Perubahan Bentuk Organisasi PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kebutuhan antara petani lapisan atas dengan lapisan menengah dan bawah. Pada petani lapisan atas, kebutuhan akan sarana pemasaran mencapai persentase tertinggi dibandingkan dengan kebutuhan lain seperti peningkatan sumberdaya petani, kebutuhan akan sarana irigasi maupun penyediaan jasa alsintan. Dalam hal ini petani lapisan atas lebih berorientasi pasar, dimana pertimbangan pemasaran menjadi penting bagi mereka karena akan menentukan penjualan hasil produksi. Petani lapisan atas khawatir jika tidak ada pasar yang dapat menampung hasil panen mereka. Sementara itu, pada petani lapisan menengah dan bawah kebutuhan akan peningkatan sumberdaya petani mencapai persentase tertinggi dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Berbeda dengan petani lapisan atas yang cenderung telah akses terhadap informasi mengenai praktek budidaya sistem pertanian padi sehat, petani lapisan menengah dan bawah masih membutuhkan informasi mengenai pertanian padi sehat itu sendiri yang diikuti oleh peningkatan keterampilan dalam kegiatan budidaya sesuai dengan metode dan pendekatan yang tepat.

7.2. Perubahan Bentuk Organisasi

Tingginya penerapan sistem pertanian padi sehat berhubungan dengan banyaknya kegiatan dan kebutuhan baru yang dirasakan. Sehubungan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh para petani dalam aktivitas penerapan sistem pertanian padi sehat, maka dalam hal ini sejumlah perubahan-perubahan telah dilakukan oleh pengurus Gapoktan dan Koperasi Kelompok Tani guna memenuhi kebutuhan para petani. Sejak lepas dari program LPS Dompet Dhuafa yang sebelumnya telah memberikan bantuan dalam hal jaminan pemasaran, kini Gapoktan “Silih Asih” mulai bekerja sendiri dalam mengatur rumah tangganya. Terdapat beberapa perubahan bentuk organisasi yaitu munculnya instrumen- instrumen divisi atau unit kerja baru yang terbentuk sesuai dengan kebutuhan petani. Sedikitnya ada empat instrumen baru yang terbentuk dengan spesialisasi kerja masing-masing guna menindaklanjuti dan memenuhi kebutuhan petani Gambar 7. Pertama, Koperasi Kelompok Tani KKT yang mengatur hubungan pemasaran. Dalam KKT inilah bargaining position petani mulai ditingkatkan melalui sikap petani terhadap harga beras organik di pasaran. Gambar 7 Bagan Alir Terbentuknya Kerjasama dan Munculnya Instrumen Unit Kerja Baru dalam Penerapan Sistem Pertanian Padi Sehat Guna menjawab kebutuhan petani akan jaminan pasar yang mampu menampung gabah dari petani, maka dibentuklah koperasi. Dalam hal ini koperasi menjamin pembelian gabah langsung dari petani. Keberadaan koperasi ini sekaligus menghilangkan peran tengkulak yang selama ini cukup meresahkan petani. Koperasi menjamin pembelian gabah dengan harga yang cukup tinggi dari Yayasan Dompet Dhuafa Dinas Pertanian dan Kehutanan BP4K Lembaga Pertanian Sehat UPT BP3K Manajer Lumbung Tani Sehat Petugas Pertanian Kecamatan Penyuluh Pertanian Lapang Petani Gapoktan Koperasi Kelompok Tani KKT “Lisung Kiwari” Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swakarsa P4S Unit Pelayanan Jasa Alsintan Perkumpulan Petani- Pemakai Air P3A Mitra yang ditawarkan tengkulak. Jaminan kesediaan koperasi untuk membeli gabah ini dirasakan telah memenuhi kebutuhan petani akan sarana pemasaran. Sehingga petani cukup fokus dalam melakukan produksi tanpa takut hasil panennya tidak ada yang membeli. Dibentuknya koperasi ini cukup memenuhi kebutuhan petani seperti penjelasan Bapak Mj berikut ini: “Adanya koperasi sangat membantu sekali. Koperasi membeli gabah