Hubungan Antara Hubungan Penilaian Implementasi Program CSR dengan

6.3.2 Hubungan Antara

Frekuensi Kegiatan dengan PRoses Pencitraan Frekuensi Kegiatan adalah total rangkaian corporate social responsibility yang dilaksanakan oleh PT Indocement di Desa Bantarjati selama satu tahun. Secara umum responden yang memandang frekuensi kegiatan tinggi sebanyak 15 orang, sedangkan yang menganggap frekuensi kegiatan sedang sebanyak 12 orang, dan rendah tiga orang. Persentase responden pada frekuensi kegiatan CSR PT Indocement pada Tabel 9. Pengujian statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian sebagai berikut: H : Semakin tinggi frekuensi program, maka tidak akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement H 1 : Semakin tinggi frekuensi program, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah semakin tinggi frekuensi program maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp. Sig. 2-tailed hitung sebesar 0,863 α 0,10 sehingga H diterima dan H 1 ditolak. Sehingga, tidak ada hubungan nyata antara frekuensi program dengan proses pencitraan. Jadi, semakin tinggi frekuensi kegiatan pada program CSR, tidak meningkatkan proses pencitraan pada diri responden. Maka dari itu frekuensi pelaksanaan program CSR tinggi, sedang ataupun rendah tetap akan mengalami proses pencitraan terhadap program CSR PT Indocement. Hasil tabulasi silang antara frekuensi program dengan proses pencitraan, dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hubungan Frekuensi Kegiatan dengan PRoses Pencitraan terhadap PRogram CSR PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk Frekuensi Pencitraan Total Buruk Kurang Baik Baik Sedang 0 83,3 16,7 100 Tinggi 8,3 54,2 37,5 100 Berdasarkan Tabel 13, responden yang mengalami proses pencitraan kurang baik memiliki penilaian sedang terhadap frekuensi kegiatan CSR PT Indocement penuh. Responden yang mengalami proses pencitraan kurang baik memiliki kecenderungan untuk menilai frekuensi kegiatan tinggi lebih besar dibandingkan dengan responden yang mengalami proses pencitraan buruk dan baik. Berdasarkan hal tersebut, responden yang mengalami proses pencitraan kurang baik cenderung menilai frekuensi kegiatan lebih tinggi. Sedangkan responden yang mengalami proses pencitraan buruk dan baik perlu di informasikan kegiatan yang akan dan sedang terlaksana di desa dalam satu tahun.

6.3.3 Hubungan Antara Kemampuan Fasilitator dengan Proses Pencitraan