Analisis Kebijakan Analisis model vessel monitoring system ( Vms ) dalam pengawasan kapal penangkap ikan di Indonesia

29 terpelihara dan dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang Nikijuluw, 2002. Keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya perikanan diwujudkan dalam tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilitas. Menurut Buck 1996, ada empat kategori kebijakan umum yang di keluarkan pemerintah, yaitu : kebijakan distributif, kebijakan pengaturan kompetisi, kebijakan pengaturan perlindungan dan kebijakan redistributif. Alasan bahwa pemerintah harus terlibat atau campur tangan dalam pengelolaan sumber daya perikanan adalah: 1 alasan efisiensi, 2 alasan keadilan, 3 alasan administrasi. Kebijakan publik selalu mengandung setidak-tidaknya tiga komponen dasar, yaitu tujuan yang luas, sasaran yang spesifik dan cara mencapai sasaran tersebut Wibawa, 1994. Komponen yang ketiga mengandung beberapan sub komponen kebijakan yang lain, yakni siapa pelaksana, berapa besar dan darimana dana diperoleh, siapa kelompok sasarannya, bagaimana program dilaksanakan atau bagaimana sistem manajemennya, dan bagaimana keberhasilan atau kinerja diukur. Dengan demikian komponen ketiga dari suatu kebijakan yaitu cara, merupakan komponen yang berfungsi untuk mewujudkan dua komponen yang pertama yaitu tujuan dan sasaran. Cara biasa disebut sebagai implementasi. Meter dan Horn 1975 mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan dalam kebijakan. Suatu kebijakan dirumuskan untuk menyaring dan memilih kebutuhan yang harus dipenuhi dalam waktu bersamaan, terutama disebabkan jumlah dan kualitas sumber daya yang terbatas dibanding keinginan dan kebutuhan itu sendiri. Jika kebijakan merupakan upaya memenuhi tuntutan dan kebutuhan kelompok aktor atau pelaku, maka di pihak lain kebijakan akan mengorbankan kebutuhan sekelompok aktor lain untuk tidak dipenuhi. Bahkan seringkali sekelompok aktor yang lain tersebut akan menjadi korban karena mereka harus mengeluarkan sumber daya tertentu bagi pelaksanaan kebijakan tetapi tidak memperoleh manfaat apapun darinya Wibawa et al., 1994. 30 Oleh karenanya Dunn 1998 menjelaskan bahwa analis kebijakan tidak membatasi diri pada pembangunan dan pengujuan teori-teori deskriptif umum, misalnya pada politik dan sosiologi mengenai elit-elit pengambil kebijakan, atau pada teori-teori ekonomi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pembelanjaan publik. Analisis kebijakan menerobos pagar disiplin tradisional yang hanya menjelaskan keajegan-keajegan empiris dengan tidak hanya menggabungkan dan memindahkan isi dan metode dari beberapa disiplin, tetapi juga menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pada tingkat politik khusus. Dunn 1998 menjelaskan bahwa masalah kebijakan merupakan tahap paling kritis dalam analisis kebijakan, dengan demikian dapat dipahami bahwa analisis yang dilakukan terhadap suatu kebijakan pada hakekatnya adalah merumuskan, mengevaluasi dan menciptakan alternative perbaikan terhadap masalah yang timbul dalam suatu kebijakan. Dengan kata lain, tidak seluruh aspek kebijakan yang harus dianalisis, namun tergantung pada permasalahan yang berhasil dirumuskan. Setelah masalah-masalah kebijakan dirumuskan maka dilakukan langkah evaluasi untuk mendapatkan informasi mengenai nilai atau harga dari kebijakan masa lalu dan di masa datang. Untuk itu dapat dilakukan evaluasi dengan berbagai metode penelitian sosial yang ada. Weimer and Vining 1998 mendefinisikan analisis kebijakan sebagai proses atau kegiatan mensintesa informasi termasuk hasil-hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi disain kebijakan publik. Selanjutnya dinyatakan bahwa analisis kebijakan policy analysis berbeda dengan penelitian kebijakan policy research. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : 31 Tabel 2 Perbandingan Karakteristik Penelitian dan Analisis Kebijakan ASPEK PENELITIAN KEBIJAKAN ANALISIS KEBIJAKAN 1. Objek Kebijakan publik Kebijakan publik 2. Motivasi Panduan kebutuhan klien dan peneliti Kebutuhan spesifik klien. 3. Tujuan utama Deskripsi kebijakan Preskripsi kebijakan 4. Klien Semua peminat kebijakan dan disiplin terkait Peminat kebijakan spesifik individu atau kelompok 5. Metode prosedur Metode ilmiah formal Sintesa teori, hasil penelitian dan informasi terkait 6. Bahan Data asli mentah Data olahan dan mentah 7. Waktu Jadwal “deadline” longgar, tergantung munculnya isu. “deadline” ketat, tergantung titik waktu keputusan spesifik 8. Penyajian Menurut standar teknis publikasi ilmiah Praktis, mudah dipahami klien dengan cepat dan tuntas 9. Disseminasi Publikasi terbuka bagi semua pihak, tidak langsung kepada klien Disampaikan langsung kepada klien 10. Kelemahan umum Seringkali hasilnya sulit diterjemahkan ke dalam “bahasa” pengambil kebijakan dan tidak ada hubungan langsung peneliti pengguna Ada hubungan langsung peneliti pengambil kebijakan, hasilnya sesuai kebutuhan