87
Tabel 12 Jumlah Kapal Asing Per Alat Tangkap Dengan Ukuran 100 GT ke Atas
No Alat Tangkap
Jml Kapal Persentase
1 Jaring Insang Gillnet Hanyut Oseanik
51 8.25
2 Pukat Ikan ZEEI Arafura
526 85.11
3 Pukat Ikan ZEEI Laut Cina Selatan
12 1.94
4 Purse Seine
Pukat Cincin Pelagis Besar 10
1.62 5
Purse Seine PB Armada Penangkap
19 3.07
Total 618
100.00
Sumber : diolah Penulis dari data DKP April 2005
Tabel 13 Jumlah Kapal Asing Per Alat Tangkap Dengan Ukuran Antara 30 GT Sampai 100 GT
No Alat Tangkap
Jml Kapal
Persentase
1 Jaring Insang Gillnet Hanyut Oseanik
10 8.93
2 Pukat Ikan ZEEI Arafura
23 20.54
3 Pukat Ikan ZEEI Laut Cina Selatan
10 8.93
4 Purse Seine
Pukat Cincin Pelagis Besar 6
5.36 5
Purse Seine PB Armada Light Boat
63 56.25
Total 112
100.00
Sumber : diolah penulis dari data DKP April 2005
10 51
23 526
10 12 6 10
63 19
100 200
300 400
500 600
Jaring Insang Gillnet
Hanyut Oseanik
Pukat Ikan ZEEI Arafura
Pukat Ikan ZEEI Laut Cina
Selatan Purse Seine
Pukat Cincin Pelagis Besar
Purse Seine PB Armada
Light Boat
30 - 100 GT 100 GT
Gambar 19 Grafik Jumlah Kapal Penangkap Ikan Berdasarkan Alat Penangkap Yang Digunakan.
88
4.7.2 Berdasarkan Wilayah Pengelolaan
Untuk kapal asing, jika dilihat berdasarkan wilayah pengelolaan perikanan, maka dapat diketahui bahwa yang paling banyak dipilih kapal asing
sebagai wilayah operasi adalah wilayah Laut Arafura yaitu berjumlah 668 kapal atau sekitar 88,4, posisi kedua wilayah pengelolaan perikanan yang menjadi
operasi penangkapan kapal Asing adalah wilayah Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik yaitu berjumlah 67 kapal atau sekitar 8,8. Sedangkan posisi ketiga
wilayah yang diminati kapal asing sebagai wilayah operasi penangkapan adalah wilayah Samudera Hindia, yaitu sebanyak 13 kapal atau sekitar 1,7 . Tabel 14
berikut ini menguraikan secara rinci jumlah realisasi unit kapal asing berdasarkan wilayah pengelolaan perikanan.
Tabel 14 Jumlah Realisasi Unit Kapal Asing Berdasarkan Wilayah Pengelolaan sd April 2004
Jenis Alat Tangkap
L a
u t
C in
a S
el a
ta n
d a
n l
a u
t N
a tu
n a
L a
u t
A ra
fu ra
L a
u t
S u
la w
es i
d a
n
S a
m u
d ra
P a
si fi
k
S a
m u
d ra
H in
d ia
T o
ta l
A la
t T
a n
g k
a p
Jaring Hanyut Oseanik 55
55 Pengangkut dan pengumpul Group
24 2
27 Pukat Ikan
613 613
Purse Seine Pelagis Besar
6 43
11 60
Purse Seine Pelagis Kecil
1 1
Total Per WPP 7
668 67
13 755
Persentase 0.9
88.4 8.8
1.7 100
Sumber : diolah Penulis dari data DKP April 2005
Berdasarkan Tabel 14 dapat pula diketahui bahwa jenis alat tangkap yang paling banyak digunakan di wilayah Pengelolaan Laut Arafura adalah Pukat Ikan,
yaitu sebanyak 613. Jenis alat tangkap berikutnya adalah Purse Seine Pelagis besar yang digunakan di wilayah Laut Sulawesi dan Samudera Hindia. Sebagai
catatan, bahwa pada daerah Selat Malaka, Laut Jawa dan sebagian Selat Sunda, Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram dan Teluk Tomini, tidak
terdapat realisasi kapal asing yang ada. Sementara itu, total GT kapal asing yang
89 paling besar adalah kapal-kapal yang beroperasi di wilayah laut Arafura, yaitu
sebesar 126.445, dari jumlah ini sebesar 119.543 GT jenis alat tangkapnya adalah Pukat Ikan. Adapun informasi secara rinci tentang besarnya jumlah ukuran GT
untuk masing-masing wilayah tangkap dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jumlah Realisasi GT Kapal Asing Berdasarkan Wilayah
Pengelolaan Dan Alat Tangkap sd April 2004
Jenis Alat Tangkap
L a
u t
C in
a S
el a
ta n
d a
n L
a u
t n
a tu
n a
L a
u t
J a
w a
d a
n
S eb
a g
ia n
S el
a t
S u
n d
a S
el a
t M
a k
a sa
r d
a n
la u
t F
lo re
s L
a u
t A
ra fu
ra
L a
u t
S u
la w
es i
d a
n
S a
m u
d ra
P a
si fi
k
S a
m u
d ra
H in
d ia
T o
ta l
P er
A la
t T
a n
g k
a p
Jaring Hanyut Oseanik 6.902
6902 Pengangkut dan pengumpul Group
5.81 1.02
7055 Pukat Ikan
119.543 119.543
Purse Seine Pelagis Besar
408 4.13
2.51 7.771
Purse Seine Pelagis Kecil
28 14
14 10.94
55 Total Per WPP
436 14
14 126.445
126.445 3.53
141.326
Sumber : diolah Penulis dari data DKP April 2005
4.8 Penerapan VMS di Indonesia
4.8.1 Mekanisme Kerja VMS dan Infrastruktur Sistem
Vessel Monitoring System atau sistem pemantauan kapal perikanan
berbasis satelit yang sedang dijalankan di Indonesia saat ini dapat digambarkan mekanisme kerjanya seperti pada Gambar 20 tentang Skema Operasionalisasi
VMS di Indonesia. Penjelasan cara kerja sistem pemantauan kapal perikanan dapat
dijelaskan secara berurutan berdasarkan nomor urut, yaitu: Pertama, kapal perikanan ditempatkan alat yang disebut transmitter Automatic Location
Communicator yang terdiri dari komponen penerima sinyal dari satelit
navigasiGPS satelit dan komponen pengirim data ke satelit komunikasi; Kedua, posisi kapal diterima dari satelit GPS oleh transmitter dan dikirim secara otomatis
ke satelit komunikasi Argos; Ketiga, dari satelit komunikasi data dikirim ke