padi sehat serta tergabung ke dalam Gabungan Kelompok Tani Gapoktan. Pemilihan informan dilakukan berdasarkan teknik snowball sampling. Sementara
batasan banyaknya informan yang dipilih adalah ketika data yang didapatkan bersifat jenuh atau dengan kata lain jawaban yang diberikan oleh setiap informan
sama. Sementara itu, pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling berdasarkan kerangka sampling yang ada Lampiran
2. Penggunaan teknik stratified random sampling ini dilakukan untuk melihat
kemungkinan perbedaan yang terjadi pada setiap lapisan petani dalam kaitannya dengan penerapan sistem pertanian padi sehat. Perbedan yang dimaksud dapat
berupa perbedaan pada akses informasi, sarana-prasarana penunjang kegiatan pertanian maupun pada hasil atau dampak yang dirasakan oleh masing-masing
petani setelah menerapkan sistem pertanian padi sehat tersebut. Adapun dasar pelapisan yang digunakan dalam memilih responden adalah berdasarkan
penguasaan lahan garapan yang dibedakan ke dalam tiga lapisan: lapisan atas dengan pengusaan lahan lebih dari 0,50 hektar; lapisan menengah dengan
penguasaan lahan antara 0,25-0,50 hektar; dan lapisan bawah dengan penguasaan lahan kurang dari 0,25 hektar. Dari tiga lapisan responden tersebut, diambil
sampel secara proporsional dan diperoleh sampel penelitian sebanyak tiga puluh rumah tangga petani dengan perincian: petani lapisan atas sebanyak 5 orang,
petani lapisan menengah 15 orang dan 10 orang petani berasal dari lapisan bawah. 3.4.
Pengolahan dan Analisis Data
Data primer kualitatif dikumpulkan terlebih dahulu dengan teknik observasi dan wawancara mendalam dengan para informan terpilih mengenai gambaran
umum desa penelitian seperti profil desa termasuk keadaan geografi dan demografi, struktur pemilikan tanah sawah, struktur pemerintahan, hubungan
kerja pertanian, kelembagaan-kelembagaan pertanian yang ada dan berkembang seiring dengan penerapan sistem pertanian padi sehat. Sesuai dengan teknik yang
dipakai dan sifat data yang diperoleh, data ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Selanjutnya hasil pengumpulan data primer yang
dilakukan dengan teknik pengisian kuesioner dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Dalam melakukan analisis data kuantitatif digunakan tabel frekuensi.
Adapun data yang ditampilkan berupa diagram, matriks atau bagan. Kemudian data tersebut dikombinasikan dengan hasil wawancara mendalam, kutipan
langsung informan maupun hasil pengamatan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
3.5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor Lampiran 3 pada bulan Maret hingga Mei 2011.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut terdapat komunitas petani padi sawah yang
sejak tahun 2002 telah menerapkan sistem pertanian padi sehat dengan hasil baik dan masih berkembang hingga saat ini. Sehubungan dengan penerapan sistem
pertanian padi sehat tersebut, dilakukan penataan kelembagaan dan perubahan bentuk organisasi sesuai dengan muncul dan berkembangnya kebutuhan-
kebutuhan yang dirasakan oleh para petani untuk menjamin kontinuitas kegiatan pertanian.
Selain itu, dalam perkembangan penerapan pertanian padi sehat diarahkan pula pada pembentukan kemitraan dengan pihak luar instansilembaga yang ikut
serta dalam pembinaan teknis dan sebagainya sehingga seringkali menjadi rujukan bagi tempat penelitian, pelatihan dan penyuluhan serta pembinaan mengenai
praktek-praktek pertanian. Oleh karena itu, komunitas petani padi sehat Kampung Ciburuy memenuhi karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian untuk
melihat sejauhmana penerapan sistem pertanian padi sehat menyebabkan perubahan pada kelembagaan pertanian yang diarahkan pada penataan
kelembagaan pertanian padi sehat.
BAB IV PROFIL DESA CIBURUY
4.1. Kondisi Geografis
Desa Ciburuy merupakan salah satu desa di Kecamatan Cigombong. Desa Ciburuy memiliki luas wilayah 160 hektar dimana 80 hektar diantaranya
dipergunakan untuk tanah sawah. Adapun batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciadeg, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cigombong,
sebelah barat berbatasan dengan Desa Cisalada dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Srogol. Desa Ciburuy berada pada ketinggian 1300 meter dari
permukaan laut. Curah hujan mencapai 23,60 mmt dan kelembaban dengan suhu rata-rata mencapai 32-34 derajat Celcius. Keadaan tersebut menjadi faktor
pendukung terutama untuk areal penanaman padi sawah. Desa Ciburuy terbagi menjadi sepuluh wilayah Rukun Warga RW yang
tersebar di lima kampung. RW 01 dan RW 02 berada di Kampung Ciburuy, RW 03 dan RW 04 di Kampung Muara, RW 05 berpusat di komplek perumahan Lido
Permai, RW 06 hingga RW 09 berada di Kampung Kibaru, dan RW 10 di Kampung Bohlam dan Kampung Muara. Adapun jarak Desa Ciburuy dari Ibukota
Pemerintah Kabupaten Bogor sejauh 60 km, dari Ibukota Propinsi Jawa Barat sejauh 120 km dan dari Ibukota Negara Republik Indonesia sejauh 80 km.
4.2.
Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai mampu menunjang aktivitas masyarakat. Sarana jalan di Desa Ciburuy cukup memadai, sehingga
memungkinkan berbagai kendaraan transportasi dapat melintasi desa ini. Penduduk dapat dengan mudah melakukan mobilitas baik dengan jarak dekat atau
jauh sekalipun karena ditunjang oleh sarana angkutan umum yang terbilang cukup. Adapun sarana angkutan umum yang dapat dipergunakan oleh warga adalah bus,
angkutan kota angkot, ojek dan kereta api. Kereta api jurusan Bogor-Sukabumi yang mulai beroperasi sejak bulan Desember 2008 ini melintasi Stasiun
Cigombong sehingga menambah alternatif alat transportasi yang dapat dipergunakan oleh penduduk. Adapun jenis jalan di Desa Ciburuy terdiri atas
jalan provinsi sepanjang 1,5 km, jalan kabupaten sepanjang 4,0 km dan jalan kelurahan sepanjang 1,5 km.