pengguna Tabel 2 menggambarkan, bahwa perbedaan utama terletak pada aspek klien, dimana aspek klien pada analisis kebijakan adalah pengambil keputusan spesifik perorangan dan organisasi spesific client oriented, sedangkan aspek klien pada penelitian kebijakan tidak bersifat spesifik yaitu semua pihak yang berkepentingan, baik pengambil keputusan, ilmuwan, maupun masyarakat umum. Efektivitas suatu kebijakan perlu diketahui bagi pengambil kebijakan untuk mengevaluasi dan menyempurnakan sebuah kebijakan agar dapat memberikan dan meningkatkan dampak positif kepada masyarakat. Oleh karena itu dapat dikatakan efektivitas menduduki posisi penting dalam evaluasi kebijakan. Pertanyaan yang selalu muncul terhadap implementasi sebuah kebijakan adalah apakah suatu kebijakan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik? Gysen 2002 mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan efektivitas suatu kebijakan ke dalam tiga kategori, yaitu: 1 Pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang terjadi. 32 2 Pertanyaan yang berhubungan dengan latar belakang terjadinya, perubahan- perubahan yang muncul sebagai akibat dari munculnya suatu kebijakan. 3 Pertanyaan yang berhubungan dengan kepuasan terhadap suatu kebijakan, seperti apakah implementasi kebijakan memberikan hasil yang memuaskan? Efektivitas dapat juga dinilai dengan cara membandingkan pencapaian saat ini dengan pencapaian kondisi idealnya. Menurut Dunn 1994, kriteria-kriteria evaluasi kebijakan publik dapat dirumuskan indikator pertanyaannya sesuai tipe kriteria kebijakan yang digunakan, dan Tabel 3 menjelaskan beberapa kriteria yang digunakan sebagai indikator dalam melakukan evaluasi kebijakan. Tabel 3 Kriteria Evaluasi Kebijakan Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? Unit pelayanan Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan? Unit biaya, manfaat bersih, ratio cost benefit Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah? Biaya tetap, efektivitas tetap Perataan Apakah biaya manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda? Criteria Pareto, criteria Kaldor-Hicks, Criteria Rawls Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai-nilai kelompok tertentu? Konsistensi dengan survei warganegara Ketepatan Apakah hasil tujuan yang diinginkan benar- benar berguna atau bernilai? Program publik harus merata dan efisien.

2.7 Proses Hirarki Analitik Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process AHP adalah salah satu alat analisis dalam pengambilan keputusan yang baik dan fleksibel. Metode ini berdasarkan pada pengalaman dan penilaian dari pelakupengambil keputusan. Metode yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dua puluh tahun yang lalu, terutama sekali membantu mengambil keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil dengan menetapkan prioritas dan membuat keputusan yang paling baik ketika aspek kualitatif dan kuantitatif dibutuhkan untuk dipertimbangkan. AHP banyak 33 digunakan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumber daya dan penentuan prioritas dari strategi-strategi atau keadaan yang dimiliki pemain dalam situasi konflik Saaty, 1991. AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai kepada suatu skala preferensi di antara berbagai set alternatif. Dengan demikian dapat dianggap sebagai model multi obyective multi criteria. Untuk menggunakan alat analisis ini, suatu masalah yang rumit dan tak berstruktur perlu terlebih dahulu dipecah ke dalam berbagai komponennya. Setelah menyusun komponen-komponen ini ke dalam sebuah urutan hierarki, maka diberikan nilai dalam bentuk angka kepada setiap bagian yang menunjukkan penilaian relatif terhadap pentingnya setiap bagian itu. Untuk sampai kepada hasil akhir, penilaian tersebut disintesiskan melalui penggunaan eigen vektor guna menentukan variabel mana yang mempunyai prioritas tertinggi. Penyelesaian persoalan dengan menggunakan AHP, menurut Saaty 1993 terdapat tiga prinsip dasar, yaitu : 1 prinsip penyusunan hierarki; 2 prinsip penentuan prioritas, dan 3 prinsip konsistensi logis. Selanjutnya Mulyono 1998 menjelaskan bahwa dalam menyelesaikan persoalan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah : 1 Dicomposition Dekomposisi, merupakan langkah untuk menguraikan persoalan menjadi unsur-unsur yang tidak mungkin diuraikan lagi. Akhirnya akan diperoleh beberapa tingkatan persoalan yang disusun terstruktur sebagai suatu hierarki. 2 Comparative Judgement Perbandingan Berpasangan, melakukan perbandingan kepentingan relatif antar dua elemen pada tingkat tertentu dengan tingkat di atasnya. 3 Synthesis of Priority Sintesa dan Prioritas, merupakan langkah untuk mencari vector eigen pada setiap matrik berpasangan untuk mendapatkan nilai prioritas lokal. Berdasarkan nilai prioritas lokal dari berbagai matrik perbandingan berpasangan itu akan dapat diperoleh nilai prioritas global. Dengan demikian prosedur menentukan sintesis berbeda menurut hierarki.