5.4 5.7 2.,9 3.9 6.6 6.3 Kondisi Hutan KEADAAN UMUM PROVINSI JAMBI

Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi mencapai 5.9 persen sementara pertumbuhan tanpa memperhitungkan faktor minyak dan gas mencapai 6.6 persen. Hal ini terjadi karena sektor migas mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 1.90 persen sehingga secara total mempengaruhi pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi di tahun 2004. Secara lebih terperinci pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi disajikan pada Tabel 10. Pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi tanpa migas dari tahun 1995 sampai tahun 2001 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang memperhitungkan faktor migas. Sedangkan mulai tahun 2002 sampai tahun 2004, pertumbuhan sub sektor minyak dan gas bumi cenderung turun dari tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi tanpa migas cenderung lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang memperhitungkan faktor migas. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 13. Sumber : Hasil pengolahan Gambar 13. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Tahun 1996-2004

5.9 5.4

5.5 5.7

2.2 2.,9

5.4 3.9

8.8 6.6

5.8 6.3

3.6 1.7

2.7 8,9 3.4 8.2

10.0 8.0

6.0 4.0

2.0 -

2.0 4.0

6,0 8.0 10.0 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 PDRB PDRB Tanpa Migas Pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi pada tahun 1996 sampai tahun 1998 senantiasa mengalami penurunan. Bahkan akibat krisis ekonomi pertumbuhan ekonomi pada tahun 1998 minus sebesar 5.4 persen. Pertumbuhan negatif pada tahun tersebut disebabkan karena pertumbuhan negatif pada sektor pertanian, industri pengolahan, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih serta sektor jasa-jasa tetap mengalami pertumbuhan yang positif pada tahun 1998. Bahkan untuk sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan yang cukup tajam, yaitu dari 14.90 persen pada tahun 1997 menjadi 53.19 persen pada tahun 1998. Begitu juga dengan sektor listrik, gas dan air bersih, pertumbuhan ekonomi tahun 1996 sebesar 4.92 persen, kemudian meningkat menjadi 10.80 persen pada tahun 1998. Pada tahun 2004, sektor pertanian tumbuh sebesar 5.13 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di tahun 2003 yang mencapai 3.56 persen. Meningkatnya laju pertumbuhan sektor ini disebabkan naiknya laju pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan, sedangkan sub sektor kehutanan masih mengalami pertumbuhan negatif yaitu minus 8.39 persen. Sementara itu, sub sektor perikanan mengalami laju pertumbuhan dari 8.47 persen menjadi minus 0.58 persen. Pada tahun 1997 sub sektor kehutanan tumbuh sebesar 3.48 persen turun dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 10.64 persen. Dengan adanya krisis ekonomi, pertumbuhan sub sektor ini semakin mengalami penurunan bahkan mencapai nilai negatif yaitu sebesar minus 19.36 persen pada tahun 1998. Pertumbuhan minus terjadi pada sub sektor kehutanan tahun 1998 sampai 2005. Pada tahun 2004 sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 2.82 persen pada tahun 2003 menjadi 0.65 persen pada tahun 2004. Pada tahun 1998 sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu 53.19 persen. Tingginya pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada tahun tersebut dipengaruhi oleh sub sektor minyak dan gas bumi. Walaupun sub sektor penggalian di tahun 1998 mengalami pertumbuhan minus sebesar 41.27 persen, tapi sektor pertambangan dan penggalian tetap mengalami pertumbuhan yang tinggi dikarenakan sub sektor minyak dan gas bumi yang tumbuh sebesar 90.84 persen. Namun pada tahun 2002 sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif minus 1.52 persen. Sumber : Hasil Pengolahan Gambar 14. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian Tahun 1996-2004 Industri pengolahan provinsi Jambi dibentuk oleh sub sektor industri tanpa migas. Pada tahun 1996-1998 pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan cenderung menurun, bahkan pada tahun 1998 mengalami pertumbuhan yang 8,4 1,6 3,6 5,7 0,7 3,7 4,8 3,6 5,1 21,8 14,9 53,2 3,7 7,2 29,4 1,5 2,8 0,7 10.0 - 10.0

