Berdasarkan Tabel 13, responden yang mengalami proses pencitraan kurang baik memiliki penilaian sedang terhadap frekuensi kegiatan CSR PT
Indocement penuh. Responden yang mengalami proses pencitraan kurang baik memiliki kecenderungan untuk menilai frekuensi kegiatan tinggi lebih besar
dibandingkan dengan responden yang mengalami proses pencitraan buruk dan baik. Berdasarkan hal tersebut, responden yang mengalami proses pencitraan
kurang baik cenderung menilai frekuensi kegiatan lebih tinggi. Sedangkan responden yang mengalami proses pencitraan buruk dan baik perlu di
informasikan kegiatan yang akan dan sedang terlaksana di desa dalam satu tahun.
6.3.3 Hubungan Antara Kemampuan Fasilitator dengan Proses Pencitraan
Kemampuan Fasilitator adalah penilaian responden koordinator desa PT Indocement dalam setiap pelaksanaan kegiatan corporate social responsibility.
Mayoritas responden yang meniliai kemampuan fasilitator CSR dengan kategori tinggi sebanyak 18 orang, sedang 11 orang, dan rendah 1 orang. Persentase
responden dalam menilai kemampuan fasilitator, dapat dilihat pada Tabel 10. Pengujian statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian sebagai
berikut: H
: Semakin tinggi kemampuan fasilitator, maka tidak akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement
H
1
: Semakin tinggi kemampuan fasilitator, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement
Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah semakin tinggi kemampuan fasilitator maka akan meningkatkan proses
pencitraan responden pada program CSR PT Indocement. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman
diperoleh nilai Asymp. Sig. 2-tailed hitung sebesar 0,045 α 0,10
sehingga H ditolak dan H
1
diterima. Sehingga, terdapat hubungan nyata antara kemampuan fasilitator dengan proses pencitraan. Jadi, semakin tinggi kemampuan
fasilitator pada program CSR, meningkatkan proses pencitraan pada diri responden.
Tabel 14. Hubungan Kemampuan Fasilitator dengan Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk
Kemampuan Fasilitator
Pencitraan Total
Buruk Kurang Baik
Baik Rendah
100 100
Sedang 9,1 72,7
18,2 100
Tinggi 5,6
50 44,4
100
Berdasarkan Tabel 14 responden yang memiliki penilaian kemampuan fasilitator tinggi memiliki kecenderungan mengalami proses pencitraan penuh
terhadap program CSR PT Indocement. Responden yang menilai kemampuan fasilitator rendah cenderung mengalami proses pencitraan kurang baik lebih tinggi
dibanding responden yang buruk dan baik pada proses pencitraan. Sedangkan responden yang menilai kemampuan fasilitator sedang mengalami proses
pencitraan kurang baik, dibandingkan dengan buruk dan baik. Maka dari itu, responden yang menilai kemampuan fasilitator tinggi akan mengalami proses
pencitraan lurang baik maupun baik dengan kompisisi yang hampir sama. Sehingga terdapat hubungan antara penilaian responden pada kemampuan
fasilitator dengan proses pencitraan responden.
6.3.4 Hubungan Antara Manfaat Program dengan Proses Pencitraan Manfaat program yang dmaksud dalam penelitian ini adalah sejauhmana
responden menganggap bahwa program CSR PT Indocement berguna bagi masyarakat Desa Bantarjati. Mayoritas responden menggap bahwa program CSR
bermanfaat bagi masyarakat sebanyak 14 orang, selanjutnya yang menganggap program kurang bermanfaat sebanyak 12 orang, derta yang menganggap program
tidak bermanfaat sebanyak 4 orang. Presentase responden menurut manfaat program bagi Desa Bantarjati dapat dilihat pada Tabel 11. Pengujian statistik
dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H : Semakin tinggi manfaat program CSR, maka tidak akan meningkatkan
proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement H
1
: Semakin tinggi manfaat program, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement
Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah semakin tinggi manfaat PRogram maka akan meningkatkan proses
pencitraan responden pada program CSR PT Indocement. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman
diperoleh nilai Asymp. Sig. 2-tailed hitung sebesar 0,082 α 0,10
sehingga H ditolak dan H
1
diterima. Sehingga, terdapat hubungan nyata antara manfaat program dengan proses pencitraan pada diri responden. Jadi, semakin
tinggi manfaat program CSR, meningkatkan proses pencitraan pada diri responden. Hasil tabulasi silang antara penilaian manfaat program dengan proses
pencitraan, dapat dilihat pada pada Tabel 15.
Tabel 15. Hubungan manfaat Program dengan Proses Pencitraan terhadap
Program CSR PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk
Manfaat Program Pencitraan
Total Buruk
Kurang Baik Baik
Tidak Bermanfaat 25
75 100
Kurang Bermanfaat 8,3
58,3 33,3
100 Bermanfaat 0
57,1 42,9
100
Berdasarkan Tabel 15. Responden yang menilai bahwa program CSR PT Indocement bermanfaat penuh bagi desa, mengalami proses pencitraan penuh
terhadap program CSR PT Indocement. Responden yang menilai program CSR tidak bermanfaat mengalami proses pencitraanKurang baik lebih besar dibanding
buruk dan baik. Berdasarkan hal tersebut, responden yang memiliki penilaian bahwa program CSR kurang bermanfaat cenderung mengalami proses pencitraan
kurang baik lebih banyak sebanyak 58,3 persen. Sehingga responden yang secara utuh menilai bahwa program CSR bermanfaat bagi seluruh masyarakat desa, akan
cenderung mengalami proses pencitraan baik.
BAB VII PROSES PENCITRAAN DAN CITRA PERUSAHAAN
7.1 Proses Pencitraan
Citra merupakan kesan terhadap suatu obyek yang terbentuk dari pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Pada penelitian ini citra
merupakan kesan warga Desa Bantarjati, khususnya perangkat desa dari LPM, BPD, kepala dusun, RW, dan RT terhadap pelaksanaan program CSR PT
Indocement setelah melalui beberapa proses pembentukan citra. Proses pencitraan menurut Hawkins, et. all memilki beberapa tahapan yaitu obyek perhatian,
pengertian, dan terakhir penerimaan, yang selanjutnya akan membentuk citra. Berikut akan dijelaskan tingkat pengetian, perhatian dan pengertian masyarakat
Desa Bantarjati terhadap program CSR PT Indocement yang diambil dari data kuantitatif melalui kuesioner yang telah disebarkan serta didukung dengan data
kualitatif.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011
No. Proses Pencitraan skor
Jumlah N
1. Baik 46-53
10 33,33
2. Kurang Baik 38-45
19 63,33
3. Buruk 30-37
1 3,33
Jumlah 30 100
Proses pencitraan pada penelitian ini dilihat dari proses pemaknaan program pada responden yang diawali dari adanya perhatian individu, dilanjutkan
dengan pengertian terhadap program, dan pemahaman pada program. Proses pencitraan pada diri responden dapat diketahui melalui proses wawancara
menggunakan kuesioner. Selanjutnya dilakukan pengkodean data dan diolah menggunakan total skor yang dapat dilihat pada Tabel 16.