Pilihan Alternatif Investasi DAMPAK REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI

dasarnya base masih relatif kecil dengan kenaikan nominal tertentu secara relatif menjadi sangat tinggi. Hal sebaliknya terjadi pada sektor-sektor pertambangan, sektor pertanian tanaman pangan lain dan bangunan yang hanya memperoleh dampak yang secara relatif sangat kecil. Hal ini terjadi antara lain karena nilai nominal pendapatan regional sektor tersebut sudah cukup tinggi sehingga dampak langsung yang cukup besarpun menjadi relatif kecil. Disamping itu dipastikan untuk sektor pertambangan, tanaman pangan dan lain-lain terjadi banyak impor. Analisis lebih jauh dengan menggunakan dampak peningkatan produksi yang dihitung berdasarkan nilai satu satuan investasi yang diberikan sebagaimana disajikan pada tabel 37 menunjukkan bahwa sektor industri pulp SP39 untuk sepuluh simulasi tersebut naik rata-rata 64.10 persen, disusul sektor HTI SP25 naik 52.31 persen, industri kertas 54.40 persen, industri makanan SP35 26.54 persen, angkutan jalan raya SP47 26.41 persen, perdagangan, restoran dan hotel SP46 20.33 persen, industri kayu lapis SP37 15.26 persen dan sektor lainnya dibawah 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut sangat responsif terhadap kebijakan revitalisasi kehutanan.