dari petani. Jadi kita bisa fokus, tenang dan mau nanem padi sehat tanpa takut ga ada yang mau beli gabah. Harganya lumayan lebih tinggi sedikit dibanding tengkulak. Selain itu kita bisa pinjam modal dulu. Sistemnya yarnen, dibayar panen.” Bapak Mj, 50 tahun. Kedua, Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swakarsa P4S, lebih menitikberatkan pada peningkatan sumberdaya petani dan introduksi sistem- sistem baru dalam pertanian padi sehat mulai dari on-farm hingga off-farm. P4S juga berperan dalam upaya merubah dan mengarahkan paradigma petani untuk tidak sekedar cangkul-tanam-panen, tetapi lebih dari itu menanam padi sehat dengan memperhatikan atau menyesuaikan keinginan pasar agar hasil panen tetap diminati dan tidak kehilangan pembeli. Upaya peningkatan sumberdaya petani melalui P4S ini dilakukan dengan berbagai kegiatan. Gapoktan “Silih Asih” seringkali menjadi rujukan lokasi bagi dinas pertanian setempat dalam mengadakan pelatihan-pelatihan maupun pembinaan mengenai pertanian sehat bagi petani maupun Penyuluh Pertanian Lapang PPL sehingga dengan banyaknya kegiatan tersebut sekaligus dimanfaatkan sebagai wadah pertukaran informasi dan pengetahuan antar para petani, petugas dari dinas pertanian setempat maupun PPL yang bertugas. Dibentuknya P4S ini nampaknya cukup memenuhi kebutuhan petani khususnya dalam upaya peningkatan sumberdaya petani, seperti yang dijelaskan Bapak Sp berikut ini: “Alhamdulillah, banyak acara riungan gitu. Sering banget kedatangan tamu. Asal kita nya mau datang aja. Bapak lumayan Sering ikut riungan kalau ada di rumah. Lumayan neng kerasa jadi nambah-nambah pengetahuan, informasi, yang tadinya ga tau jadi tau. Nanti dipraktekkin kalo udah tau mah. Oh misalnya mupuk tu yang baik gini, oh pertumbuhan padi tuh seperti ini, jadi banyak tau lah alhamdulillah.” Bapak Sp, 50 tahun. Ketiga, Unit Pelayanan Jasa Alsintan UPJA adalah unit atau bagian yang mengurus kegiatan budidaya tanaman padi hingga processing. UPJA menyediakan alat dan mesin pertanian yang dapat digunakan petani dengan cara menyewa. Keempat, Perkumpulan Petani-Pemakai Air P3A yang khusus menyediakan sarana irigasi. Sarana irigasi dapat dimanfaatkan petani dengan ketentuan membayar biaya perawatan kepada orang petani yang diberi tugas dan tanggungjawab mengurus irigasi. Keempat unit atau bagian ini dibentuk agar dapat menjaga kontinuitas dan ketersediaan produk beras sehat sehingga dapat terus memenuhi permintaan konsumen. Dengan berjalannya kelembagaan yang ada dimaksudkan untuk merubah brand image petani konvensional menjadi petani berwawasan agribisnis agar dapat berdiri sejajar dengan pelaku bisnis lainnya. Penataan kelembagaan dengan pembenahan pada bentuk organisasi ini diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan para petani sehubungan dengan penerapan sistem pertanian padi sehat. Selain keempat instrumen unit kerja yang dibentuk terdapat pula instrumen lainnya yaitu Manajer Pengendali Mutu MPM yang berperan dalam quality control agar dapat menumbuhkan kepercayaan publik melalui pengaturan atau penerapan standarisasi mutu produk. Selain itu dilengkapi pula dengan adanya Standart Operating Procedure SOP yang dapat digunakan petani sebagai standar baku pelaksanaan pertanian padi sehat. SOP sendiri disusun berdasarkan hasil pengalaman budidaya padi yang dialami sendiri oleh masing-masing petani, kemudian dalam riungan atau diskusi pengalaman ini dikemukakan, didiskusikan dan diolah bersama dengan petani lainnya yang bertujuan agar mendapatkan tanggapan dari para petani lainnya. Hasil akhir berupa kesimpulan