20.0 30.0

40.0 50.0

60.0 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Pertanian Pertambangan dan Penggalian negatif sebesar minus 9.36 persen, kemudian mulai bangkit lagi pada tahun-tahun berikutnya sehingga pertumbuhannya kembali positif. Pada tahun 2001 sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 3.63 persen, tapi kemudian turun lagi pada tahun-tahun berikutnya, sehingga tahun 2004 tumbuh sebesar 2.40 persen. Sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh sebesar 13.03 persen di tahun 2004 setelah sebelumnya di tahun 2003 tumbuh cukup pesat sebesar 22.10 persen. Pada saat krisis ekonomi, sektor listrik, gas dan air bersih cenderung tidak terpengaruh, hal ini terlihat pada tahun 1998 dan 1999 cenderung meningkat, yaitu sebesar 4.92 persen pada tahun 1996 menjadi 10.80 persen dan 11.02 persen pada tahun 1998 dan 1999. Sejak tahun 2002 sampai sekarang pertumbuhan sektor tersebut selalu di atas 10 persen. Kebutuhan akan sektor ini dalam perekonomian provinsi Jambi sangat penting sebagai sektor penunjang kegiatan bagi sektor-sektor lainnya. Meningkatnya perekonomian secara jelas terlihat pada sektor bangunan, setelah krisis moneter hingga tahun 2000 laju pertumbuhan di sektor ini selalu berada pada kisaran angka negatif, namum pada tahun 2001 sektor ini mulai menunjukkan perkembangan yang positif dengan laju pertumbuhan sebesar 1.66 persen pada tahun 2001. Bahkan pada tahun 2002, sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 33.98 persen dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 26.79 persen. Seperti halnya perekonomian secara umum, di provinsi Jambi sektor bangunan juga merupakan sektor yang paling terpengaruh adanya krisis ekonomi, proyek-proyek pembangunan fisik terhambat bahkan banyak yang harus dibatalkan dan gulung tikar. Seiring pemulihan ekonomi akibat krisis, sektor bangunan mulai bangkit kembali, hal ini ditandai dengan dibangunnya kembali infrastruktur yang terbengkalai dan tertunda, sehingga sektor bangunan ini kembali tumbuh dengan pesat. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 6.04 persen di tahun 2004 sementara di tahun 2003 tumbuh sebesar 6.32 persen. Selama tahun 1996- 2004, sektor ini mengalami pertumbuhan yang negatif, pada tahun 1998 sebesar minus 11.79 persen. Dilihat satu per satu sub sektor pembentuk sektor ini, laju pertumbuhan sub sektor restoran mengalami laju pertumbuhan tertinggi yaitu 7.16 persen di tahun 2004 setelah sebelumnya pada tahun 2003 hanya sebesar 4.05 persen. Sementara itu sub sektor perdagangan besar dan eceran di tahun 2004 mengalami penurunan laju pertumbuhan dari 6.62 persen pada tahun 2003 menjadi 5.96 persen di tahun 2004. Sedangkan sub sektor hotel pada periode yang sama mengalami kenaikan pertumbuhan dari 0.64 persen menjadi 4.31 persen. Sumber : hasil pengolahan data Gambar 15. Laju Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih serta Bangunan Tahun 1996-2004 Sektor pengangkutan dan komunikasi di tahun 2004 tumbuh sebesar 6.47 persen, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4.94 persen. Sub sektor angkutan udara merupakan sub sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi diantara semua sub sektor yang ada. Hal ini disebabkan maraknya maskapai- maskapai penerbangan yang membuka jalur penerbangan Jambi-Jakarta, sehingga mengakibatkan persaingan tarif dan mampu mengangkat laju pertumbuhan sub sektor ini secara signifikan yaitu sebesar 41.69 persen. Menjamurnya bisnis telekomunikasi yang ditandai banyaknya wartel dan penggunaan telepon selular mengakibatkan sub sektor komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 13.93 persen. Laju pertumbuhan sektor-sektor tersebut dapat dilihat pada Gambar 18. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mencapai nilai 10.73 persen di tahun 2004 turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 14 persen. Pertumbuhan negatif ini dikarenakan sub sektor yang membentuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami penurunan. Laju pertumbuhan yang paling tinggi dicapai sub sektor bank, yaitu 83.39 persen di tahun 2003 menjadi 32.43 persen di tahun 2004. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang cukup terpengaruh krisis ekonomi, hal ini terlihat dari pertumbuhan yang negatif pada tahun 1998 yaitu minus 15.05 persen setelah sebelumnya di tahun 1997 tumbuh sebesar 5.56 persen. Gambar 16. Laju Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 1996-2004 Sementara untuk sektor jasa-jasa selama tahun 1996-2004 pertumbuhannya selalu positif. Di tahun 2004 tumbuh sebesar 3.48 persen turun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 4.82 persen, sub sektor jasa perorangan dan rumahtangga merupakan sub sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi pada sektor jasa-jasa dengan laju pertumbuhan sebesar 7.76 persen. Gambar 17. Laju Pertumbuhan Sektor Keuangan dan Jasa-jasa Tahun 1996-2004

