Pembelajaran Matematika Handout dalam Pembelajaran Matematika

16 tersebut. Sebagai contoh peserta didik sudah mengenal bangun itu persegi panjang, tetapi belum menyadari bahwa sisi-sisi yang berhadapan sejajar. 2 Tahap Analisis. Pada tahap ini peserta didik sudah mengenal bangun geometri berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki, menganalisis unsur-unsur serta sifat yang dimilikinya. Misalnya selain mengetahui suatu bangun itu berbentuk persegi panjang, peserta didik sudah mengenal istilah panjang, lebar, serta mengetahui bahwa besar sudut bangun tersebut adalah 90 . 3 Tahap Abstraksi. Peserta didik sudah mampu menghubungkan ciri yang satu dengan ciri yang lain dari suatu bangun dan sudah memahami relasi antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya peserta didik dapat membuat hubungan antar bangun-bangun segiempat. 4 Tahap Deduksi. Peserta didik sudah mampu berpikir secara formal dalam konteks sistem matematika, memahami istilah pengertian pangkal, definisi, aksioma, teorema, namun dia belum memahami mengapa sesuatu dijadikan aksioma atau teorema. 5 Tahap Akurasi. Peserta didik sudah mampu bekarja dalam berbagai sistem aksiomatik tanpa kehadiran benda-benda konkrit.

2.1.2 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran Suherman, 2003: 7 adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembelajaran seharusnya mengoptimalkan keberadaan dan peran peserta didik sebagai pembelajar, tidak terkecuali dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, pembelajaran matematika harus didasarkan pada pemikiran bahwa peserta didik lah yang harus belajar. 17 Tujuan pembelajaran matematika di sekolah Wardhani, 2008: 8 diantaranya adalah: 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat , efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5 memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran matematika yang diselenggarakan guru diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.3 Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Depdiknas sebagaimana dikutip oleh Suyitno 2004: 28, model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Dari pengertian ini, model pembelajaran diterapkan dalam rangka menciptakan pembelajaran yang dapat mencapai kompetensi dasar dan indikator secara maksimal. Dewasa ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran matematika. Masing-masing model pembelajaran mempunyai keunggulan yang berbeda sehingga tidak ada model pembelajaran yang paling efektif karena penerapannya pun disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Salah satu model 18 pembelajaran matematika adalah model pembelajaran Problem Based Learning, yang dalam penelitian ini akan diterapkan dalam kelas eksperimen.

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Kwan 2000: 1, Problem Based Learning adalah pembelajaran aktif yang direlevansikan dengan tujuan pembelajaran. ‘Aktif’ tercermin dalam interaksi yang dinamis antar peserta didik. ‘Pembelajaran’ difokuskan pada proses belajar yang dilakukan peserta didik daripada pendidik. Sedangkan Nurhadi 2004: 56 menyatakan bahwa pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dari kedua pengertian di atas diperoleh kesamaan bahwa pembelajaran Problem Based Learning mengharuskan guru untuk memulai pembelajaran dengan permasalahan-permasalahan yang ada di dunia nyata untuk menumbuhkan sikap berpikir kritis peserta didik dalam menerapkan pengetahuan untuk menyelesaiakan permasalahan yang diberikan. Peserta didik diberi permasalahan. Dari permasalahan yang disajikan, peserta didik menemukan apa yang mereka butuhkan untuk mendapatkan pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.3.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Ibrahim dan Nur sebagaimana dikutip oleh Nurhadi 2004: 57, memaparkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. 19 1 Pengajuan pertanyaan atau masalah. Problem Based Learning bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, namun juga mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk peserta didik. Mereka mengajukan situasi kehidupan yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. 2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu. 3 Penyelidikan autentik. Problem based learning mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, dan membuat kesimpulan. 4 Menghasilkan karya dan memamerkannya. Peserta didik bertugas menghasilkan dan menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. 5 Kolaborasi. Pada model pembelajaran ini, peserta didik bekerja sama dalam memberikan motivasi untuk selanjutnya terlibat dalam tugas-tugas kompleks.

2.1.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Nurhadi 2004: 60 langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning tertuang dalam tabel berikut. 20 Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning Tahapan Tingkah Laku Guru Orientasi peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perlengkapan yang dibutuhkan, dan memotivasi peserta didik agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya Mengorganisasi peserta didik dalam belajar Guru membagi peserta didik dalam kelompok, dan membantu peserta didik dalam mendefinisikan serta mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah Membimbing penyelidikan individual dan kelompok Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan Pepper 2009: 129 menyebutkan bahwa kelebihan Problem Based Learning meliputi: 1 peserta didik dapat menentukan informasi dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menyelidiki masalah, menyusun pengetahuan yang dimiliki untuk membangun informasi yang baru; 2 melatih peserta didik untuk bertanggung jawab atas pembelajaran yang terjadi dalam kelompoknya pada saat guru memantau dan memfasilitasi pembelajaran; dan 3 peserta didik secara penuh menguasai pengalaman belajarnya. Dalam tesisnya, Marum 2009: 8 berkesimpulan bahwa peserta didik pada kelas Problem Based Learning merasa lebih puas dengan pembelajaran dan 21 percaya pada pemahamannya daripada peserta didik kelas konvensional. Hal ini membuktikan keunggulan Problem Based Learning dibanding pembelajaran secara langsung, khususnya dalam tes yang mengedepankan pertanyaan- pertanyaan aplikasi. Pembelajaran Problem Based Learning yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1 Orientasi peserta didik pada masalah. Masalah-masalah yang diberikan kepada peserta didik disusun dalam sebuah media berupa handout. Handout berisi berbagai permasalahan sehari-hari yang harus peserta didik selesaikan berkaitan dengan materi jajargenjang dan persegi panjang. 2 Mengorganisasikan peserta didik dalam belajar. Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok kemudian diberi penjelasan mengenai tugas yang harus dikerjakan. Tugas dapat berupa menemukan rumus ataupun menyelesaikan soal-soal. 3 Membimbing penyelidikan kelompok. Guru mengawasi setiap aktivitas peserta didik dalam kelompoknya dengan cara berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memberi bantuan apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan. 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di papan tulis kemudian membahasnya secara klasikal. 22 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Peserta didik mengevaluasi materi yang belum dikuasai dan cara pemecahan masalah yang belum dipahami dengan baik. Tahapan pembelajaran Problem Based Learning dalam penelitian ini secara lengkap disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP.

2.1.4 Handout dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Hamalik sebagaimana dikutip oleh Apriliani 2009: 127, pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah handout. Handout Depdiknas, 2009: 12 adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam proses pembelajaran, handout dapat digunakan sebagai sumber materi dan pengayaan. Penyusunan handout dilakukan dengan mengikuti tahapan tertentu, yaitu penentuan tujuan instruksional, pemilihan materi, dan tampilan fisik. Untuk mendukung penelitian, handout dirancang dengan memperbanyak soal-soal kontekstual. Suherman 2011: 1 memaknai kontekstual dalam pembelajaran matematika dengan berusaha memulai dari konteks kehidupan nyata peserta didik. Oleh karena itu, handout dalam penelitian ini dirancang dengan mengangkat permasalahan-permasalahan nyata yang ada di sekitar peserta didik. 23 Handout disusun agar peserta didik lebih mudah memahami arti pentingnya materi atau kegunaan materi yang sedang dipelajari terutama dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, handout juga dirancang memuat tempat-tempat kosong. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat menjawab pertanyaan dengan mengisi tempat kosong pada handout sehingga peserta didik mempunyai banyak kesempatan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2.1.5 Mathematics Self Efficacy