Model Pembelajaran Kooperatif STAD Kecerdasan Interpersonal

kelompok ahli dan mendiskusikannya, f Setelah selesai diskusi, sebagai kelompok ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, g Tiap kelompk ahli mempresentasikan hasil diskusi, h Pada akhir pelajaran, guru memberi evaluasi perseorangan yang mencakup semua materi yang dipelajari.

2. Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Student Team Achivement Divicions STAD, merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin tahun 1995 di Universitas John Hopkins, AS. Dalam pembelajaran Student Team Achievement Divisions STAD, siswa di bagi dalam kelompok belajar secara heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam kelompok sampai semua anggota kelompok menguasai pelajaran. Kemudian semua siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru secara individu dan mereka tidak boleh saling membantu. Dalam pembelajaran Student Team Achivement Divicions STAD memotivasi siswa untuk saling membantu dan mendukung dalam menguasai materi pelajaran yang diajarakan oleh guru. Mereka harus saling membantu dan mendukung untuk dapat melakukan yang terbaik. Setelah guru menyampaikan pelajaran, mereka bekerja sama dan berdiskusi. Meskipun dalam belajar mereka bersama, tetapi dalam mengerjakan kuis harus secara individu tidak boleh saling membantu. Tanggung jawab individu inilah yang memotivasi siswa untuk menguasai kemampuan. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Student Team Achivement Divicions STAD sebagai berikut : a Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri 4-5 orang siswa secara heterogen campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll, b Guru menyajikan pelajaran, c Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, d.Guru memberi kuispertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, e Guru memberi evaluasi.

5. Kecerdasan Interpersonal

Istilah kecerdasan ganda bukanlah suatu hal baru bagi para pendidik. Namun dalam perkembangannya dan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang kecerdasanpun juga berkembang. Dalam penelitian Gardner tentang kecerdasan manusia, yang dikutip oleh Laurel Schmidt terjemahan, mengatakan bahwa IQ tidak boleh dianggap sebagai tinggi rendahnya tekanan darah manusia dan kecerdasan manusia tidak dapat diukur secara mutlak oleh tes IQ. Ia mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ itu saja. Kecerdasan tidak hanya berupa satu angka IQ yang kita kenal selama ini. Kecerdasan merupakan kumpulan kepingan kemampuan yang ada di beragam bagian otak. Semua kepingan ini saling berhubungan, tetapi juga bekerja sendiri-sendiri. Selanjutnya ia mengatakan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan tidak hanya satu kecerdasan. Ia menyebutnya dengan kecerdasan ganda atau Multiple Intelegence. Yang dimaksud dengan kecerdasan ganda adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk yang bernilai dalam satu latar belakang tertentu. Artinya setap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Menurut Gardner, yang dikutip oleh Iwan Sugiarto 2004:22 ”intelegensia seseorang ada 8 macam, yaitu intelegensia Linguistik, Logis Matematik, Visual Spatial, Kinestetik, Musikal, Naturalis, Interpersonal, dan Intrapersonal”. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya, karena kecerdasan tesebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa. Dalam penelitian ini hanya akan mengkaji kecerdasan interpersonal. Yang dimaksud dengan kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami dan menjadi peka terhadap perasaan, temperamen, suasana hati, watak, motivasi, maksud dan keinginan orang lain. Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membangun kedekatan, pengaruh, relasi, komunikasi dan membangun hubungan dengan masyarakat. Kecerdasan interpersonal bukan sesuatu yang dilahirkan bersama kita, tetapi sesuatu yang harus dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran. Karena itu, waktu yang terbaik untuk memulai membangun kecerdasan interpersonal adalah ketika masih muda. Kecerdasan interpersonal merupakan cerdas bermasyarakat, mudah bergaul dan berteman. Sehingga apabila seseorang kecerdasan interpersonalnya kurang, maka orang tersebut sering tidak diterima secara sosial. Orang-orang dengan kecerdasan interpersonal yang rendah cenderung tidak peka, tidak peduli, egois dan menyinggung parasaan orang lain. Kecerdasan interpersonal memiliki ciri-ciri antara lain : 1 mudah berteman, 2 suka menawarkan bantuan ketika seseorang membutuhkan, 3 banyak terlibat dalam kegiatan kelompok, 4 senang membantu sesama dan berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antar teman, 5 berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, 6 berbakat menjadi pemimpin, 7 suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, 8 suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, 9 percaya diri ketika bertemu dengan orang baru, 10 senang bekerja dan belajar bersama daripada sendirian. Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal biasanya disukai teman-temannya, karena ia mampu berinteraksi dengan baik dan memiliki empati yang besar terhadap teman- temannya.

6. Prestasi . Belajar

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan student team achievement division(stad) ditinjau dari Gaya belajar dan motivasi berprestasi

0 3 167

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA

0 6 154

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

7 40 88

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSITED INDIVIDUALIZATION) DAN TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA.

0 0 7

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Think Pair Share (TPS) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi

0 0 8