4.3.4. Produk Dometik Regional Bruto dan Pendapatan Per Kapita

Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita dapat digunakan sebagai gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah atau daerah. PDRB per kapita diperoleh dari hasil pembagian antara PDRB dengan jumlah penduduk, sedangkan PDRB per kapita provinsi Jambi atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 6.02 juta pada tahun 2003 sementara di tahun 2002 mencapai Rp. 5.48 juta atau naik sebesar 9.86 persen. Walaupun kenaikan tersebut cukup tinggi, namun kenaikan ini lebih dipengaruhi oleh meningkatnya harga barang dan jasa pada tahun 2003. Pengaruh kenaikan barang dan jasa tersebut terlihat pada nilai PDRB per kapita provinsi Jambi secara riil yang digambarkan dengan nilai PDRB per kapita atas dasar harga konstan yang hanya mencapai Rp. 1.52 juta atau naik sebesar 2.57 persen dari tahun 2002. Pada saat yang sama laju pertumbuhan penduduk tahun 2003 mancapai 1.84 persen, dengan demikian terlihat laju pertumbuhan PDRB per kapita sedikit lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto dan Pendapatan Regional Perkapita Provinsi Jambi Tahun 2002-2003 U R A I A N Harga Berlaku Harga Konstan 2002 2003 2002 2003 Dengan Migas PDRB Per Kapita Rp 5 . 478 . 556 6 . 018 . 917 1 . 484 . 909 1 . 523 . 059 Pertumbuhan persen 19.36 9.86 2.51 2.57 Pendapatan Per Kapita Rp 4 . 931 . 072 5 . 403 . 443 1 . 330 . 870 1 . 369 . 036 Tanpa Migas PDRB Per Kapita Rp 4 . 550 . 751 5 . 144 . 817 1 . 338 . 776 1 . 380 . 979 Pertumbuhan persen 18.29 13.05 3.60 3.15 Pendapatan Per Kapita Rp 4 . 083 . 568 4 . 604 . 996 1 . 197 . 240 1 . 239 . 113 ribu rupiah Gambar 18. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku ribu rupiah Gambar 19. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 1993 Letak geografis provinsi Jambi cukup strategis berada di bagian tengah pulau Sumatra dan berada pada lintas pelayaran internasional di persimpangan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Posisi pelabuhan Laut Utama Kuala Tungkal menuju Batam dapat ditempuh dalam waktu 4 jam. Dengan posisi ini, berkembang pusat-pusat pertumbuhan regional dan internasional terutama kegiatan ekonomi Singapura-Batam-Johor Malaysia dan kerjasama regional Indonesia, Malaysia, Singapura-Segi Tiga Pertumbuhan IMS-GT, Singapura- Johor-Riau SIJORI, akan memberi dampak bagi aksesbilitas dan imbas terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi. Hal itu dicerminkan dengan meningkatnya volume ekspor selama 2002- 2003 dengan nilai ekspor berturut-turut US 416.05 juta . , US 469.3 juta dan US 450 . 941, dengan nilai transaksi antara ekspor dan import rata-rata di atas US 350 juta Tabel 12. Di tahun 2000, sektor pertanian masih memegang peranan dalam perkembangan ekonomi Jambi dengan sumbangan sebesar Rp 2 . 841.4 milyar 31.35 persen terdiri dari tanaman bahan makanan, perkebunan dan kehutanan. Produksi utama komoditi perkebunan antara lain karet, kulit kayu manis, minyak sawit dan kelapa. Sedangkan komoditi kehutanan adalah kayu bulat, kayu gergajian, plywood dan block board, selain itu daerah ini juga mempunyai potensi pertambangan yang cukup besar seperti batu gamping, batu bara, emas, bentonit, granit, pualam, pasir kwarsa, obsidian, kaolin dan lain lain. Tabel 12. Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Provinsi Jambi juta rupiah Tahun 2002 2003 2004 2005 416 . 051.00 Nilai Ekspor 469 . 300.00 450 . 941.00 418 125 866 51 . 584.00 Nilai Impor 82 . 589.00 10 . 413.00 116 069 911 364 . 467.00 Neraca Transaksi 386 . 711.00 440 . 528.00 302 814 997 Sumber

