untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga kehutanan selain dengan meningkatkan produksi juga harus ada kebijakan untuk mendorong mayarakat,
rumahtangga kehutanan di pedesaan untuk mempunyai ketrampilan dan kemampuan pengusaha dalam bentuk pengusaha kecil menengah UKM.
10. Berdasarkan analisis kesenjangan, distribusi pendapatan, distribusi nilai tambah, penciptaan lapangan kerja dan distribusi sektoral maka, investasi yang
paling besar dampaknya atau paling efisien adalah 1 jika dilihat secara keseluruhan maka secara berurutan investasi terefisien adalah pembangunan
HTI, pembangunan kehutanan berbasis industri kertas dan pembangunan sektor produksi bahan baku kehutanan, 2 jika dilihat dari investasi sektor
secara parsial maka investasi paling efisien adalah pembangunan HTI, industri pulp dan industri kertas, dan 3 jika dilihat dari untuk investasi sektor secara
kombinasi maka investasi terefisien adalah pembangunan kehutanan berbasis industri kertas, pembangunan sektor produksi bahan baku kehutanan dan
pembangunan kehutanan berbasis industri MDF.
8.2. Implikasi Kebijakan
Presiden Republik Indonesia pada tahun 2005 telah mencanangkan revitalisasi sektor kehutanan bersama-sama sektor pertanian dan sektor perikanan
dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Khusus sektor kehutanan revitalisasi dengan peningkatan produktivitas dan daya saing tersebut
dimaksudkan untuk upaya membangkitkan kembali peran sektor kehutanan dalam perekonomian nasional. Sektor kehutanan harus mampu mendukung
program pertumbuhan ekonomi pro growth regional dan nasional, menciptakan lapangan kerja pro job dan mengurangi kemiskinan pro poor.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa sebagian besar investasi pada sektor berbasis kehutanan dapat menurunkan kesenjangan pendapatan antara
rumahtangga kehutanan dengan rumahtangga lain, antara rumahtangga kehutanan dan rumahtangga industri kehutanan, antara rumahtangga desa dan rumahtangga
kota, tetapi belum berhasil menurunkan kesenjangan pendapatan antara rumahtangga buruh dan rumahtangga pengusaha. Dalam banyak hal masyarakat
setempat belum memperoleh kontribusi yang optimal karena keterbatasan pendidikan, ketrampilan dan budaya untuk ikut ambil bagian dalam proses dan
kegiatan ekonomi sektor berbasis kehutanan. Menjadi tugas pemerintah daerah untuk menyiapkan pendidikan, keterampilan dan sosial budaya masyarakat
setempat baik untuk menyiapkan tenaga siap kerja maupun pengusaha untuk mengambil peluang usaha yang ada.
Untuk menjamin hasil maksimal dari revitalisasi sektor kehutanan melalui kebijakan pembangunan HTI, industri pulp dan kertas, industri tisu dan MDF
maka pemerintah perlu mengambil berbagai kebijakan terutama : 1. Agar supaya kebijakan revitalisasi sektor kehutanan dapat lebih efektif
sehingga berhasil meningkatkan produktifitas dan dayasaingnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan
menurunkan tingkat kemiskinan tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan, maka implementasi revitalisasi sektor kehutanan harus terintegrasi dengan
kebijakan dan pembangunan daerah terutama dalam pembangunan infrastruktur dan pembangunan sumberdaya manusia di daerah perdesaan.
Program pendidikan yang sekarang sudah memperoleh alokasi dana 20 persen dari APBN harus mampu menciptakan dan menyiapkan tenagakerja produktif
di perdesaan. Sumberdaya manusia dari masyarakat di perdesaan harus disiapkan untuk mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil yang
diperlukan dan mampu membangun usaha-usaha kecil menengah untuk menjadi mitra perusahaan-perusahaan besar di sektor kehutanan.
Integrasi pembangunan infrastruktur di perdesaan antara pemerintah dan dunia usaha sektor kehutanan akan mengurangi beban sektor kehutanan yang selama
ini membangun dan menyiapkan sendiri infrastruktur yang juga dipakai bahkan kadang-kadang memang dibangun untuk keperluan publik di
perdesaan seperti jaringan jalan, pelabuhan, listrik, air bersih, sekolah, klinik kesehatan, pasar dan lain-lain.
2. Mendorong pengembangan klaster-klaster industri kehutanan berbasis kertas, baik secara geografis maupun fungsional. Klaster-klaster industri kehutanan
berbasis kertas tersebut meliputi pengembangan usaha tanaman kayu HTI, industri pulp dan industri kertas didukung usaha-usaha kecil-menengah yang
berkembang dari masyarakat perdesaan yang saling berhubungan satu sama lainnya dan saling berdekatan lokasinya atau terkait fungsinya. Manfaat yang
diberikan melalui model pembangunan klaster industri semacam ini antara lain: 1 mampu menciptakan keahlian komplemen antarpelaku klaster yang
lebih tinggi karena adanya spesialisasi produk, sehingga setiap pelaku akan memperoleh skala ekonomi yang lebih besar, 2 memperkuat hubungan sosial
dan kemitraan antarpelaku klaster yang dapat menumbuhkan berbagai macam inovasi produksi, 3 mengurangi atau menghilangkan asimetris informasi
pasar, terutama bagi pengusahaa hutan tanaman rakyat, dan 4 memperkecil biaya transaksi.
8.3. Saran Penelitian Lanjutan