Definisi VMS Analisis model vessel monitoring system ( Vms ) dalam pengawasan kapal penangkap ikan di Indonesia

21 pengamanan dan pengawasan dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan termasuk sumberdaya perikanan. Secara khusus, program pembangunan nasional bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup, program penataan kelembagaan dan penegakan hukum pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup mengamanatkan pelaksanaan kegiatan pengembangan sistem pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam khususnya sumberdaya laut melalui metode monitoring, controlling, and surveillance MCS dengan salah satu komponennya adalah Sistem Pemantauan Kapal atau umum disebut Vessel Monitoring System VMS. Seiring berkembangnya sistem satelit, maka posisi kapal dapat dengan mudah dipantau. Posisi kapal dapat dipantau dengan menggunakan jasa satelit navigasi Global Positioning SystemGPS ataupun satelit lain yang berfungsi untuk menentukan lokasi dengan menempatkan penerima sinyal di kapal. Data posisi kapal ini kemudian dikirim ke pelabuhan yang ditentukan ataupun ke pusat pengendali di darat. Pengiriman data dapat dilakukan melalui gelombang radio ke lokasi di darat ataupun dengan penggunaan satelit komunikasi. Di antara satelit navigasi ini adalah satelit NAVSTAR-GPS Navigation System with Time and Ranging yang dioperasikan oleh DOD US Department of Defense, khususnya Angkatan Udara Amerika, serta satelit Glonass yang dioperasikan oleh Rusia. Penggunaan satelit komunikasi dibantu dengan peralatan ALC Automatic Location Communicator atau selanjutnya disebut transmitter, posisi kapal, arah, kecepatan kapal dapat dipantau dari pusat monitoring. Tidak hanya posisi, kecepatan dan arah, aktivitas kapal pun dapat diprediksi. Oleh sebab itu pemantauan kapal dengan menggunakan satelit adalah merupakan hal paling sempurna pada saat ini dibandingkan dengan sistem lain yang tersedia. 22 Gambar 5 Vessel Monitoring System. Gambar 5 adalah contoh konfigurasi sistem pemantauan kapal perikanan dengan menggunakan satelit dimana pada kapal ikan ditempatkan peralatan transmitter yang terdiri dari komponen penerima sinyal dari satelit navigasi salah satu di antaranya adalah GPS dan komponen pengirim data ke satelit komunikasi. Posisi kapal setiap saat diterima dari satelit GPS oleh transmitter dan dikirimkan secara otomatis ke satelit komunikasi. Selanjutnya, satelit komunikasi mengirimkan data ke stasiun bumi Land Earth Station. Besarnya data yang dikirim tergantung dari kemampuan satelit komunikasi yang digunakan dan permintaan dari pemakai jasa. Data dikelola oleh stasiun pusat dan dikirim kepada pengguna melalui jaringan telekomunikasi di darat. Untuk daerah yang tidak memiliki jaringan telepon, data dapat juga diterima melalui satelit komunikasi langsung. Berdasarkan berbagai definisi yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa VMS Vessel Monitoring System adalah suatu sistem pemantauan kegiatan usaha penangkapan ikan kapal-kapal perikanan dengan memanfaatkan teknologi Automatic Location Communicator ALC untuk memantau keberadaan kapal-kapal terkait setiap saat. Sehingga tujuan dari kegiatan VMS adalah untuk mempermudah inspeksi kapal perikanan dengan cara 23 mengidentifikasi kapal, memonitor posisi kapal, aktifitas kapal, jenis dan jumlah hasil tangkapan serta informasi lainnya.

2.4 Dasar Hukum Penerapan VMS

Mengacu pada ketentuan “Code of Conduct for Responsible Fisheries” FAO, 1995, maka negara bertanggungjawab untuk menyusun dan mengimplementasikan sistem Monitoring, Control dan Surveillance MCS terhadap pengelolaan penangkapan ikan. Dalam Konvensi Hukum Laut PBB UNCLOS 1982 United Nations Convention Law of the Sea disebutkan juga bahwa pengelolaan sumberdaya ikan mempunyai tiga tujuan pokok: 1 Pemanfaatan sumberdaya ikan secara rasional. 2 Pelestarian sumberdaya ikan. 3 Keserasian usaha pemanfaatan. Sehingga setiap negara diwajibkan melakukan pengelolaan sumberdaya ikan secara lestari dan bertanggungjawab. Apabila dilihat pada beberapa konvensi hukum laut internasional lainnya maka terdapat beberapa ketentuan yang juga mempengaruhi pengelolaan perikanan, salah satunya adalah Konvensi Hukum Laut Internasional yang diratifikasi pada tahun 1993 dan dipakai kembali mulai November 1994. Berdasarkan konvensi hukum laut tersebut telah disepakati adanya pengelolaan perikanan, perancangan dan implementasi strategi MCS. Aplikasi MCS untuk pengawasan perikanan di wilayah laut Indonesia dengan hukum, dapat didasarkan pada tiga undang-undang, yaitu : UU No. 4PRP1960 tentang Perairan Indonesia, UU No. 51983 tentang ZEE Indonesia, dan UU No. 91995 tentang Perikanan. Undang-Undang No. 4PRP1960 telah mengubah status laut bebas yang terletak di antara pulau-pulau menjadi perairan nusantara dan menetapkan laut teritorial selebar 12 mil laut, yang diukur dari garis pangkal lurus kepulauan. Indonesia memiliki dan melaksanakan hak berdaulat atas kedua wilayah laut ini berikut sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya, termasuk sumberdaya ikan. 24 Disamping itu, menurut UU No.51983 tentang ZEEI, Indonesia memiliki dan melaksanakan hak berdaulat dengan tujuan untuk eksplorasi dan eksploitasi pengelolaan dan konservasi sumber daya alam hayati dan non hayati Pasal 4 ayat 1. Dalam melaksanakan kegiatan di ZEE Indonesia, pemerintah wajib mengambil langkah-langkah untuk mencegah, membatasi, mengendalikan dan menanggulangi pencemaran lingkungan laut yang dapat merusak kelestarian sumber daya ikan Pasal 8. Dasar hukum yang paling berhubungan dengan pelaksanaan VMS di Indonesia, antara lain adalah : 1 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: KEP.60MEN2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal Perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia disebutkan bahwa kapal perikanan yang diperoleh dengan cara usaha patungan, beli angsur atau lisensi, wajib memasang transmitter untuk kepentingan system pemantauan kapal Vessel Monitoring System VMS. 2 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.10MEN2003 tentang Perizinan Usaha Penangkapan Ikan Bab XI pasal 65 yang menetapkan bahwa setiap kapal perikanan wajib memasang transmitter untuk pemasangan sistem pemantauan kapal Vessel Monitoring System. 3 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No : 29MEN2003 tentang penyelenggaraan Sistem Pementauan Kapal Perikanan, yang ditandatangani dan disahkan pada bulan Agustus 2003, merupakan peraturan yang paling berkaitan langsung dengan pelaksanaan VMS di Indonesia. Keberadaan Kepmen ini belum seutuhnya mampu mendorong pelaksanaan VMS di Indonesia. 4 Dasar hukum yang sangat kuat mendukung pelaksanaan pengawasan perikanan adalah Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, dimana pada Bab XII pasal 68 diamanatkan bahwa Pemerintah mengadakan sarana dan prasarana pengawasan perikanan, konsekuensi dari amanat undang undang ini adalah pemerintah harus melakukan pengawasan terhadap seluruh aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ikan. Dan pemerintah harus segera merumuskan kebijakan kebijakan yang mendukung pelaksanaan pengawasan perikanan di Indonesia.