4.4. Kondisi Hutan

: BPS Provinsi Jambi Berdasarkan rencana pengukuhan dan penataan atau peta tata guna hutan kesepakatan, luas kawasan hutan provinsi Jambi mencapai 2 . 947 . 200 hektar. Gambar 20. Peta Tata Guna Hutan TGHK Provinsi Jambi Namun sejak tahun 1985-1986 telah terjadi perubahan luas kawasan hutan yang diantaranya digunakan untuk keperluan budidaya pertanian atau perkebunan, transmigrasi, alih fungsi kawasan hutan dan kepentingan pembangunan lainnya. Dalam rangka mengakomodasi kepentingan pembangunan tersebut, Menteri Kehutanan dengan memperhatikan rencana tata ruang wilayah menetapkan luas kawasan hutan di provinsi Jambi yang dituangkan dalam SK Menteri Kehutanan No. 421Kpts-II1999. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan tersebut, luas wilayah hutan provinsi Jambi mencapai 2 . 179 . 440 hektar atau 42.73 persen dari keseluruhan luas provinsi Jambi. Gambar 21 . Peta Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jambi Berdasarkan fungsinya kawasan hutan provinsi Jambi terdiri dari suaka alam 30 . 400 hektar, hutan pelestarian alam 648 . 720 hektar, hutan lindung 191 . 130 hektar, hutan produksi terbatas 340 . 700 hektar, hutan produksi tetap 938 . 000 hektar dan hutan produksi pola partisipasi masyarakat 30 . 490 hektar. Kawasan hutan tersebut tersebar di sembilan kabupaten wilayah provinsi Jambi. Gambar 22. Peta Vegetasi Provinsi Jambi 1998 Luas kawasan hutan provinsi Jambi berdasarkan Revisi Paduserasi RTRWP dengan TGHK yang kemudian ditetpakan dalam peta penunjukan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999 adalah seluas 2 . 064 . 342.21 hektar. Revisi dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan kawasan hasil pengukuran di lapangan dan kepentingan pembangunan sektor lain. Luas kawasan hutan berdasarkan revisi secara rinci terdiri dari cagar alam 4 . 241.71 hektar, taman nasional 622 . 265 hektar, taman hutan raya 36 . 660 hektar, taman wisata alam 425.50 hektar, hutan lindung 172 . 215 hektar, hutan produksi tetap 935 . 765 hektar dan hutan produksi terbatas 292 . 770 hektar. Dari luasan kawasan hutan tersebut, berdasarkan peta penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit tahun 1999-2000 yang dikeluarkan oleh Pusat Pengukuran dan Perpetaan Badan Planologi Kehutanan keadaan penutupan lahan sebagian besar terdiri dari hutan lahan kering sekunder 529 . 190 hektar, hutan lahan kering primer 429 . 450 hektar dan pertanian lahan kering bercampur semak 251 . 170 hektar.

4.5. Perkembangan Sektor Kehutanan dalam Perekonomian Provinsi Jambi