89 paling besar adalah kapal-kapal yang beroperasi di wilayah laut Arafura, yaitu
sebesar 126.445, dari jumlah ini sebesar 119.543 GT jenis alat tangkapnya adalah Pukat Ikan. Adapun informasi secara rinci tentang besarnya jumlah ukuran GT
untuk masing-masing wilayah tangkap dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jumlah Realisasi GT Kapal Asing Berdasarkan Wilayah
Pengelolaan Dan Alat Tangkap sd April 2004
Jenis Alat Tangkap
L a
u t
C in
a S
el a
ta n
d a
n L
a u
t n
a tu
n a
L a
u t
J a
w a
d a
n
S eb
a g
ia n
S el
a t
S u
n d
a S
el a
t M
a k
a sa
r d
a n
la u
t F
lo re
s L
a u
t A
ra fu
ra
L a
u t
S u
la w
es i
d a
n
S a
m u
d ra
P a
si fi
k
S a
m u
d ra
H in
d ia
T o
ta l
P er
A la
t T
a n
g k
a p
Jaring Hanyut Oseanik 6.902
6902 Pengangkut dan pengumpul Group
5.81 1.02
7055 Pukat Ikan
119.543 119.543
Purse Seine Pelagis Besar
408 4.13
2.51 7.771
Purse Seine Pelagis Kecil
28 14
14 10.94
55 Total Per WPP
436 14
14 126.445
126.445 3.53
141.326
Sumber : diolah Penulis dari data DKP April 2005
4.8 Penerapan VMS di Indonesia
4.8.1 Mekanisme Kerja VMS dan Infrastruktur Sistem
Vessel Monitoring System atau sistem pemantauan kapal perikanan
berbasis satelit yang sedang dijalankan di Indonesia saat ini dapat digambarkan mekanisme kerjanya seperti pada Gambar 20 tentang Skema Operasionalisasi
VMS di Indonesia. Penjelasan cara kerja sistem pemantauan kapal perikanan dapat
dijelaskan secara berurutan berdasarkan nomor urut, yaitu: Pertama, kapal perikanan ditempatkan alat yang disebut transmitter Automatic Location
Communicator yang terdiri dari komponen penerima sinyal dari satelit
navigasiGPS satelit dan komponen pengirim data ke satelit komunikasi; Kedua, posisi kapal diterima dari satelit GPS oleh transmitter dan dikirim secara otomatis
ke satelit komunikasi Argos; Ketiga, dari satelit komunikasi data dikirim ke
90 stasiun bumi di Toulus, Perancis; Keempat, melalui stasiun bumi data dikirim ke
Fishing Monitoring Center FMC Jakarta di kantor pusat Departemen Kelautan
dan Perikanan atau disebut Pusdal Pusat Pengendalian. Hasil pemantauan terhadap kegiatan penangkapan kapal perikanan diolah dan dianalisis di Pusdal
untuk diambil tindak lanjut yang diperlukan. Kelima, data hasil analisis yang berkaitan dengan kegiatan penangkapal di wilayahregional Batam dan Ambon
dikirim ke RMC Regional Monitoring Center di Batam dan Ambon. Terakhir, melalui fasilitas Website yang disediakan oleh pengelola VMS, perusahaan kapal
penangkap ikan dapat mengakses informasi yang berkaitan dengan kapal atau armada milik mereka sendiri.
Gambar 20 Skema Operasionalisasi VMS di Indonesia.
Infrastruktur Vessel Monitoring System VMS yang terdapat di Fishing Monitoring Center
FMC Jakarta atau Pusdal PPSDKP, terdiri dari :
1 Dua Unit komputer Server , yaitu :
1 Communication server
seperti pada Gambar 21, alat ini berfungsi sebagai penghubung antara Argos Processing Center di Toulouse
RMC Batam
Perusaha VMS Operational Scheme
RMC Ambon
FMC Jakarta Pusat Pengendalian
PPSDKP - DKP
internet
4
1 5
2 5
3 5
5
6 5