Profil Kampung Ciburuy Struktural dan Kultural

13,0 persen, pengemudijasa sebesar 2,0 persen, PNS sebanyak 3,0 persen, TNIPOLRI sebesar 1,0 persen dan lainnya sebanyak 2,0 persen Gambar 3. Banyaknya penduduk yang bermata pencaharian pada sektor pertanian ini menandakan bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor andalan sebagai mata pencaharian bagi penduduk Desa Ciburuy. Hal ini karena kondisi alam yang masih kondusif dan potensial untuk melakukan kegiatan pertanian. Gambar 3 Persentase Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Ciburuy

4.4. Profil Kampung Ciburuy Struktural dan Kultural

Kampung Ciburuy merupakan salah satu kampung yang berada di Desa Ciburuy dengan areal penanaman padi sawah terbesar. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja karena sebagian besar masyarakat di Kampung Ciburuy bekerja pada sektor pertanian. Masyarakat Kampung Ciburuy yang sebagian besar bertani, dapat digambarkan dalam struktur sosial yang terbagi menjadi pemilik lahan, pemilik sekaligus penggarap lahan, penggarap lahan, buruh harian tetap dan buruh harian lepas. Pemilik lahan sebagian besar adalah orang-orang di luar Kampung bahkan di luar Desa Ciburuy. Sebagian besar berasal dari Jakarta atau pemilik perusahaan-perusahaan besar 2 13 33 1 16 9 2 3 13 2 3 1 2 Jenis Pekerjaan Petani pemilik tanah Petani penggarap Buruh tani Pengusaha Pengrajin Industri kecil Buruh industri Pertukangan Buruh perkebunan Pedagang Pengemudijasa PNS TNIPOLRI Lain-lain yang berada di sekitar Jakarta dan Bogor. Umumnya para pemilik lahan mempercayakan pengelolaan lahan kepada masyarakat atau petani Ciburuy untuk diusahakan. Hasil produksi lahan yang dipakai untuk usahatani dibagi dua dengan pemilik lahan dengan sistem maro atau mrapat perbandingan 4:6, dimana enam bagian untuk penggarap dan empat bagian diserahkan kepada pemilik. Pemilik lahan yang kebanyakan berasal dari Jakarta dan kota-kota sekitar Desa Ciburuy ini biasanya datang pada saat hari-hari libur tertentu. Jumlah petani khususnya komunitas petani padi sehat yang tergabung dalam Gapoktan “Silih Asih” tersebar di beberapa RW di Desa Ciburuy. Secara perlahan namun pasti banyak petani yang mengikuti dan beralih menerapkan sistem pertanian padi sehat karena melihat kiprah petani-petani yang sudah lebih dahulu menerapkan sistem pertanian padi sehat berhasil dengan baik. Hingga kini jumlah petani padi sehat yang tergabung dalam Gapoktan “Silih Asih” semakin bertambah dengan total luas lahan garapan mencapai 170 hektar Tabel 2. Tabel 2 Jumlah dan Presentase Petani menurut Luas Lahan Garapan hektar di Kampung Ciburuy, 2011 No Luas Lahan Garapan hektar Jumlah Petani orang Presentase 1. 0,25 27 32,5 2. 0,25-0,50 42 50,6 3. 0,50 14 16,9 Total 83 100,0 Meski sebagian besar masyarakat Kampung Ciburuy masih memiliki ikatan keluarga satu sama lain, namun dalam kegiatan pertanian tidak ditemukan adanya tenaga kerja keluarga. Hubungan kerja pertanian didasarkan atas ekonomi uang dan berlaku sistem upah. Tidak ditemukan lagi sistem pembayaran dengan derep atau pocongan. Hubungan kerja yang berdasarkan ikatan –ikatan sosial hampir tidak ditemukan. Keberadaan elit desa di Kampung Ciburuy sangat berperan dan berpengaruh. Dalam sektor pertanian misalnya, figur Ketua Gapoktan yang sangat disegani akan kecerdasan analisa dan kemampuan manajerial yang baik ini menjadi sosok pemimpin yang berhasil membawa nama Gapoktan “Silih Asih” khususnya, dan umumnya pertanian di Desa Ciburuy menjadi harum di mata publik. Demokrasi terpimpin yang diterapkan dalam menjalankan