2.3.6 Model CSR
Menurut Saidi dan Abidin 2004, terdapat empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti coporae secretary atau public affair
manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan
mendidrikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-
perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi
kegiatan yayasan. 3.
Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelengggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial organisasi non-pemerintah Ornop,
instansi pemerinah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”.
2.4 Kerangka Pemikiran
Perusahaan memiliki bagian khusus untuk bertanggung jawab dalam mengelola proses komunikasi yaitu Hubungan Masyarakat Humas atau public
relations PR yang menjembatani proses komunikasi baik ke dalam perusahaan
maupun luar perusahaan. Ruslan 2001 dalam Fitriani 2010 menjelaskan bahwa salah satu tujuan PR adalah menciptakan kesan image yang tepat berdasarkan
prinsip-prinsip hubungan yang harmonis, baik hubungan ke dalam internal
relations maupun hubungan keluar atau external relations. Implementasi
program Corporate Social Responsibility CSR merupakan salah satu langkah untuk menjalin hubungan yang baik ke luar perusahaan. Selain untuk
mendapatkan citra positif dari masyarakat, CSR juga telah diatur dalam Undang- undang No.40 Tahun 2007, tentang perseroan terbatas, BAB V, pasal 74.
Keterangan: :
Mempengaruhi : Hubungan yang tidak diuji
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Analisis Pembentukan Citra Perusahaan Melalui Implementasi
Corporate Social Responsibility .
Penelitian ini menggunakan model penelitian komunikasi yaitu model jarum hipodermik, yang lebih dikenal dengan “bullet theory”. Bullet theory
memiliki tiga variabel yaitu variabel komunikasi, variabel antara, dan variabel efek Jalaludin, 2009. Penelitian ini akan mengkur adalah variabel peniliaian
Penilaian Implementasi Program CSR:
• Jenis kegiatan X
1
• Frekuensi kegiatan X
2
• Kemampuan fasilitator X
3
• Manfaat program X
4
Citra Perusahaan Y
2
:
• Positif • Negatif
Proses Pencitraan Y
1
:
• Tingkat perhatian terhadap program • Tingkat pengertian terhadap program
• Tingkat penerimaan terhadap program
Pendekatan CSR PT. ITP
implementasi jenis program, frekuensi program, kemampuan fasilitator dan manfaat program, yang menjadi variabel bebas dengan variabel terikatnya poses
pembentukan citra perhatian, pengertian, dan pemahaman. Selanjutnya variabel bebas yakni tingkat pembentukan citra dengan variabel terikatnya yakni citra
perusahaan. Variabel-variabel tersebut dapat terlihat dalam Gambar.3 Kerangka
Pemikiran Analisis Pembentukan Citra Perusahaan Melalui Implementasi Corporate Social Responsibility
CSR.
2.5 Hipotesis Penelitian