7.5. Pilihan Alternatif Investasi

Pemerintah dan masyarakat Jambi memiliki keterbatasan sumberdaya baik dalam bentuk modal maupun sumberdaya manusia, disamping kemungkinan- kemungkinan investasi di sektor lain yang karena alasan tertentu juga harus direalisasikan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini dilakukan juga analisis untuk memilih alternatif investasi yang paling baik dilakukan sebagai dasar penentuan rencana dan kebijakan pembangunan dan revitalisasi sektor kehutanan di provinsi Jambi. Tabel 38. Pilihan Alternatif InvestasiKebijakan Kriteria Urutan Pilihan Alternatif Investasi Kebijakan SIM 1 SIM 2 SIM 3 SIM 4 SIM 5 SIM 6 SIM 7 SIM 8 SIM 9 SIM 10 A. Nilai Tambah 1. Total 1 2 6 6 7 4 6 3 3 5 2. Fak. Tenaga kerja Total 1 6 7 7 8 5 7 4 3 2 3. Fak. Tenaga kerja Prod. 1 6 7 7 8 5 7 3 4 2 B. Tambahan Tenagakerja 8 5 7 10 9 1 6 4 2 3 C. Penyerapan TKInvestasi 1. TK Total 1 6 7 7 8 5 7 3 4 2 2. TK Pertanian 1 6 7 7 8 5 7 3 4 2 3. TK Industri 1 4 4 4 5 4 4 3 3 2 D. Kesenjangan TK-Modal 1 6 8 7 9 5 8 3 4 2 E. Kesenjangan Pend. RT 1. RT Desa-RT Kota 1 3 7 6 10 5 8 4 2 9 2. RT Buruh-RT Pengusaha 3 6 2 1 7 10 4 9 8 5 3. RT Hut-RT Ind Hut 5 4 8 9 10 2 7 3 1 6 4. RT Hut - RT Lainnya 5 4 8 10 9 2 7 3 1 6 G. Distribusi Pend Sektoral 10 6 2 3 8 5 1 7 4 9 Total Bobot Urutan 39 58 80 81 106 58 79 52 43 55 Urutan Pilihan 1 5 7 8 9 5 6 3 2 4 Urutan kelompok parsial 1 2 3 4 5 Urutan kelompok integral 4 5 2 1 3 Berdasarkan berbagai analisis, baik analisis pengganda, distribusi pendapatan faktorial, distribusi pendapatan rumahtangga, distribusi pendapatan sektoral, kesenjangan dan potensi penyerapan tenaga kerja, maka dapat disusun matrik yang menggambarkan urutan alternatif pilihan investasi sebagaimana Tabel 38. Urutan alternatif investasi 1 sampai dengan 10 menggambarkan urutan besarnya dampak investasi pada perekonomian Jambi khususnya dalam mewujudkan tujuan revitalisasi sektor kehutanan. Makin kecil urutan makin penting dan besarnya dampak investasi tersebut dalam perekonomian Jambi. Sebagaimana dijelaskan di dalam bab terdahulu, tujuan ekonomi dilaksanakannya revitalisasi sektor kehutanan adalah 1 peningkatan secara bertahap kontribusi sektor kehutanan pada PDBPDRB, 2 penyerapan tenaga kerja, 3 peningkatan pendapatan masyarakat, 4 peranan yang nyata pada pengembangan dan pembangunan wilayah, 5 berkembangnya UKM yang bergerak dalam bidang kehutanan secara berkelanjutan, dan 6 berkembangnya industri kehutanan berskala besar yang efisien, lestari dan berdaya saing tinggi. Dari tabel tersebut dapat diusulkan alternatif investasi untuk keseluruhan kebijakan atau simulasi tiga pilihan pertama, yaitu pembangunan HTI Simulasi 1, pembangunan kehutanan berbasis industri kertas Simulasi 9 dan pembangunan sektor produksi bahan baku berbasis kehutanan Simulasi 8. Sedangkan untuk kebijakan parsial kita memiliki tiga pilihan pertama, yaitu pembangunan HTI Simulasi 1, pembuangan industri pulp Simulasi 2 dan pembangunan industri kertas Simulasi 3. Sedangkan untuk kebijakan pembangunan kehutanan terintegrasi kita memiliki tiga pilihan utama yaitu pembangunan kehutanan berbasis industri kertas Simulasi 9, pembangunan sektor produksi bahan baku berbasis kehutanan Simulasi 8 dan pembangunan kehutanan berbasis industri MDF Simulasi 10. Untuk mewujudkan upaya revitalisi sektor kehutanan di provinsi Jambi seperti alternatif diatas diperlukan kerjasama dan sinergi berbagai pihak terkait seperti dunia usaha kehutanan, perbankan, pemerintah pusat Departemen Kehutanan dan daerah Provinsi dan Kabupaten dan lain-lain. Komitmen dunia usaha kehutanan untuk melakukan perluasan dan pembangunan sektor kehutanan yang produktif dan efisien perlu dukungan penyediaan dana murah dari perbankan dan kebijakan yang kondusif dari pemerintah seperti dalam menjamin kesinambungan kebijakan dan kepastian alokasi lahan. Disamping itu pembangunan daerah hendaknya sinkron sehingga mampu mendukung penyediaan infrastruktur baik jaringan jalan, tenaga listrik, air bersih, kesehatan, pendidikan, perdagangan dan lain-lain serta penyediaan tenaga terampil yang siap pakai. Sehingga dunia usaha kehutanan yang umumnya berlokasi di daerah terpencil tidak terlalu terbebani urusan yang sesungguhnya bukan tugasnya dan lebih bisa fokus pada usahanya. Sebaliknya dunia usaha kehutanan yang umumnya berskala besar sebisa mungkin memberikan kesempatan kerjasama lebih luas kepada mitra usaha kecil dan menengah UKM yang tumbuh dari masyarakat sekitar untuk ikut bersinergi baik sebagai kontraktor, pemasok dan lain-lain. Dunia usaha kehutanan juga harus tetap menjadikan kelestarian lingkungan sebagai salah satu komitmen dalam pengembangan usahanya. Dengan demikian upaya revitalisasi sektor kehutanan di provinsi Jambi akan mampu mewujudkan sektor kehutanan yang kuat didukung tiga pilar kelestarian yaitu kelestarian produksi, kelestarian sosial dan kelestarian lingkungan.

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN