Simpulan SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN

8.1. Simpulan

1. Kontribusi sektor berbasis kehutanan dalam perekonomian provinsi Jambi cukup signifikan sebagaimana hasil analisis struktur perekonomian dalam SNSE Jambi 2005 dimana kontribusi sektor berbasis kehutanan masing- masing sebesar 24.19 persen dari total nilai tambah dan 60.11 persen dari total ekspor provinsi Jambi, tetapi rendah dalam penciptaan lapangan kerja 6.92 persen. Dengan nilai tambah yang besar namun rendah dalam jumlah tenaga kerjanya mengindikasikan pekerja sektor berbasis kehutanan memiliki tingkat upah dan gaji lebih tinggi dari rata-rata upah dan gaji sektor lainnya. Besarnya kontribusi ekspor sektor berbasis kehutanan mengindikasikan perekonomian Jambi masih sangat tergantung pada sektor kehutanan. 2. Sektor berbasis kehutanan adalah sektor yang efisien dimana pengganda nilai tambahnya lebih dari satu. Sektor tersebut juga merupakan sektor terbuka dan bisa menjadi pendorong pertumbuhan sektor lainnya pro growth. Distribusi pengganda pendapatan rumahtangga dari sektor berbasis kehutanan lebih banyak diserap oleh rumahtangga non kehutanan. Rumahtangga di desa menerima distribusi pendapatan dengan tingkat yang lebih tinggi dari sektor berbasis kehutanan dibandingkan rumahtangga di kota. Sedangkan rumahtangga pengusaha di desa menerima dampak lebih besar dari rumahtangga buruh di desa. 3. Peran sektor berbasis kehutanan terhadap pertumbuhan regional lebih besar daripada peran pendistribusian pendapatan rumahtangga. 4. Secara umum investasi sektor berbasis kehutanan dapat meningkatkan nilai tambah regional. Namun demikian nilai tambah untuk sektor industri kehutanan lebih banyak didistribusikan kepada faktor modal. Sebaliknya nilai tambah untuk sektor kehutanan primer lebih banyak didistribusikan kepada faktor tenaga kerja. Apabila dilihat dari dampak pertambahan nilai tambah persatuan investasi maka investasi untuk HTI memiliki dampak pertambahan nilai tambah terbesar disusul investasi untuk industri pulp, investasi untuk pembangunan kehutanan berbasis industri kertas dan pembangunan wilayah berbasis kehutanan. Kebijakan investasi pada sektor berbasis kehutanan pada umumnya dapat menurunkan kesenjangan pendapatan faktor produksi modal dan tenaga kerja, kecuali investasi untuk industri kehutanan industri kertas, tisu dan MDF. 5. Investasi yang paling banyak menciptakan lapangan kerja persatuan investasi berturut-turut adalah investasi HTI, industri berbasis MDF, investasi pembangunan sektor produksi bahan baku, pembangunan kehutanan berbasis industri kertas serta pembangunan wilayah berbasis kehutanan. 6. Investasi pada sektor berbasis kehutanan yang banyak mempekerjakan tenaga buruh kasar dan operator kehutanan primer dan industri hulu yang umumnya tinggal di perdesaan akan menurunkan kesenjangan kota dan desa dan sebaliknya investasi pada sektor industri yang mempekerjakan banyak tenaga terampil akan menaikan kesenjangan kota dan desa. Semua investasi sektor berbasis kehutanan kecuali investasi untuk MDF dapat menurunkan kesenjangan pendapatan rumahtangga kehutanan dan rumahtangga industri kehutanan serta antara rumahtangga kehutanan dan rumahtangga lainnya. Dari semua analisis kesenjangan maka investasi untuk pembangunan kehutanan berbasis industri kertas adalah investasi yang paling signifikan menurunkan kesenjangan pendapatan antarrumahtangga. Namun demikian semua investasi sektor berbasis kehutanan belum dapat menurunkan kesenjangan pendapatan antara pengusaha dan buruh. 7. Memperhatikan dampak investasi terhadap kesenjangan antara rumahtangga buruh dan pengusaha serta memperhatikan temuan Tambunan 2005 tentang kelemahan industri kehutanan dan peluang membangun kemitraan dalam usaha di sektor kehutanan, maka untuk meningkatkan pendapatan, rumahtangga di desa harus didorong, dibekali dan disiapkan menjadi pengusaha-pengusaha UKM. 8. Pembangunan kehutanan berbasis kertas di sektor hulu dan hilir yang mencakup perluasan tanaman kayu HTI, industri pulp dan industri kertas dapat diterapkan oleh pemerintah daerah Jambi untuk mengurangi kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan. Kebijakan tersebut, baik dilakukan secara parsial maupun simultan akan mampu meningkatkan pendapatan rumahtangga di perdesaan yang lebih tinggi dibandingkan kebijakan pembangunan kehutanan lainnya. Dengan semakin meningkatnya pendapatan rumahtangga di perdesaan, maka selain kemiskinan dapat dikurangi, kesenjangan pendapatan antara kota dan desa juga dapat diturunkan. 9. Upaya untuk menaikan pendapatan rumahtangga kehutanan yang umumnya rumahtangga buruh di pedesaan belum optimal jika hanya ditempuh dengan memperbesar produksi sektor-sektor berbasis kehutanan karena pertambahan produksi lebih banyak diterima oleh rumahtangga pengusaha. Oleh karena itu untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga kehutanan selain dengan meningkatkan produksi juga harus ada kebijakan untuk mendorong mayarakat, rumahtangga kehutanan di pedesaan untuk mempunyai ketrampilan dan kemampuan pengusaha dalam bentuk pengusaha kecil menengah UKM. 10. Berdasarkan analisis kesenjangan, distribusi pendapatan, distribusi nilai tambah, penciptaan lapangan kerja dan distribusi sektoral maka, investasi yang paling besar dampaknya atau paling efisien adalah 1 jika dilihat secara keseluruhan maka secara berurutan investasi terefisien adalah pembangunan HTI, pembangunan kehutanan berbasis industri kertas dan pembangunan sektor produksi bahan baku kehutanan, 2 jika dilihat dari investasi sektor secara parsial maka investasi paling efisien adalah pembangunan HTI, industri pulp dan industri kertas, dan 3 jika dilihat dari untuk investasi sektor secara kombinasi maka investasi terefisien adalah pembangunan kehutanan berbasis industri kertas, pembangunan sektor produksi bahan baku kehutanan dan pembangunan kehutanan berbasis industri MDF.

8.2. Implikasi Kebijakan