berbagai cabang analisis ekonomi input-output, program linier, cost–benefit analysis
dan econometric models, dengan cara yang cukup khusus dalam ekonomi regional Richardson, 1979.
2.2.3. Investasi
Investasi adalah setiap kegiatan yang meningkatkan kemampuan ekonomi untuk memproduksi output di masa yang akan datang, dalam hal ini investasi
tidak hanya berupa penambahan persediaan fisik modal tetapi juga menyangkut investasi sumberdaya manusia Dornbusch, 1996. Bank Indonesia dan Badan
Pusat Statistik mengartikan investasi sebagai suatu kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk memperoleh keuntungan
benefit pada masa-masa yang akan datang. Investasi dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis,
investasi tetap residensial dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan, sedangkan investasi
residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumahtangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan
Mankiw, 2003. Menurut BI dan BPS, investasi dibedakan atas investasi finansial dan investasi non finansial. Investasi finansial lebih ditujukan kepada
investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti penyertaan, pemilikan saham, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non finansial
dalam bentuk investasi fisik kapital atau barang modal, termasuk pula inventori persediaan.
Menurut Pass and Lowes 1994, investasi mempunyai dua pengertian yaitu pengeluaran untuk pembelian surat-surat berharga financial securities seperti
efek dan saham, disebut juga investasi keuangan, dan pengeluaran modal untuk pembelian aset fisik seperti pabrik, mesin dan peralatan investasi tetap dan
persediaan, yang disebut investasi fisik atau riil. Dalam analisis ekonomi, istilah investasi khususnya dihubungkan dengan investasi fisik. Investasi fisik
menciptakan aset baru yang akan menambah kapasitas produksi suatu negara, sementara investasi keuangan hanya memindahkan kepemilikan dari aset yang
sudah ada dari seseorang atau lembaga kepada yang lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa investasi mewajibkan sejumlah konsumsi saat ini ditunda, sehingga
sumberdaya untuk membiayai konsumsi ini dapat bebas digunakan untuk keperluan lain. Pengeluaran investasi adalah salah satu komponen dari permintaan
agregat dan suntikan ke dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional. Dalam analisis pendapatan nasional, investasi dalam menyediakan barang sosial, seperti
jalan raya, rumah sakit dan sekolah dilakukan oleh pemerintah yang termasuk dalam pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran investasi biasanya diartikan
hanya terdiri dari pengeluaran investasi swasta. Konsep pertumbuhan berimbang menjelaskan bahwa investasi harus
dilaksanakan serentak di semua sektor baik pertanian maupun industri. Artinya, penerapan konsep pertumbuhan berimbang membutuhkan investasi yang sangat
besar big push investment untuk menjalankan roda pembangunan dan itu tidak mungkin dilaksanakan oleh negara berkembang seperti Indonesia yang pada
umumnya mengalami kelangkaan modal. Oleh karena itu, kelompok penganut pertumbuhan tidak berimbang mengatakan bahwa investasi seyogyanya dilakukan
pada sektor andalan yang akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut.
Teori Keynes 1936 mengemukakan bahwa pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dalam suatu negara. Semakin besar pendapatan
nasional, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkannya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif yang terdiri dari
permintaan konsumsi dan investasi menentukan tingkat keseimbangan pekerjaan dan pendapatan. Jika volume investasi yang diperlukan tidak terpenuhi maka
harga permintaan agregat akan turun, lebih rendah daripada harga penawaran agregat. Volume investasi tergantung pada efisiensi marginal dari modal dan
suku bunga. Efisiensi marginal dari modal merupakan tingkat hasil yang diharapkan dari aktiva modal baru. Bilamana harapan laba tinggi, pengusaha
menginvestasi lebih besar. Suku bunga juga merupakan faktor lainnya dari investasi. Jadi investasi dapat dinaikkan melalui peningkatan efisiensi marginal
dari modal atau penurunan suku bunga. Walaupun kenaikan investasi biasanya menyebabkan kenaikan pekerjaan, ini bisa tidak terjadi jika pada waktu yang
sama kecenderungan untuk mengkonsumsi turun. Sebaliknya, naiknya kecenderungan berkonsumsi dapat mengakibatkan kenaikan pada pekerjaan tanpa
kenaikan investasi Jhingan, 2003; Pressman, 2000.
2.3. Sistem Neraca Sosial Ekonomi