kegiatan pertanian termasuk manajemen koperasi sangat mengesankan bagi petani anggota Gapoktan “Silih Asih”, sehingga menimbulkan kepercayaan publik. Tidak jarang petani selalu mengikuti keputusan apapun yang diambil Ketua Gapoktan dalam hal adopsi inovasi maupun sistem baru. Status dan peranan dari Ketua Gapoktan ini cukup penting sehingga berpengaruh pula terhadap perkembangan pertanian padi sehat yang diterapkan pada komunitas petani padi sawah Kampung Ciburuy. Kemampuan yang dimilikinya ini juga mampu menjaring atau membentuk kemitraan dengan pelaku-pelaku bisnis lainnya. Mobilitas penduduk yang tidak terlalu tinggi di satu sisi juga menyebabkan masyarakat kurang berkembang secara signifikan. Kultur masyarakat yang tidak pernah jauh meninggalkan kampung masih bertahan hingga sekarang. Penduduk yang telah menikah membangun rumah kembali tak jauh dari rumah orangtuanya. Hubungan interpersonal masyarakat Kampung Ciburuy tampak pada kegiatan sehari-hari. Pada kegiatan keagamaan misalnya, masyarakat berinteraksi melalui pengajian-pengajian baik pengajian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan maupun laki-laki yang rutin diadakan tiap hari. Pengajian dipimpin oleh Ajengan atau Kiyai. Di Kampung Ciburuy terdapat masyarakat yang menganut paham Anti Speaker ASPEK. Menurut informan penganut ASPEK ini memilih untuk tidak mengakses barang-barang yang mengandung unsur pengeras suara seperti speaker, TV, radio dan sebagainya karena akan dipenuhi oleh kehidupan duniawi dan jauh dari mengingat Allah SWT. Kelembagaan arisan juga menjadi salah satu sarana interaksi masyarakat. Dalam hal dinamika perubahan kultural masyarakat petani, kegiatan pertanian yang dijalankan oleh petani juga tidak terlepas dari perubahan. Kampung Ciburuy dapat dikatakan telah mengalami modernisasi pertanian. Dinamika perubahan kultur petani salah satunya dipengaruhi oleh keadaan alam. Dahulu, ketika keadaan alam khususnya tanah masih mendukung maka petani cenderung tidak membutuhkan teknologi untuk menunjang kegiatan pertanian mereka. Kini, sebagai dampak penggunaan pupuk kimia maupun benih pabrikan yang dilakukan pada masa Revolusi Hijau keadaan tanah menjadi tidak subur dan cenderung tidak dapat mendukung kegiatan pertanian dengan baik sehingga dalam bertani masa kini dibutuhkan sentuhan teknologi. Lingkungan telah terdegradasi, termasuk kualitas tanah tidak lagi subur. Sehingga kini dalam bertani hal pertama yang hendaknya dilakukan adalah terlebih dahulu mengembalikan keragaman biota tanah dan ekosistemnya atau dikenal dengan recovery lahan dalam sistem pertanian organik. Dahulu dalam bertani masih dapat mengandalkan sistem pranata mangsa penanggalan atau perhitungan bulan untuk mengatur kegiatan pertanian. Akan tetapi kini hal tersebut tidak lagi dapat diandalkan. Perubahan iklim juga mempengaruhi produktivitas padi. Hujan dan panas yang tidak dapat diprediksi periodenya diakui petani menjadi salah satu hambatan dalam bertani masa kini. Komunitas petani padi sawah yang menerapkan sistem pertanian padi sehat ini cenderung tanggap terhadap perubahan ekologi sawah. Meski pengambilan keputusan dalam hal adopsi sistem pertanian padi sehat ini diawali oleh Ketua Gapoktan, tetapi lambat laun dalam perkembangannya semakin banyak petani yang pada akhirnya beralih dari pertanian konvensional ke pertanian padi sehat dan tergabung dalam kelompok tani. Gapoktan dalam hal ini berupaya untuk menyatukan petani-petani kecil menjadi lebih akses terhadap informasi maupun pasar.

4.5. Pola Adaptasi Ekologi Masyrakat Kampung Ciburuy