dari hasil diskusi pengalaman terbaik petani dalam praktek budidaya padi sehat dikomunikasikan dan disusun secara tertulis untuk selanjutnya diterapkan pada masing-masing lahan petani. Namun SOP ini pada akhirnya dapat diimprovisasi sesuai kebutuhan petani pada lahannya masing-masing. Disamping itu terdapat pula kartu kendali petani yang melengkapi data kelembagaan pertanian. Beberapa perubahan ini muncul sebagai hasil penyesuaian petani terhadap kebutuhannya. Aspek lain yang ikut berubah seiring dengan diterapkannya pertanian padi sehat ini adalah perubahan pada rantai pasar. Peran koperasi dalam hal ini menghapus peran tengkulak dengan memutus aliran rantai pasar sampainya beras sehat ke tangan konsumen, seperti yang ditampilkan pada Gambar 8. Pada pertanian konvensional aliran pasar yang terjadi adalah sebagai berikut: gabah dari petani akan diteruskan ke tengkulak atau pengepul desa, selanjutnya ke tengkulak atau pengepul di tingkat kecamatan. Setelah itu akan melewati pedagang besar, pedagang eceran hingga akhirnya sampai ke konsumen. Aliran pasar seperti itu, dengan banyak tahapan baik dari petani ke tengkulak atau Pertanian Konvensional Sistem Pertanian Padi Sehat koperasi biaya+profit petani pengepul desa pengepul kecamatan pedagang besar konsumen pedagang kecil Gambar 8 Rantai Pasar pada Pertanian Konvensional dan Padi Sehat pengepul maupun ke pedagang memerlukan biaya dan tiap-tiap pihak juga mengambil keuntungan. Sementara itu pada sistem pertanian padi sehat, keberadaan koperasi berperan dalam memutus rantai pasar dengan menghilangkan peran tengkulak. Gabah dari petani langsung dijual ke koperasi untuk selanjutnya dilakukan pengolahan hasil dan dipasarkan langsung di koperasi maupun di agen-agen kecil yang disalurkan oleh distributor. Produk beras sehat dari petani dapat langsung sampai ke tangan konsumen tanpa melalui pengepul sehingga menghilangkan biaya-biaya, pembagian keuntungan dapat lebih proporsional dan dapat kembali ke petani. Dapat disimpulkan bahwa tingginya penerapan sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy ini telah membawa perubahan pada bentuk organisasi dengan bertambahnya instrumen atau unit kerja baru yang dibentuk sesuai dengan perkembangan kebutuhan petani. Dilengkapi pula dengan dibentuknya MPM dan data kelengkapan lainnya seperti kartu kendali petani sebagai upaya meningkatkan kualitas penerapan budidaya pertanian padi sehat. Hal ini sejalan dengan pandangan Rahardjo 1999 yang menyatakan bahwa apabila dalam masyarakat muncul kebutuhan-kebutuhan baru yang semakin meluas dan beragam, maka lembaga-lembaga lama menjadi kurang berfungsi. Sebagai konsekuensinya, lembaga-lembaga baru yang instrumental bagi pemenuhan kebutuhan baru itu semakin dituntut keberadaannya. The Righ Man on The Right Place menjadi konsep yang dipegang oleh Ketua Gapoktan dalam melakukan pembenahan atau perubahan organisasi. Ketua Gapoktan menjelaskan bahwa masing-masing aktor dioptimalkan untuk bertanggungjawab pada unit kerjanya dan haruslah orang yang tepat atau memiliki kemampuan di bidangnya. Hal ini sejalan dengan pandangan Cahayani 2003 yang menyatakan bahwa perubahan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan organisasi, meningkatkan kepuasan kerja dan penyesuaian dengan keadaan lingkungan. Dalam hal ini perubahan organisasi yang dilakukan dengan pembentukan unit kerja baru oleh Gapoktan “Silih Asih” adalah sebagai upaya memenuhi kebutuhan petani, meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja Gapoktan.

BAB VIII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN