100 D
E Cair
Kalor penguapan B
C
waktu
padat -20 Kalor peleburan
Gambar 2.5 Grafik perubahan wujud zat
Di samping proses perubahan wujud yang telah disebutkan di atas, ada suatu proses perubahan yang disebut menyublim, yaitu peristiwa perubahan wujud zat dari
padat langsung menjadi uap tanpa melalui wujud cair. Kalor merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan wujud suatu zat. Akibat penyerapan dan pelepasan kalor,
suatu zat dapat berubah wujud dari padat ke cair, cair ke gas, padat ke gas dan sebaliknya. Di samping kalor, terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
perubahan wujud suatu zat, yaitu tekanan dan ketidakmurnian. Pada dasarnya tekanan dan ketidakmurnian berpengaruh pada kenaikkan titik didih dan penurunan titik beku.
Semakin tinggi tekanan dan konsenterasi ketidakmurnian suatu zat maka titik didihnya semakin tjnggi dan titik bekunya semakin rendah.
B. Penelitian Yang Relevan
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa saling
mendiskusikan dengan teman kelompoknya. Ternyata teori sesuai dengan hasil penelitian berikut ini.
1. Sumarsono 2005 dalam penelitiannya yang berjudul ” Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Student Team Achievement Divisions Dan Model
Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Fisika Pada Pokok Bahasan Tegangan Dan Arus Bolak-Balik Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa”, menyimpulkan bahwa
: a Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang signifikan antara siswa yang memperoleh pelajaran Fisika dengan model pembelajaran Jigsaw
dengan model pembelajaran STAD, b Terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dengan siswa
yang memilikiaktivitas belajar rendah, c Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif STAD dan Jigsaw dengan aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Dengan hasil seperti tersebut di atas, maka pada penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran
kooperatif yang sama, sedangkan variabel bebas yang kedua berbeda yaitu kecerdasan interpersonal siswa. Pada kecerdasan interpersonal merupakan
cerdas bermasyarakat, berinteraksi, berkomunikasi dengan teman-temannya yang erat hubungannya dengan pembelajaran kooperatif.
2. Endang Purwaningsih Agustina 2004 dalam penelitiannya yang berjudul ”Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw Dan Peta Konsep Terhadap
Prestasi Belajar Fisika Dalam Materi Interferensi Cahaya Pada Lapisan Tipis ditinjau Dari Minat Dan Intelegensi Siswa”, menyimpulkan bahwa pelaksanaan
dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan memperhatikan minat siswa dan intelegensi siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Yang
relevan dengan penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan intelegensi siswa. Karena pada intelegensi itu ada beberapa macam, maka peneliti
mengambil yang lebih spesifik yaitu kecerdasan interpersonal siswa. 3. Piping Sugiharti 2005 dalam penelitiannya yang berjudul ” Penerapan Teori
Multiple Intelligence Dalam Pembelajaran Fisika”, menyimpulkan bahwa : a Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki
oleh siswa sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap siswa. Siswa digali kreativitasnya agar mereka dapat mempelajari
fisika sesuai dengan talenta yang ada pada mereka, b Melalui penerapan teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran fisika telah menggugurkan anggapan
bahwa pelajaran fisika itu sulit dan tidak menyenangkan. Karena melalui teori ini guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempelajari fisika sesuai
dengan ragam kecerdasan yang dimilikinya, c Melalui teori Multiple Intelligence pula siswa belajar untuk lebih menggali potensi yang ada pada dirinya dan dapat
lebih menghargai talenta yang telah dianugerahkan Alloh kepadanya. Selain itu
siswa juga belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing, d Metode ini juga sangat efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa dalam bentuk interaksi baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh
interaksi antara siswa dengan siswa sedangkan guru hanya bersifat sebagai moderator saja. Tanya jawab antar siswa berjalan dengan sangat baik dan setiap
penilaian yang diberikan oleh guru maupun siswa lainnya mampu memicu dirinya untuk lebih menggali konsep-konsep materi yang diajarkan sehingga
menghasilkan rasa keingintahuan dan percaya diri yang tinggi. Yang relevan dengan penelitian ini adalah penerapan teori Multiple Intelligence, tetapi pada
penelitian ini intelegensi atau kecerdasan hanya diambil kecerdasan interpersonal saja dan pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
tipe Student Team Achievement Divisions STAD.
C. Kerangka Berfikir