara
berkesinambungan serta belum adanya kesamaan visi dan misi menjadi masalah utama dalam menjaga kualitas dan lingkungan Waduk Cirata. Hal tersebut juga
dibuktikan dengan masih minimnya partisipasi stakeholder dalam kegiatan- kegiatan yang bertujuan menjaga kebersihan dan kelestarian Waduk Cirata.
Adapun kegiatan-kegiatan
seperti pembersihan
eceng gondok,
pembersihan sampah styrofoam dan penertiban KJA dilakukan oleh BPWC yang juga berkoordinasi dengan DKP Kabupaten maupun Dinas Perhubungan dan juga
masyarakat setiap 3 bulan sekali dan juga kegiatan Sapu Bersih Cirata setiap satu tahun sekali yang melibatkan semua dinas yang terkait. Namun, BPWC masih
menjadi aktor utama dalam membersihkan dan melestarikan waduk. Belum ada kesadaran dari stakeholder dan masyarakat sekitar untuk menjaga Waduk Cirata
secara berkesinambungan. Adanya Masyarakat Peduli Cirata MPC yang merupakan jejaring yang
diharapkan dapat memudahkan pengelolaan dan pengawasan kegiatan di waduk ternyata belum mendapatkan hasil yang optimal. Stakeholder terkait juga belum
menyadari bahwa sebenarnya peran mereka juga dibutuhkan dalam merumuskan dan merealisasikan kebijakan kegiatan yang dapat melestarikan Waduk Cirata.
Selain itu juga, diperlukan kesepakatan antar stakeholder untuk melakukan
penegakkan hukum bagi KJA yang tidak memiliki izin. Selama ini, KJA yang tidak memiliki izin tetap dibiarkan tidak dibongkar. Selain itu harus dilakukan
juga moratorium tentang pemberian izin KJA di Waduk Cirata agar setiap wilayah memiliki aturan yang sama dan tidak ada kesimpangsiuran peraturan seperti
sekarang ini, karena aturan yang selama ini ada tidak dijalankan dengan benar dan masih banyak pelanggaran di dalamnya. Dibutuhkan pula pembagian tugas yang
jelas antar stakeholder agar tidak terdapat tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan waduk.
Masyarakat sebagai pemanfaat waduk juga diharapkan dapat memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian dan mematuhi peraturan yang telah dibuat
untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan waduk. Adanya kesamaan visi dan misi untuk pengelolaan Waduk Cirata agar lebih lestari lagi sangat diharapkan
untuk ke depannya dengan kesadaran dan komitmen antara pemerintah, BPWC dan masyarakat sekitar Waduk Cirata.
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Berdasarkan analisis keberlanjutan dengan menggunakan Rapfish dari kelima
dimensi keberlanjutan pengelolaan usaha perikanan KJA Waduk Cirata, hanya dimensi ekonomi yang status keberlanjutannya kurang berkelanjutan.
Dimensi ekologi, sosial, teknologi dan kelembagaan termasuk dalam kategori buruk, dimana status pengelolaan usaha perikanan KJA Waduk Cirata masih
sangat rendah. 2.
Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dapat mengancam keberlanjutan Waduk Cirata, kegiatan yang cukup mengancam adalah aktivitas domestik
masyarakat dengan skor 42. 3.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adanya tindakan kolektif collective action adalah persepsi, ekspektasi dan tingkat urgensi keberlanjutan dan
keberadaaan Waduk Cirata.
7.2 Saran
1. Berdasarkan hasil analisis Rapfish terdapat atribut-atribut sensitif dari setiap
dimensi. Beberapa atribut yang sensitif pada masing-masing dimensi menggambarkan perlunya rekomendasi untuk meningkatkan pengelolaan
Waduk Cirata pada setiap dimensi. a.
Dimensi ekologi, diperlukan adanya perbaikan untuk Waduk Cirata dari segi ekologinya, seperti perbaikan kualitas air dan mengurangi limbah yang masuk
ke dalam waduk. b.
Dimensi ekonomi, diperlukan adanya penciptaan lapangan pekerjaan baru diluar sektor perikanan budidaya KJA.
c. Dimensi sosial, perlunya peningkatan pendidikan seperti diadakannya
penyuluhan untuk para petani ikan agar lebih peduli terhadap lingkungan waduk.
d. Dimensi teknologi, perlunya teknologi yang efektif serta KJA yang ramah
lingkungan. e.
Dimensi kelembagaan, diperlukan aturan yang jelas untuk membatasi jumlah KJA di Waduk Cirata serta pelaksanaanya di lapang. Selain itu, koordinasi
yang baik juga harus diperhatikan oleh para stakeholder dalam menegakkan
aturan KJA ini. Sanksi yang tegas juga harus diberikan kepada pihak yang melangggar aturan tersebut.
3. Untuk kegiatan yang paling mengancam keberlanjutan Waduk Cirata perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sumber pencemar dan proporsi yang masuk ke Waduk Cirata dari Sungai Citarum agar perbaikan kualitas
perairan di Waduk Cirata dapat dilakukan secara menyeluruh. Diperlukan juga aksi bersama yang dilakukan baik oleh stakeholder maupun masyarakat
Waduk Cirata untuk dapat mempertahankan keberlanjutan waduk baik segi pengelolaannya maupun keberadaanya.